Pengamanan dari Kepolisian Pada Aksi GempaR, 11 Maret 2013 (Jubi/Aprila) |
Jayapura, 12/3 (Jubi) –Kepolisian Resort Kota Jayapura dianggap
memberikan pernyataan yang keliru terkait aksi demonstrasi GempaR
kemarin.
Yason Ngelia, Koordinator Gerakan Mahasiswa Pemuda dan Rakyat
(GempaR) Papua membantah pernyataan AKBP Alfred Papare, Kapolresta
Jayapura terkait aksi GempaR pada Selasa (11/3) kemarin yang direlease
media masa lokal, Rabu (12/3).
“Kami ingin membantah pernyataan Kapolresta Jayapura, terkait ijin
aksi kami, Selasa (11/3) kemarin. Setahu kami surat pemberitahuan aksi
itu kami sudah sampaikan satu minggu sebelumnya,” ungkap Yason kepada
wartawan di Uncen Baru, Perumnas III Waena, Jayapura, Rabu (12/3).
Lanjut Yason, pernyataan Kapolresta yang menyatakan GempaR akan mengganggu Pemilu, itu adalah hal yang tidak benar.
“Karena kami bukan boikot pemilu tetapi aksi kami jelas, yaitu penolakan Otsus Plus. Kapolresta hanya menerima dan langsung merespon itu seperti orang yang kebakaran jenggot. Kapolresta seharusnya tahu apa yang disuarakan GempaR,” ujar Yason.
Yason menambahkan, seorang mahasiswa telah dipukul oleh oknum anggota polisi dalam demonstrasi tersebut.
“Kami melihat dengan mata kepala kami sendiri, jumlah aparat yang diturunkan itu sangat berlebihan dan kami tidak meminta pengamanan berlebihan seperti itu. Kami juga sangat kecewa karena teman kami, Wakil Ketua BEM STIH Umel Mandiri, Ailes Jikwa yang dipukul oleh oknum aparat kepolisian pada saat aksi kemarin,” sesal Yason.
Masih terkait aksi tetapi untuk aksi 4 Maret lalu, Philipus, anggota
GempaR meminta pihak aparat kepolisian untuk mengembalikan dua megaphone
yang diambil bersama dengan satu bendera GempaR di lokasi Expo, Waena,
Jayapura.
“Polisi punya biaya operasional, kita ini tidak ada biaya operasional
jadi jangan ambil kita punya barang,” kata Philipus kepada wartawan di
Uncen Baru, Perumnas III Waena, Jayapura, Rabu 12/3(). (Jubi/Aprila)
Sumber : www.tabloidjubi.com