Pages

Pages

Kamis, 13 Februari 2014

TAK SESUAI HARAPAN, IPMIJ PROTES PEMBANGUNAN ASRAMA MAHASISWA INTAN JAYA

Pembangunan Asrama Mahasiswa Putra Intan Jaya (Jubi/Mawel)
Jayapura, 12/2 (Jubi) – Ikatan Pelajar Mahasiswa Intan Jaya (IPMIJ) di kota Jayapura mengklaim pembangunan asrama putra bagi mahasiswa Intan Jaya yang sedang berlangsung di Jalan Bumi Pekemahan, Waena, Kota Jayapura, Papua, tak sesuai harapan.

“Kami minta pemerintah bangun asrama di lahan yang luas, agar ada halaman untuk ruang pengembangan bakat dan minat, tetapi tidak pernah pemerintah kabulkan,” kata Ketua IPMIJ, Elinus Kobogau ke tabloidjubi.com, saat ditemui di depan Studio Foto Sumber Makmur, Abepura, Kota Jayapura, Papua, Selasa (11/2).

Dari pantauan tabloidjubi.com lokasi pembangunan asrama berlantai dua itu terlihat sangat sempit. Kemungkinan tak ada lokasi pengembangan atau kegiatan ektrakulikuler bagi penghuninya.

“Pemerintah malah memaksakan pembangunan di lokasi yang sempit. Kami minta pemerintah beli dua rumah yang ada di belakang asrama. Kontraktor beli dan mulai membangun dari belakang,” jelas Elinus.

Menurut Elinus, kini pembangunan asrama sedang berjalan, tapi pihaknya melihat denah bangunan asrama itu tak mempertimbangkan segi perawatan dan kenyamanan penghuninya.

“Kita lihat denah itu banyak ruang tamu, kamar kecil atau toilet yang sebenarnya tak penting. Banyak pengalaman asrama membuktikan perawatan pun sulit. Kita ini mau belajar urus kebersihan,” ujarnya.

Dari denah itu pun terlihat, letak aula ada di lantai dua.

“Aula ini akan menjadi tempat kegiatan rutin mahasiswa seperti wisuda atau pertemuan-pertemuan. Kalau letaknya di atas, sulit bersihkan usai kegiatan. Mahasiswa yang naik turun akan mengganggu kenyamanan mahasiswa yang sedang belajar di atas,” kata Elinus.

Elinus berharap, pemerintah dan kontraktor mengurangi kamar kecil maupun kamar tamu, tapi memperbanyak kamar atau ruang belajar bagi penghuninya.
Salah satu inteletual muda Suku Moni, Thobias Bagubau mengatakan, jika pembangunan asrama ini tak diubah pengalaman perawatan dan kerusakan yang dialami bangunan asrama lain bisa terulang. “Ini karena pengalaman, jadi pemerintah atau kontraktor merubahnya. Jika tidak, sama artinya mereka siapkan petugas perawatan,” kata Tobuas saat dihubungi lewat telepon selulernya, Rabu (12/1). (Jubi/Mawel)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar