Nesta Gimbal dan Basoka 777 Vietnam (foto. FB) |
Oleh : Ones Suhuniap #
Kita sudah banyak melihat buktinya terjadi sehari-hari. Media massa seperti bertepuk tangan dan seolah-olah ikut memberi semangat melihat kejadian ini. Inikah yang dimaksud dengan reformasi dan demokrasi?
Politik adu domba telah terkenal di Indonesia sejak Belanda Indonesia. Bangsa penjajah saat itu menamakannya sebagai devide et impera. Ini adalah sebuah strategi yang digunakan oleh pemerintah penjajahan Belanda di saat menjajah INDONESIA hal yang sama teori Devide Et Impere sedang dipakai oleh pemerintah Indonesia pake di Papua untuk melanjudkan Ppenjajahannya dan untuk kepentingan politik, militer dan ekonomi. Politik adu domba digunakan untuk mempertahankan kekuasaan dan pengaruh penjajahan Indonesia.
Secara prinsip, praktik politik adu domba adalah memecah belah dengan saling membenturkan (mengadu domba) kelompok besar yang dianggap memiliki pengaruh dan kekuatan. Tujuannya adalah agar kekuatan tersebut terpecah-belah menjadi kelompok-kelompok kecil yang tak berdaya. Dengan demikian kelompok-kelompok kecil tersebut dengan mudah dilumpuhkan dan dikuasai.
Unsur-unsur yang digunakan dalam praktik politik jenis ini adalah; 1. menciptakan atau mendorong perpecahan dalam masyarakat untuk mencegah terbentuknya sebuah aliansi yang memiliki kekuatan besar dan berpengaruh, 2. memunculkan banyak tokoh baru (tokoh boneka?) yang saling bersaing dan saling melemahkan, 3. mendorong ketidak percayaan dan permusuhan antar masyarakat, 4. mendorong konsumerisme yang pada akhirnya memicu timbulnya KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme).
Di negara barat seperti Belanda, dan Negara-negara lain politik devide et impera sudah lama tak digunakan lagi. Mereka saat ini menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM). Namun justru di Indonesia politik itu digunakan untuk menjajah Bangsa Papua Barat. Polik adu domba saat ini kental dipapua terutama dalam kerakan perjuagan, pemerintah membentuk Organisasi-organisasi sosial dan organisasi gerakan siluman dibentuk dimana sehingga orang Papua dengan orang Papua saling berbenturan. Baik yang terjadi dalam masyarakat sipil maupun birokrasi dan dalam rana politik sehingga orang Papua terpeca bela.
Siapa saja bisa dijadikan domba aduan, dari warga masyarakat biasa sampai warga kelas atas bisa jadi objek sasaran. Sesama organisasi gerakan, sesama orang tua pertahanan sampai dengan sesama masyarakat seperti perang suku di timika dan antara dewan adat Papua dan LMA dan beberapa organisasi perlawanan dibentuk untuk melakukan perlawanan terhadap organisasi Perjuangan, Seperti LMA, Barisan Merah Puti, LMRI, dan Milisi –milisi yang didalamya adalah orang Papua.
Bahkan saat NKRI sedang bermain di Masyarakat kepala-kepala suku RT/RW sampai pertikaian di masarakat sampai baku bensi satu sama lain. Peicu perpecahan di masyarakat gara-gara masalah kecil bisa berkembang menjadi konflik yang besar. Perbedaan agama, suku dan sebagainya bisa memunculkan percikan api konflik yang bila diberi bensin segera berkobar menjadi konflik besar.
Kita sudah banyak melihat buktinya terjadi sehari-hari. Media massa seperti bertepuk tangan dan seolah-olah ikut memberi semangat melihat kejadian ini. Inikah yang dimaksud dengan Indonesian Negara demokrasi?
Dalam politik adu domba, konflik sengaja diciptakan. Perpecahan tersebut dimaksudkan untuk mencegah terwujudnya aliansi yang bisa menentang penjajah ( Klonial NKRI dan imperialisme), entah itu kekuasaan di pemerintahan, di partai, kelompok di masyarakat, dan sebagainya. Pihak-pihak atau orang-orang yang bersedia bekerja sama dengan kekuasaan, dibantu atau dipromosikan, mereka yang tidak bersedia bekerjasama, segera disingkirkan.
Ketidak percayaan terhadap pimpinan atau suatu kelompok sengaja diciptakan agar pemimpin atau kelompok tersebut tidak tumbuh besar dan solid. Adakalanya tidak hanya ketidak percayaan, bahkan permusuhan pun sengaja disemai. Teknik yang digunakan adalah agitasi, propaganda, desas-desus, bahkan fitnah. Praktik seperti itu tumbuh subur saat ini.
Selain itu penjajahan Indonesia di papua saat ini, Pemerintah maupun TNI/POLRI menggandeng beberapa pribumi untuk menjadi karyawan mereka, diberi kehidupan yang layak, tapi sadar atau tidak, mereka dikondisikan untuk mengkhianati bangsanya sendiri. Raja di satu kerajaan diadu domba dengan raja lain yang pada akhirnya menimbulkan peperangan dan perpecahan. Alhasil saat itu tidak muncul sebuah kerajaan yang besar dan kuat.
Di tengah masyarakat kita dewasa ini, di tengah era informasi yang sangat liberal, praktik adu domba itu menjadi senjata ampu bagi NKRI memeca bela masyarakat Papua dan organisasi gerakan hari ini. Kita secara vulgar disuguhi berita-berita tentang perseteruan antar kelompok untuk memperebutkan kekuasaan, saling tuding, saling caci-maki, saling sikut dengan intrik-intrik politik yang sangat kasar dan kejam. Penggiringan isu, disadari atau tidak, dilakukan sedemikian rupa untuk saling menghancurkan. Hail ini NKRI berhasil masuk sampai di dalam tubuh organisasi gerakan termasuk kita KNPB sehingga kita saling benci dan kosip-kosip di internal kita berkembang sampai kita hancur hari ini.
Dalam gerakan perjuangan kita saat ini, perlu waspada terhadap isu atau kosip yang berkembang dan saling menyalakan satu sama lain. Sekalin NKRI akan selalu pake politik adu domba dalam internal gerakan kita maupun dari external untuk menghancurkan kita. Maka itu kita tidak ingin dijadikan domba aduan oleh siapapun dan pihak manapun. Oleh Penjajah Klonial NKRI, Imperalisme maupun neo imperalisme, tidak boleh lagi menjadi raja di negeri kita West Papua.
Password untuk mengatasi masalah ini kita sebagai aktifis KNPB harus tau tentang setiap Isu yang dikembangkan oleh intelejen untuk menghancurkan kita. Oleh karena itu kita sebagai pejuang harus mengetahui setiap trik NKRI di Papua, sendangkan untuk mengatasi politik adu domba musti kita harus solid dan saling percaya satu sama yang lain, jangan mudah terpancing dengan isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat luas atu external maupun dalam internal gerakan KNPB .Dengan kesatuan dan persatuan, kita akan berhasil menjadi oraganisasi yang sangat kuat di Papua untuk melawan NKRI.
Penulis adalah Ones Suhuniap Sekretaris Umum Komite Nasinal Papua Barat (KNPB) Pusat di Jayapura West Papua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar