Pages

Pages

Senin, 17 Februari 2014

BEM UNCEN DESAK KAMPUSNYA BUAT PANGGUNG BUDAYA

Yohan Wambitman kanan menyampaikan orasin (Jubi/Mawel)
Jayapura, 17/2 (Jubi) – Ketua Badan Esekutif Mahasiswa Universitas Cenderawasih (BEM Uncen) Jayapura, Papua, Yohan Wambitman mendesak pihak Uncen membentuk satu panggung budaya bagi mahasiswa Papua yang ingin melestarikan budaya.

“Teman-teman, kita jangan patah semangat. Uncen jurusan antropologi bisa bantu kami buat panggung budaya,” ujar Yohan ke massa aksi Koalisi Mahasiswa Papua Bangkit (KMPB) di Gapura Universitas Cenderawasih, Kota Jayapura, Papua, Senin (18/2).

Menurut Yohan, panggung budaya ini satu keharusan yang harus dipersiapkan pihak universitas, agar mahasiswa tak menyampaikan aspirasi di jalan-jalan. “Kalau di jalan-jalan ini kan tak berdampak pada menanamkan nilai-nilai mencintai budaya,” ujarnya.

Yohan menyampaikan itu ke teman-temannya yang kecewa akibat polisi menghalangi aksi kampanye mencintai budaya Papua dengan cara long march dari Abepura ke Kantor DPRP, sebab di pertigaan Jalan Raya Abe Sentani dan SPG Waena, Kota Jayapura. Polisi menghalangi mereka dengan alasan aksi KMPB tak sesuai isi surat pemberitahuan.

“Kami menghargai busana adat yang adik-adik gunakan, namun aksi ini tak sesuai dengan surat yang kami terima dari kordinator aksi,” kata AKBP Alfred Papare, Kapolresta Jayapura, kepada massa aksi yang jumlahnya kurang lebih ribuan mahasiswa dengan berbusana adat Papua dari berbagai wilayah.

Menurut Alfred, surat yang dilayangkan koordinator aksi kepada pihak Polresta Jayapura mengenai aksi korupsi bantuan sosial di kalangan anggota DPRP. “Tapi faktanya semua menggunakan busana adat ini dan tuntutannya sudah lain,” tuturnya serius.

Negosiasi antara pihak pendemo dengan pihak polisi berlangsung alot. Pihak kepolisian tak mengizinkan pendemo yang berbusana adat itu menuju Kantor DPRP untuk menyampaikan aspirasinya. Jika pendemo mau melanjutkan aksi, polisi menghendaki meninggalkan semua atribut yang mereka kenakan. “Kita minta adik-adik tak bawa busur, anak panah, dan alat tajam lain,” tutur Alfred.

Pihak pendemo tak menerima permintaan polisi. Pendemo lebih memilih membatalkan niat ke Kantor DPRP. “Teman-teman, kita tak bisa meninggalkan busana kita. Kita lebih baik duduk di jalan ini supaya dunia tahu. Kita kembali ke gapura Uncen,” ujar Mully Wetipo, Koordinator KMPB kepada massa aksi. Sehingga kemudian menuju ke gapura Uncen untuk melanjutkan aksinya.

Dalam orasi bergantian di gapura Uncen,  salah satu aktivis Gerakan Mahasiswa Pemuda dan Rakyat Papua bernama Alfares Kapisa mengatakan, generasi muda Papua harus mempertahankan budaya. “Kita lebih baik mempertahankan budaya kita. Mati karena mempertahkan budaya, daripada mati sia-sia,” tuturnya. (Jubi/Mawel)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar