Pages

Pages

Jumat, 21 Februari 2014

APA KAMI HARUS TUNGGU TUHAN YESUS DATANG BANGUN PASAR UNTUK KAMI?

Mama-Mama Papua Berjualan di Pasar Sementara. (Jubi/Eveerth)
Jayapura, 20/2 (Jubi) – Perjuangan Mama-Mama Pedagang asli Papua yang tergabung dalam Solidaritas Pedagang Asli Papua (SOLPAP) untuk memperoleh pasar permanen selama beberapa tahun ini belum bisa terwujud dalam waktu dekat lantaran Pemerintah Provinsi terlebih dahulu membangun kantor baru Damri di Jalan Baru, Kotaraja, Kota Jayapura, Papua.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Papua, Maikel Kambuaya mengatakan, tahun 2013 lalu pemerintah daerah setempat telah menyiapkan lahan untuk pembangunan kantor Damri karena pihak Damri ingin kantornya direlokasi terlebih dulu sebelum memulai membangun pasar Mama-Mama Papua dilokasi Damri saat ini.

“Kalau saja era pemerintahan sebelumnya seperti itu, mungkin sudah jadi. Padahal waktu itu juga ada anggaran.  Jadi tahun ini pembangunan kantor Damri dulu. Dibutuhkan waktu sekitar dua tahun untuk pembangunan kantor Damri. Setelah selasai, Damri akan pindah dan lahan yang mereka tempati kini akan digunakan untuk pembangunan pasar mama-mama Papua,” kata Maikel Kambuaya, Kamis (20/2).

Menurutnya, tahap pembangunan kantor Damri kini dalam proses penimbunan lokasi. Proyek tersebut ditangani Dinas Perhubungan Provinsi Papua. Untuk itu Maikel berharap mama-mama Papua bersabar.

“Jadi yang penting mama-mama bersabar saja. Kan sudah ditawarkan lahan mess Dinas Kesehatan Provinsi Papua, tapi mama-mama tidak mau. Mereka tetap ingin pembangunan pasar di lahan Damri. Kami tidak tinggal diam,” ujarnya.

Mengenai permasalahan hak ulayat lokasi pembangunan kantor Damri, menurut Kepala Dinas PU Provinsi Papua ini, sudah tidak ada masalah lagi. Pemerintah setempat telah membayar lunas kepada pemilik hak ulayat.

“Dulu memang bermasalah. Tapi masalah hal ulayat sudah dibayar lunas. Memang dua minggu lalu ada pemalangan di sana, tapi kami suruh pemilik hak ulayat menyelesaikannya secara internal karena itu sudah dibayar. Kalau tidak ya kami lapor polisi,” katanya.

Salah satu mama Papua, Yuliana Pigay mengatakan, mama-mama Papua tidak akan pernah bosan berjuang untuk mendapatkan  pasar permanen di tengah Kota Jayapura, meski sudah berjuang selama 13 tahun.

“Selama ini kami terus ditipu dan mendapatkan janji-janji manis dari anak-anak kami yang menjadi pejabat. Kami marah dan jengkel karena kami mama-mama adalah perempuan yang menjadi orang tua mereka. Ada anggaran Rp.10 milar lalu yang kini menjadi Rp. 45 miliar. Namun kami tidak tahu anggaran itu dimana keberadaannya karena tidak ada kemajuan dalam pembangunan pasar mama-mama Papua,” kata Yuliana.

Menurutnya, tanah selalu menjadi alasan pemerintah. Padahal uang sebesar itu bisa digunakan untuk pembayaran tanah itu dan menyewa gudang milik PT. Bintang Mas yang ada di Entrop, agar Damri bisa pindah dan pasar mama-mama bisa secepatnya dibangun.

“Kami heran karena dari walikota ke walikota, Anggota DPRP ganti anggota DPRP, MRP ganti MRP, pejabat SKPD ganti pejabat SKPD, Gubernur juga ganti Gubernur, namun nasib pembangunan pasar belum jelas. Apa kami harus tunggu Tuhan Yesus datang bangun pasar untuk kami?” ujarnya. (Jubi/Arjuna)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar