Kondisi Pendidikan Timika belajar di bawa tenda dari tahun ke tahun |
Timika-KNPBNews, Pendidikan sangat berkaitan erat
dengan kehidupan manusia bahkan tidak bisa dipisahkan sebab tanpa
pendidikan manusia tidak bisa berbuat apa-apa. pendidikan sangat penting
olehnya itu harus ditingkatkan baik pendidikan formal maupun non formal
disegala segi kehidupan manusia agar dalam pendidikan terjadi proses
belajar mengajar sehingga hakikatnya manusia memanusiakan baik dalam
kualitas maupun kuantitas.
Jikalau kita melihat era globalisasi ini terjadi suatu persaingan yang sangat tinggi sehingga untuk bersaing disegala bidang harus dengan orang yang sudah berpendidikan. Kemudian ada riil yang sedang terjadi di mana-mana adalah bahwa kerusakan moral sangat tinggi karena pengaruh-pengaruh yang negativ dari luar maupun dari dalam dan permasalahan ini terjadi karena kurangnya pendidikan.
Tetapi anak-anak asli Timika-Papua terus melarat Pendidikan dibawa tenda-tenda. Anak-anak asli Timika-Papua yang korban dari PT Freeport Indonesia di Timika wes Papua, anak-anak pemilik Tanah hidup berpendidikan di bawa tenda.- tenda…!! Sungguh ironis sumberdaya alam di Tanah mereka terus di kuras habis-habisan namun anak-anak pewaris ulayat dan pemilik tanah ini hidup berpendidikan di bawa tenda-tenda.
Inilah wajah salah satu SD Inpres 9 Irigasi-Timika di jantung kota Timika Jl. Hasanudin RT 24 Irigasi Pasar Sentral Timika-Papua Barat, terlihat anak-anak asli suku Mee, Kamoro, Amungme, Moni, Damal, dan Nduga hidup belajar dibawa tenda-tenda. PT Freeport Indonesia maupun Pemerintah Indonesia tidak memperhatikan kondisi pendidikan ini. Ini hanya di kota apalagi yang di Pedalaman Papua.
Inikah Indonesia selama 52 Tahun lebih menguasai tanah Papua, Inndonesia selalu mengatakan dan mengkampanyekan media masa tentang anak-anak papua berpendidikan baik namun kenyataan di lapangan berbeda dengan kampanye pemerintah.
PT. Freeport Indonesia milik Amerika serikat tidak pedulikan anak-anak asli pemilik ulayat atas pendidikan mereka, tidak siapkan sarana prasarana sampai saat ini melarat pendidikan diatas kekayaan alam yang melimpah. Indonesia pun mengintegerasikan orang Papua bukan untuk membangun dan mensejatrahkan manusia Papua namun mereka hanya mengiginkan kekayaan alam papua.
Manusia pemilik negeri suku Amume, Kamoro, dan suku-suku lain disekitar Freeport juga hidup dalam kemiskinan, anak-anak tidak sekolah baik karena biaya pendidikan, LPMAK dikelolah oleh pendatang, anak-anak yang ikut besasiswa mengatasnamakan anak-anak 7 (tujuh) suku, yang ikut beasiswa adalah orang pendatang yang kerja di LPMAK.
Tanah mareka sudah dirampas oleh pemerintah dan perusahaan PT. FI di timikia akhirnya mereka tersinggir jauh, dari layaknya hidup manusia, mereka kehilangan tanah sebagai harta mereka, Pemerintah daerah dan perusahaan sampai saat ini tidak memikirkan nasib anak-anak pemilik ulayat.
apakah kita kita membiarkan kapitaalisme Amerika serikat dan indonesia mengeploritasi kekayaan alam kita ?
Jika kita biarkan mereka ambil sumberdaya alam kita namun manusianya tidak dibangun bagaimana nanti nasib anak cucu kita di masa yang akan datang?
apakah kita harus membisu dan berdiam diri…?
mari kita simak sesama kesenangan Sosial yang terjadi di tanah ini, diskriminasi sosial, marginalisasi dan pemusnahan manusia papua sampai detik ini hanya kepentingan Ekonomi dan kekuasan.
Solusi yaang Harus dilakukan oleh rakyat Papua adalah sadar dan melakukan perlawanan, dengan menuntuk Hak Penetuan nasib sendiri. sebab tidak ada solusi lain kecuali bersatu dan melawan ketidak adilan.
Pemerintah Indonesia Tidak mampu mensejahterahkan rakyat Papua Barat oleh sebab itu jalan terbaik memberikan ruang demokrasi seluas-luasnya bagi rakyat Papua barat untuk menentukan nasib sendiri secara adil dan bermartabat, melalui Referendum.
Kalau REFERENDUM terjadi diatas tanah Papua Barat, segala macam persoalan akan berakhir. Karena rakyat yang akan menentukan nasip hidup mereka. (ad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar