Mentri Luar Negeri Indonesia, Marty natalegawa bersama para menteri luar negeri negara-negara Melanesia (Jubi/Ist) |
Jayapura, 20/1 (Jubi)-Terkait penghadangan yang dilakukan
mahasiswa Papua di Hotel Borobudur Jakarta pada 15 Januari saat
kunjungan delegasi Melanesia Spreadhead Group atau Negara-negara Ujung
Tombak Melanesia (MSG) ke Indonesia. Kementerian Luar Negeri Indonesia,
Direktur Jenderal Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Yuri Octavian Thamrin
mengaku koordinasi yang kurang baik dan memang kecolongan.
“Memang benar terjadi aksi penghadangan yang dilakukan oleh
sekelompok mahasiswa asal Papua dan Papua Barat, pada Rabu(15/1) pukul
09.47 WIB tepat di pintu keluar depan Hotel Borobudur, Jakarta di
lapangan Banteng Jakarta Pusat,”tulis Direktur Kawasan Asia Pasifik dan
Afrika, Yuri Octavian Thamrin dalam press releasenya yang diterima
tabloidjubi.com Senin(20/1).
Dikatakan saat itu pihaknya berada dalam satu kendaraan dengan Ketua Delegasi MSG, Menlu Fiji Ratu Inoke Kubuabola.
”Saya duduk di kursi depan sebelah kiri, dan Menlu Fiji duduk di
kursi belakang sebelah kiri. Dan di kursi belakang kanan mobil duduk
sekretariat senior Menlu Fji,”katanya. Ditambahkan enam mobil
dibelakangnya terdiri dari rombongan Menlu Solomon, Menlu PNG dan utusan
Bangsa Kanak, dan staf sekretariat MSG serta Frans Alberth Yoku dan
beberapa pejabat tinggi Kementerian Luar Negeri Indonesia.
“Rombongan bertemu dengan Menlu Marty Natalegawa pukul 10.30 WIB
terkait pembicaraan ekonomi dan pembangungan selanjutnya delegasi
bertemu Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pukul 14.00 WIB untuk
menandatangani pernyataan bersama yang terdiri dari sembila
point,”katanya. Dia menambahkan pengamanan di depan Hotel Borobudur
memang tak begitu ketat dan ini bisa dibilang kecolongan besar bagi
pejabat Kemenlu RI, aparat keamanan terutama Badan Inteleijen
Negara(BIN) yang seharusnya memberikan keamanan prioritas(VVIP) bagi
para tamu negara sing, apalagi yang bersangkutan para pejabat tinggi
setingkat menteri.
Di sisi lain pihaknya memberikan apresiasi kepada mahasiswa Papua dan
Papua Barat yang melakukan aksi dengan cara-cara damai tanpa
kekerasan(non violence) sebab mereka tampak membentangkan poster-poster
dan spanduk tuntutan kepada delegasi MSG. Salah satu spanduk
tertulis,”The West Papuan People Support WPNCL to be membership MSG.
”Namun tak ada aksi kekerasan, anarkis atau perbuatan tak
menyenangkan yang dilakukan para delegasi, juga kami pejabat Kemenlu
yang turut mendampingi,”tulisnya dalam press release. Dikatakan pihaknya
sendiri yang meminta kepada salah satu perwakilan massa aksi(yang
bersangkutan memakai topi putih, baju biru lengan panjang). Mereka
mendasak agar pernyataan sikap dari mahasiswa bisa diserahkan kepada
para delegasi MSG sambil terus mengetok kaca mobil Menlu
Fiji.”Pernyataan sikap tersebut saya mau menerima dan memberikan kepada
delegasi MSG namun tawaran itu berulang kali ditolak,”tulisnya.
Dalam press release tersebut ditulis telah terjadi tawar menawar
berlangsung sekitar delapan menit, namun tak ada kata sepakat. “Salah
satu pilihan terbaik yang bisa kami ambil , adalah memundurkan semua
mobil delegasi ke belakang, atau kembali memasuki hotel. Untuk
selanjutnya ke luar pintu lain berada tepat di depan Kantor Departemen
Luar Negeri , agar para delegasi bisa melanjutkan perjalanan,”katanya.
Ditambahkan usai kembali ke hotel dan ke luar pintu lain, pihak hotel
menyampaikan kalau aksi massa hanya bertahan sekitar lima menit dan
melakukan orasi, selanjutnya dikabarkan massa membubarkan diri dengan
tenang.
Terkait dengan insiden tersebut pihaknya sebagai Dirjen Kawasan Asia
Pasifik dan Afrika juga yang bertanggungjawab atas kunjungan delegasi
MSG ke Jakarta, Papua dan Ambon atas kepercayaan Bapak Presiden dan
Bapak Menteri Luar Negeri menyatakan ada beberapa point yang perlu
dinyatakan kepada media massa lebih khusus pers di Papua agar memberikan
informasi yang berimbang kepada publik di tanah Papua.
Pertama atas nama Presiden dan Menteri Luar Negeri Republik
Indonesia, sebagai Dirjen Kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang
bertanggungjawab atas kunjungan delegasi MSG ke Jakarta, Ambon dan Papua
menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada delegasi MSG,
terutama Menlu Fiji yang mengalami perbuatan tidak menyenangkan atas
aksi penghadangan yang dilakukan mahasiswa Papua di depan Hotel
Borobudur, Jakarta.
Kedua menyesalkan atas koordinasi yang kurang baik antara aparat
keamanan, baik TNI maupun Polri di daerah Sawah Besar, yang berdekatan
dengan Hotel Borobudur, juga turut mempertanyakan kinerja Badan
Intelejen Negara(BIN), yang sejak awal telah diberikan kepercayaan penuh
dalam hal pengamanan pejabat tinggi negara asing, sebab jelas-jelas tak
mampu mendeteksi dini, agar bisa dilakukan pencegahaan lebih dulu.
Ketiga memberikan apresiasi atas sikap dan respon delegasi MSG,
terutama Menlu Fiji, yang merasa tak terganggu dengan aksi penghadangan
yang dilakukan para mahasiswa Papua. Sebab menyadari sendiri aksi
tersebut dilakukan tanpa kekerasan, termasuk tidak merugikan pihak lain,
dan apa lagi aksi itu dilakukan oleh orang asli Papua yang juga
serumpun dengan Menlu Fiji, rumpun Melanesia.
Keempat pihaknya juga menyampaikan terima kasih kepada publik di
tanah Papua, terutama Gubernur Papua, dan masyarakat adat Papua yang
telah menjaga keamanan dan ketertiban dalam kunjungan singkat selama
delapan jam yang dilakukan delegasi MSG berjumlah 10 orang ditambah
dengan pejabat Kemenlu 12 orang, ditambah pejabat asal tanah Papua tiga
orang dan ditambah staf keamanan berjumlah 10 orang. Jumlah semua
rombongan yang ke Papua dan Ambon sebanyak 33 orang.
Kelima dikemudian hari, pihak Kemenlu Indonesia akan melakukan
koordinasi yang baik dengan aparat keamanan baik TNI maupun Polri,
terutama juga dengan BIN, agar peristiwa atau aksi penghadangan seperti
yang terjadi kemarin dilakukan tak terulang kembali, sebab hal ini
berkaitan dengan wibawa dan integritas Negara Indonesia. (Jubi/Dominggus A Mampioper)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar