Para Tahanan Politik Papua. Foto: Tapol/PMC |
Jayapura, -- Intensitas politik di tanah Papua (Provinsi Papua dan Papua
Barat) meningkat pada tahun 2013. Seiring dengan itu, jumlah penangkapan dan
tahanan politik (tapol) ikut meningkat.
Sebuah
situs Tapol Papua, papuansbehindbars.org merilis, per November 2013 telah
terjadi penangkapan politik sebanyak 537. Dari jumlah itu,
sebanyak 112 penangkapan politik terjadi
pada tiga peristiwa terpisah.
"Ini
merupakan peningkatan 165% jumlah penangkapan politik dibandingkan dengan
periode yang sama pada tahun 2012, yang menandakan penurunan tahap kebebasan
berekspresi dan berkumpul di Papua," tulis laman papuansbehindbars.org.
Penangkapan politik ini membuat jumlah Tapol di
penjara tanah Papua meningkat. Pada bukan sebelumnya, September 2013, terdapat 54 Tapol dalam penjara di Papua. Tetapi,
dalam satu bulan, akhir
November 2013 meningkat menjadi 71 Tapol di Papua.
"Tindakan
kepolisian terhadap kegiatan demonstrasi yang semakin teratur dan berkoordinasi
di Papua menjadi perhatian bulan ini, termasuk beberapa penangkapan massa
sewenang-wenang, penggunaan berulang kali kekerasan yang berlebihan,
menghalangi pengacara hukum mengakses tahanan, melakukan tindakan kejam dan
menghina tahanan, dan menangkap dan memaksa aktivis mahasiswa untuk
menandatangani perjanjian untuk menghentikan unjuk rasa," tulisnya.
Lebih
lanjut ditulis, "Mahasiswa Universitas Cenderawasih (Uncen) tersandera dalam
bentrok dengan pihak universitas atas keterlibatan dosen dalam kegiatan
kontroversial, yakni penyusunan perubahan draft RUU Otonomi Khusus. Otoritas
kampus tampaknya aktif mengundang polisi untuk memberangus aktivitas politik di
kampus, yang menyebabkan banyak penangkapan dan pemukulan mahasiswa. Sejumlah
pemimpin Papua telah menyatakan keprihatinan atas apa yang mereka anggap
sebagai usaha polisi untuk secara sistematis menutup ruang politik, khususnya
menjelang tanggal penting seperti 1 Mei, dan dalam hal ini 1 Desember."
Dijelaskan
media Tapol itu, pada 26 November, sebanyak 80 orang ditangkap di empat kota
yang berbeda karena mendukung pembukaan kantor Kampanye Papua Barat Merdeka di
Papua Nugini dan kampanye Sorong ke Samarai. Satu orang demonstran tewas dan
tiga lainnya telah menghilang.
Sementara
di Biak, sidang untuk enam tahanan 1 Mei Biak masih berlanjut dan Yohanes Boseren tetap dalam tahanan meskipun sakit
mental. Pengacara HAM dan LSM telah menyerukan pembebasannya. Investigasi juga berlanjut atas kasus empat tokoh masyarakat Sorong yang
menghadapi tuduhan konspirasi untuk melakukan makar.(GE/papuansbehindbars.org/MS)
Sumber : www.majalahselangkah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar