Pages

Pages

Senin, 16 Desember 2013

16 DESEMBER 2009: KELY KWALIK TELAH DIBUNUH DAN MEWARIS GARIS PERJUANGAN REVOLUSI PAPUA

YOGYA. TIMIPOTU NEWS. Demi masyarakat dan demi tanah saya, saya akan hidup dalam hutan untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah di bumi Papua. Itulah kata-kata revolusionar sang jendral “Kely Kwalik” saat masih hidup di hutan belantara.

KelyV Kwalik telah dibunuh oleh militer Indonesia pada, 16 Desember 2008 di Gorong-gorong-Timika Papua. Saya merasa untung apabila nyawa saya dihabiskan oleh militer Indonesia demi masyarakat dan tanah Papua tetapi saya merasa rugi dan lebih sakit hati ketika anak cucu saya tidak melanjutkan perjuangan saya untuk mengusir “kamu” Indonesia dari tanah Papua. itulah kata-kata terakhir sang Jendral di dalam mobil ambulance Militer.

Sejak Kely masih hidup, banyak pergerakan-pergerakan yang dilakukan di areal PT. FREEPORT sebagai bentuk perjuangan Kemerdekaan Papua. Kely dikenal sebagai salah satu pemimpin perjuangan Papua Merdeka yang berada dalam hutan limbah di bumi Mimika. 

Kely selalu mengatakan dalan hutan belantara bahwa “Tumbuhan adalah makanan saya, pohon adalah rumah saya, hewan adalah pelindung saya, batu dan tanah adalah kekuatan saya”. Hujan adalah minuman saya, panas adalah obat saya, dan salju adalah penyelamat saya. 

Hampir setiap hari, militer Indonesia dengan satuan keamanan selalu bekerja keras untuk mendapatkan Kely Kwalik. Sering kali TNI/POLRI menyerang keadiaman Kely dan kawan-kawannya namun, masih saja tidak berhasil untuk mendapatkan sang Pejuang itu. Pencarian Kely tidak hanya dilakukan oleh TNI/POLRI saja tetapi negara pun bekerja keras untuk mematahkan semangat Revolusi yang selalu berkobar-kobar dalam hutan bersama bendera Bintang Kejora di depan Kediamannya.

Berbagai macam cara yang digunakan untuk menggugurkan Kely namun sayangnya militer tidak juga berhasil menggugurkan Kely dari semangat perjuangan kemerdekaan Papua Barat. 

Dalam ramainya militer yang sedang mencari Kely Kwalik itu, sang Jendral Kely kembali mengatakan “walaupun dari berbagai kekuatan militer dan TNI/POLRI mencari-cari saya untuk membunuh saya, saya akan selamat dari mulut mangsa sebab tanah Papua adalah mama saya dan hujan dan salju adalah roh penyelamat saya”. Itulah ungkapan balasan Kely kepada TNI/POLRI dan Negara Indonesia.

Saya sudah tahu bahwa “saya adalah orang yang sedang dicari oleh negara” namun saya tidak akan pernah mundur dari garis perjuangan saya. Saya sudah mengerti bahwa negara Indonesia adalah penjajah manusia dan alam Papua maka nafas hidup saya adalah nafas perjuangan sampai kemerdekaan Papua jatuh di tangan manusia Papua. kata Kely dalam medan pertempuran perjuangan.

Bertahun-tahun Kely hidup dalam hutan enta apa makanan dan minuman dia disana. Bertahun-tahun Kely hidup dalam hujan, panas, dingin entah apa pakaian dia yang menutup tubuhnya yang sedang bertarung demi ras Melanesia di bumi Papua. Bertahun-tahun Kely melakukan perlawanan terhadap kekuatan yang benar-benar terlatih dan dididik oleh negara, enta apa kekuatan sang Kely.

Saat-sat itu, Kely Kwalik hanya bisa mengatakan, demi masyarakat saya “Papua” dan demi tanah leluhur Papua, saya akan hidup dalam hutan sampai titik darah saya habis di hutan. Tumbuhan adalah makanan saya, pohon adalah rumah saya, hewan adalah pelindung saya, dan batu dan tanah adalah kekuatan saya”. Hujan adalah minuman saya, panas adalah obat saya, dan salju adalah penyelamat saya. Kata Kely dalam perjuangan.

Yang perlu memberikan apresiasi dalam perjuangan Kely adalah “bisa mengoyahkan PT. FREEPORT yang saat ini berada di urutan dua di dunia”. Kely tidak memiliki skil dan teknik perang tetapi bisa masuk di area pertambangan yang dipenuhi oleh TNI/POLRI yang dimanjakan dengan dolar untuk menjaga keamanan. Militer yang ada di area pertambangan Freeport hampir sama dengan pasir-pasir di pantai yang tidak bisa hitung jumlahnya namun SANG PEJUANG PAPUA “KELY KWALIK” bisa masuk areal tersebut untuk merebut kedaulatan dan kemerdekaan bagi manusia Papua.

Saya akan turun dengan salju karena memang saya adalah salju dan saya akan turun dengan hujan karena memang saya dilahirkan dan dibesarkan dalam hujan. Itulah kata-kata Kely saat pengerangan Freeport. Saya tidak akan pernah menembak karyawan-karyawan Freeport dan juga saya tidak akan menembak mandor atau bos Freeport maupun TNI/POLRI yang mengaja areal pertambangan karena saya tidak diajarkan untuk membunuh tetapi apabila TNI/POLRI memangsa saya maka sebelum saya dimangsa habis, saya akan bertindak lebih duluan. Ungkapan sang Jendral Kely.

Kely sangat dikenal karena nama Kely sudah terdaftar di Negara Indonesia dalam daftar pencarian namun Kely disayangi oleh masyarakat Papua karena dia adalah pejuang hak-hak dasar masyarakat Papua. Kely dibenci oleh TNI/POLRI dan Negara namun Masyarakat Papua sangat mencintai Kely karena dia adalah sang Revolusi bagi manusia Papua. Kely dikejar-kejar oleh militer namun Kely selalu saja ada dalam masyarakat Papua.

Negara boleh membenci saya, negara boleh kejar-kejar saya, dan negara boleh tembak saya tetapi negara tidak akan pernah kejar, benci, dan tidak akan membunuh ideologi Papua Merdeka. Itulah kata-kata Kely sebelum dibunuh oleh negara bersama militer Indonesia pada 8 Desember 2008 silam.
 
Dari sekian banyak pergerakan revolusi itu, Kely kembali dibujuk mealului tangan dan mulut orang-orang yang telah menjadi JUDAS. Dari berbagai cara, bentuk dan sistem yang dijalankan oleh negara bersama militer untuk menggugurkan sang Revolusioner KELY KWALIK itu, pada akhir negara berhasil menghabiskan atau memangsa roh dan nyawa sang jendral Kely Kwalik di Gorong-gorong Timika-Papua pada, 16 Desember 2008 lalu.

Kely dibujuk, dimaniskan, dipasang oleh orang-orang yang memang sudah diipnotiskan dan sudah menjual identitas bangsa Papua kepada penjajah di bumi Papua. Sangat mudah diperjual-belikan sang pejuang kepada penjajah dan sangat sulit mempertahankan identitas bangsa Papua. Sangat mudah menjual sesama ras hanya karena harta kekayaan dan sangat sulit mempertahankan ideologi bangsa Melanesia. Sangat mudah mendapatkan jabatan dalam birokrat dan sangat sulit menjaga, melindungi pejuang bangsa Papua.

Kely Kwalik ditembak di bagian paha dengan alat negara Indonesia yang mustinya untuk melindungi warga negara. Darah Kely atau darah perjuangan itu terus mengalir dalam mobil militer yng sedang dibawah ke Rumah sakit Kuala Kencana milik Freeport.

Darah Kely Kwalik terus mengalir namun Kely hanya berteriak keras-keras di tengah-tengah militer yang moncong senjatanya berjejer di hidung dan jantung “PAPUAMERDEKA, PAPUA MERDEKA, PAPUA MEREKA, PAPUA MERDEKA sampai titik-titik darah penghabisan yang melepaskan nafas kehidupan terakhir.

Kely Kwalik tidak membenci kepada militer yang menembak dirinya dengan sejata tetapi Kely malah berbicara dengan mereka dalam penuh senyuman walaupun darah terus mengalir habis dari tubuhnya. Sebelum Kely menghembuskan nafas terakhir, KELY KWALIK hanya mengatakan beberapa kalimat kepada NEGARA dan Militer yang sudah menebak “saya telah ditembak dan pasti saya akan mati/meninggal namun, ideologi Papua merdeka tidak akan pernah dibunuh oleh militer sekalipun dengan alat negara yang cangih.

Saya telah ditembak dan saya akan meninggal tetapi anak cucu saya akan hadir untuk melanjutkan perjuangan saya. Saya telah ditembak dan pasti saya akan meninggal tetapi dari satu orang ini akan tumbuh seribu cabang yang mengagumkan. Saya ini adalah seorang pejuang yang belum pernah sekolah sampai Sarjana tetapi anak-anak saya akan hadir dan berdiri di setiap negara untuk berjuang Papua Merdeka. kata Jendral Kely Kwalik dalam mobil ambulance setelah ditembak.

Selain itu, Kely Kwalik pun kembali berpesan kepada militer yang ada dalam mobil ambulance, sebelum Papua Merdeka, negara Indonesia segera minta pengampunan kepada Allah atas doso-dosa Politik di Papua karena apabila tidak mengaku sampai Papua merdeka berarti negara Indonesia akan menjadi negara termiskin di dunia. Saya yakin, kalau Papua merdeka, Aceh pun akan merdeka, Maluku juga pasti Merderka. Kata-kata terakhir sang Kely.

Sebelum saya mengakhiri roh nafas Kehidupan, saya tidak mempunyai kata-kata atau pesan kepada orang Papua dan Alam Papua karena tentu roh saya akan tinggal dalam manusia Papua diatas alam Papua. Saya tidak memberikan kata-kata terahkir kepada anggota OPM saya dan seluruh masyarakat Papua karena roh saya tidak akan lari jauh dari tanah Papua. jawab Kely kepada militer dalam ambulance ketika militer tanya kepada Kely; apakah ada pesan untuk masyarakat Papua.

Kely telah dibunuh oleh militer Indonesia namun kata-kata Kely akan menjadi motivasi bagi generasi Papua dalam perjuangan Papua Merdeka. Kely telah dibunuh namun perjuangan Papua tidak pernah berhenti sampai disitu. Kely telah dibunuh namun dengan pembunuhan Kely telah menghantar isu Papua merdeka di meja PBB.

Benar sekali, kata-kata terakhir sang jendral Kely Kwalik “saya telah dibunuh tetapi akan banyak muncul anak cucu saya untuk melanjutkan”. Ungkapan Kely itu telah terbunkti dengan berdiri kantor OPM di INGGRIS, BELANDA, PNG dan di negara-negara lain yang sedang mendukung Papua Merdeka.

Tidak hanya itu, setelah THEYS, KELY, MAKO dan beberapa orang Papua dibunuh oleh Militer, seluruh masyarakat Papua kembali bersatu untuk mengusir penjajahan. Hal ini telah terbukti dengan adanya aksi-aksi yang digelar oleh manusia Papua walaupun hidupnya selalu berada dibawah tekan negara bersama kekuatan militer.

Bukan hanya masyarakat saja yang diperjuangkan tetapi pelajar dan mahasiswa juga sudah memiliki ideologi dan nasionalisme Papua. Banyak pelajar dan mahasiswa yang selalu saja melakukan aksi-aksi dengan melukiskan bendera bintang kejora di tubuhnya. Hal ini telah menunjukan bahwa, perjuangan Papua Merdeka bukan hanya dijuangkan oleh sekelompok orang saja tetapi seluruh masyarakat Papua yang ber-ras Melanesia.

THEYS dan ARNOLD dibunuh, Kely dan MAKO pun telah dibunuh sementara banyak masyarakat Papua dihabiskan dengan Kekerasan Militer. Namun, perjuangan tetap berjalan. 

Selamat berjuang, selamat merebut Kemerdekaan Papua, dan selamat menjemput kemerdekaan Papua Barat. Perjuanganmu sangat berharga dari pada mudah mendapatkan jabatan dalam NKRI. 

Seluruh aktivis baik yang ada di Papua, di luar Papua maupun di luar negeri, selamat berjuang demi masyarakat Papua dan tanah leluhur Papua. Allah segala-galanya bersama kalian, Allah bangsa Papua bersama Kalian dan Allah diri manusia bersama kalian. (Bidaipouga Mote)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar