Pages

Pages

Selasa, 19 November 2013

Socrates: Pernyataan Gubernur Sulut Patut Diapresiasi

Socratez Yoman
JAYAPURA - Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua (PGBP), Socratez Yoman, menegaskan, pernyataan Gubernur Sulawesi Utara (Sulut), D.R. Sarundajang bahwa dialog solusi tepat bagi Papua, itu patut diapresiasi.

  Karena ‘kata dialog’ bagi Pemerintah Indonesia adalah seperti ‘hantu’ yang menakutkan, sehingga selalu dihindari  dengan berbentuk siasat dengan banyak cara seperti sekarang Otsus Plus yang disebut Undang-Undang Pemerintahan Papua yang ditolak oleh rakyat Papua.

  Hanya saja baginya, esensi dialog yang dimengerti Gubernur Sulut dan orang asli Papua itu berbeda. Yang mana Gubenrur Sulut bisa saja memahami bahwa dialog terjadi antara Gubernur Papua dan rakyat Papua. 

  Dia (Gubernur Sulut,red) kenapa hanya melokalisir dialog hanya di Papua? Dialog yang diperjuangkan dan disuarakan orang asli Papua bersama rakyat Papua selama ini adalah dialog damai, jujur dan setara antara Pemerintah Indonesia dan rakyat Papua tanpa syarat dimediasi pihak ketiga yang netral.

  Menurutnya, akar persoalan Papua bukan masalah pembangunan dan kesejahteraan. Masalah mendasar di Papua ialah status politik dalam Indonesia, pelanggaran HAM berat, pemusnahan etnis Papua.

  “Dialog Damai mutlak dilaksanakan karena Otsus 2001 sebagai solusi politik antara Indonesia dan Papua telah gagal total,” ungkapnya saat menghubungi Bintang Papua via ponselnya, Senin, (18/11).

  Untuk itu, dirinya meminta agar Pemerintah Indonesia dan dunia internasional jangan lupa dan menutup mata, karena persoalan Papua sudah menjadi perhatian dunia internasional. Kalau Pemerintah RI mau bangun Papua, silakan saja karena masalah ideologi tidak bisa digadaikan dengan uang, makan minum dan bagi-bagi obat, foto bersama orang Papua yang berkuasa di Papua.

  Soal penilaian bahwa Papua aman tidak seperti yang diberitakan, kata Socratez Yoman bahwa itu juga sebuah penilaian yang keliru dan terlalu dangkal. Karena masa rombongan Gubernur Sulut hanya satu hari saja di Papua tanpa mengalami, menyelami dan menjiwai masalah psikologis, perasaan dan nurani penduduk asli Papua dinyatakan Papua aman.

  “Disisi lain, orang asli Papua memang menjaga tanah leluhur pusaka mereka dengan aman dan damai, karena tidak ada tanah dan negeri alternatif, kecuali Surga setelah kematian. Lagi pula jangan menipu dan menindas orang asli Papua dengan slogan-slogan Kristen,” tandasnya.

  Lanjutnya, selama 50 tahun Papua dalam wilayah Indonesia, banyak pejabat Kristen yang datang menjadi kepanjangan tangan penindas dan perampok di Papua ini.(nls/don/l03)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar