Aksi Mahasiswa penolakan "Otsus Plus" di depan
kantor MRP yang berujung penangkapan. Foto: Ist.
|
Jayapura, -- Ketua Sinode Gereja KINGMI Tanah Papua, Benny
Giay dengan tegas menyebut Majelis Rakyat Papua (MRP) penghianat bagi rakyat
Papua, juga mahasiswa Papua yang ada di Jayapura.
"MRP
yang sekarang ini penghianat besar bagi rakyat Papua, lebih khusus lagi
mahasiswa di Jayapura yang selama satu minggu lalu bikin aksi damai. Termasuk pada
saat aksi di halaman MRP, anak-anak mahasiswa di hadapan MRP ditangkap oleh
polisi," kata Benny saat jumpa pers di kantor Sinode Kingmi Papua, Senin
(11/11/2013) kemarin.
Penangkapan
dan penahanan puluhan mahasiswa terjadi saat aksi damai secara berturut-turut
menolak Rancangan Undang-undang Otonomi Khusus (RUU Otsus) Plus, pekan lalu.
Benny
Giay sangat menyayangkan sikap ketua dan anggota MRP yang dinilai tak
bertanggung jawab dan terkesan kongkalikong dengan para penguasa.
"Mahasiswa
Papua ditangkap di halamana kantor MRP, lalu pimpinan dan anggota MRP diam
saja, biarkan polisi tangkap mahasiswa. MRP ini lembaga kultur Papua, mengapa
harus bersikap masa bodoh? Tak satu pun
yang bersuara. Patut dipertanyakan kinerja dan tugas pokok dari MRP. Heran,
semua anggota MRP hilang dan kunci pintu ruang masing-masing. Ini bukan sikap
sebagai orang tua, mau bilang MRP dikagetkan karena tak ada surat dan lainnya,
itu alasan saja," tuturnya.
Majelis
Rakya
Papua sebagai lembaga kultur di tanah Papua yang seharusnya jadi
benteng
moral dan demokrasi, belakangan ini dituding sudah "salah jalan" karena
lebih suka perjuangkan kepentingan-kepentingan penguasa yang
menyengsarakan bangsa
Papua.
"Aksi
mahasiswa ini mendukung keputusan MRP yang menyatakan Otsus gagal dan
kembalikan ke Jakarta. Terus, tiba-tiba muncul Otsus Plus dan mahasiswa demo
tolak itu, tetapi mereka ditangkap di halaman MRP. Ini wajarkah?. Saya dan kita
semua kesal, MRP tidak bisa jalankan tupoksi yang sebenarnya," kata Benny.
Diketahui,
hasil keputusan MRP di Hotel Sahid Entrop Jayapura, pada Mei 2013, saat
evaluasi Otsus, sudah dengan tegas menyatakan Otsus gagal dan meminta dialog
Jakarta-Papua yang difasilitasi pihak netral.
Ia
menilai, wajar saja jika ada sikap penolakan terhadap RUU Otsus Plus. Ini seharusnya
didukung oleh perguruan tinggi maupun elemen masyarakat lainnya. "Saat
mahasiswa ditangkap, beberapa anggota MRP ada di halaman MRP. Tetapi saat itu
mulut mereka ibarat dijahit untuk mengatakan tak boleh tangkap. Atau mungkin
MRP juga takut ditangkap. Itu yang kami pihak Gereja katakan MRP penghianat,"
kata Giay penuh penyesalan.
Harapan
masyarakat Papua hari ini, lanjut Benny, pihak MRP, DPRP dan Gubernur Papua segera
tindak lanjuti hasil keputusan MRP yang telah diserahkan kembali oleh Gubernur
Lukas Enembe. "Otsus gagal, tidak perlu ada gerakan tambahan lagi. MRP
harus pahami itu baik, jangan binasakan rakyatmu!," tegas ketua Sinode Kingmi
Papua. (MS/Abeth Amoye You)
Sumber : www.majalahselangkah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar