Pages

Pages

Senin, 18 November 2013

Militer di Papua Segera Tarik, Mereka Aktor Masalah

TNI membunuh seorang Papua. Foto: kinisiusyo.blogspot.com.
Yogyakarta, --  "Militer di Papua segera Kurangi, mereka aktor dari beberapa masalah," kata Aris Yeimo, anggota AMP menanggapi beberan permasalahan dari perwakilan paguyuban-paguyuban dalam diskusi seputar kompleksnya permasalahan di tanah Papua yang dibuat Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) di Asrama Kamasan I Yogyakarta, pada Rabu (13/11/13) malam.

Dalam paparan permasalahan dari Paguyuban Tambraw, berbagai persoalan dikemukakan, antara lain adalah yang didalangi oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (Polri) di Tambraw.

"Di Tambraw, terjadi imigrasi gelap secara besar-besaran. Padahal, program transmigrasi sudah tidak ada. Baru yang urus itu aparat (TNI/Polri) dorang. Baro gunakan dana Bantuan Sosial (Bansos) lagi," kata perwakilan itu menjelaskan.

Sementara kata dia, militer Indonesia juga berperan menjadi tameng yang melindungi perusahaan peternakan Sapi berskala dunia yang dalam rencana akan ditempatkan di Tambraw. "Jadi, diskusi atau apa pun yang berusaha menentang masuknya perushaan itu ditentang aparat dorang."

Lagi di Tambraw, ada yang namanya Badan Inteligen Daerah (BID). Kata perwakilan paguyuban Tambraw ini, BID bertugas untuk mencari informasi mengenai siapa saja yang bicara Papua Merdeka, siapa saja yang menentang Aparat, dan siapa saja yang menentang datangnya perusahaan.
 
"Jadi masyarakat dorang juga takut bicara macam-macam," katanya.

Aparat Jualan Togel
TNI dan Polri di Papua juga berjualan Togel. Fakta ini mengemuka dari perwakilan paguyuban Dogiyai, Nabire, Paniai, dan beberapa paguyuban lainnya.

"Di Jalan Baru, KPR, di rumah salah satu anggota TNI di markas TNI, mereka jual Togel. Baro yang beli juga TNI sendiri. Ada juga polisi di sana," kata salah satu mahasiswa asal Nabire yang menjadi peserta diskusi.

Di Dogiyai, tragedi Dogiyai Berdarah, yang menewaskan rakyat tak berdosa itu, awalnya dari bisnis Togel yang dijalankan oleh Polisi sendiri.

"Di Dogiyai, Polisi sendiri yang jaga rakyat jangan jual Togel. Malah mereka yang buka bandar Togel," kata Andy Pigai, John Kuayo, dan diamini Yesaya Koteka Goo, perwakilan paguyuban Dogiyai.

Di Paniai, beberapa oknum Polisi juga jualan Togel. Yang beli juga anggota Polisi. "TNI juga kadang datang beli," kata beberapa mahasiswa dari Paniai.

Aparat Lindungi Kapital, Bukan Rakyat
Deserius, seorang mahasiswa dari Degeuwo, Bayabiru, perbatasan Paniai Nabire mengatakan, di sana, rakyatnya menderita di atas emas.
"Emas jadi kutukan. Mereka (pendatang) itu yang bawa kutukan," kata Deserius.

Menurutnya, di tempat pendulangan emas itu, ada banyak kios. Kios itu bukan kios biasa. Di dalamnya ada tempat karaoke, bar, tempat billiar, bahkan ada perempuan Pekerja Seks Komersial (PSK). 

"Mereka semua didatangkan TNI yang jaga di sana, bekerja sama dengan beberapa pendatang yang dulang secara kelompok. Mereka kelompok besar, dilindungi militer," katanya lagi.

Masih menurutnya, rakyatnya yang seharian bekerja banting tulang dulang emas dengan alat tradisional, untuk sebuah supermi, beras, harus keluarkan beberapa butir emasnya untuk makan. 

"Makanan di sana juga mahal. Kebun sudah rusak. Warga di situ sekarang tidak bercocok tanam lagi. Mereka dulang sendiri, atau dulang untuk pendatang dengan gaji tiap hari," katanya lagi.

Bahayanya, kata Deserius, tidak ada perhatian satu pun dari pemerintah. Cumu LSM dan beberapa lembaga yang peduli saja yang bekerja, coba lindungi masyarakat, tetapi suara mereka jgua tidak di dengar pemerintah.

"Biasa to, pemerintah juga dapat persennya mungkin. Jadi kalaupun rakyatnya menderita juga mereka diam saja," kata Deserius dengan nada kecewa. (MS/Topilus B. Tebai)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar