Ilustrasi |
Badan Anggaran (BA)
DPR RI hingga
saat ini belum menyetujui proyek pembangunan
14 ruas jalan di Papua dan
Papua Barat yang akan dibangun oleh TNI,
dengan alasan, masih belum dibahas BA. Sementara Komisi Pertahanan DPR telah
menyetujuinya.
Ketua BA,
Ahmadi Noor Supit, seperti diberitakan jurnalparlemen.com mengatakan, proyek itu rencananya baru akan dibahas
setelah BA membereskan
pembahasan RAPBN 2014.
"Mungkin baru minggu-minggu depan jadwal
pembahasan proyek yang dibiayai lewat BA 999. Dan, itu bisa jadi tidak hanya proyek
pembangunan 14 ruas jalan di Papua dan Papua Barat," ujar Ahmadi Noor
Supit kepada JurnalParlemen, Kamis
(26/9).
"Setidaknya kami akan minta penjelasan
pihak Kemenkeu soal program ini seperti apa. Termasuk kenapa dimunculkan
setelah APBN-P 2013 disahkan. Mesti jelas bagaimana nanti pertanggungjawaban
atas penggunaan anggaran Rp 425 miliar untuk pembiayaan pembangunan 14 jalan di
Papua tersebut," ujarnya.
TNI Siap Bangun, KASAD Minta Tambahan
Waktu
Dalam rencana
awal dari Kementerian Pertahanan RI, pembangunan 14 ruas jalan senilai 425
miliar ini diberikan kepada TNI dengan waktu bangun tiga setengah bulan.
Kepala Staf
Angkatan Darat (KSAD), Letjen Budiman merasa waktu yang dialokasikan terlalu
singkat.
"Kalau
tiga setengah bulan tidak cukup. Ini ada keterbatasan faktor medan," kata
Letjen Budiman saat rapat dengan Komisi I di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu
(4/8/2013), seperti dikutip detik.com.
Budiman meminta masa pengerjaan 14 ruas jalan sepanjang 120 km itu diperpanjang menjadi enam bulan. Kemudian, jika 14 ruas itu selesai, rencana proyek pembangunan ruas jalan setelah itu akan dilanjutkan selama 10 bulan.
"Dengan alat sudah di sana, kita punya total alokasi waktu 16 bulan," tuturnya.
Budiman meminta masa pengerjaan 14 ruas jalan sepanjang 120 km itu diperpanjang menjadi enam bulan. Kemudian, jika 14 ruas itu selesai, rencana proyek pembangunan ruas jalan setelah itu akan dilanjutkan selama 10 bulan.
"Dengan alat sudah di sana, kita punya total alokasi waktu 16 bulan," tuturnya.
Pengerjaan
proyek akan dilakukan oleh 2.000 prajurit TNI. Mereka terdiri dari gabungan
prajurit Batalyon Zeni, Marinir, dan Denzibur, 3 detasemen.
425 Miliar Tidak Melalui UP4B
425 Miliar Tidak Melalui UP4B
Rencananya,
anggaran Rp 425 miliar akan diambilkan dari Pos BA 99, yaitu anggaran yang
dimiliki Presiden. Kemenkeu didorong Komisi I agar langsung menyalurkan duit Rp
425 miliar ke Kementerian Pertahanan, tanpa melalui Unit Percepatan Pembangunan
Papua dan Papua Barat (UP4B).
"Sebuah prerogatif Kemenkeu, apabila dianggap isu yang urgen. Kami ingin diarahkan ke Kementerian terkait tidak melalui UP4B," ucap Agus.
Ini Rincian Ruas Jalannya:
1. Pembangunan jalan Kasonaweja-Trimuris-Sarmi senilai Rp 25 miliar
2. Pembangunan jalan Lagasari-Wapoga-Sumiangga senilai Rp 35 miliar
3. Pembangunan jalan Botawa-Wapoga senilai Rp 20 miliar
4. Pembangunan jalan Windesi-Yaur-Kwatisore senilai Rp 35 miliar
5. Pembangunan jalan SP3 Gesa-Barapaso-Batas Waropen senilai Rp 30 miliar
6. Pembangunan jalan Oksibil-Kawor-Waropko senilai Rp 53 miliar
7. Pembangunan jalan Rosbori-Manggui-Poom (Lingkar Yapen) senilai Rp 20 miliar
8. Pembangunan jalan Dawai-Waindu senilai Rp 20 miliar
9. Pembangunan jalan Saubeba-Rosbon senilai Rp 20 miliar
10. Pembangunan jalan Kenyam-Gearek Rp 40 miliar
11. Pembangunan jalan Gearek-Pasir Putih-Suru-suru senilai Rp 40 miliar
12. Pembangunan jalan Suru-suru-Obio-Dekai senilai Rp 40 miliar
13. Pembangunan jalan Mamugu-Batas Batu senilai Rp 40 miliar
14. Pembangunan jalan Lingkar Marsinam Rp 17 miliar.
"Sebuah prerogatif Kemenkeu, apabila dianggap isu yang urgen. Kami ingin diarahkan ke Kementerian terkait tidak melalui UP4B," ucap Agus.
Ini Rincian Ruas Jalannya:
1. Pembangunan jalan Kasonaweja-Trimuris-Sarmi senilai Rp 25 miliar
2. Pembangunan jalan Lagasari-Wapoga-Sumiangga senilai Rp 35 miliar
3. Pembangunan jalan Botawa-Wapoga senilai Rp 20 miliar
4. Pembangunan jalan Windesi-Yaur-Kwatisore senilai Rp 35 miliar
5. Pembangunan jalan SP3 Gesa-Barapaso-Batas Waropen senilai Rp 30 miliar
6. Pembangunan jalan Oksibil-Kawor-Waropko senilai Rp 53 miliar
7. Pembangunan jalan Rosbori-Manggui-Poom (Lingkar Yapen) senilai Rp 20 miliar
8. Pembangunan jalan Dawai-Waindu senilai Rp 20 miliar
9. Pembangunan jalan Saubeba-Rosbon senilai Rp 20 miliar
10. Pembangunan jalan Kenyam-Gearek Rp 40 miliar
11. Pembangunan jalan Gearek-Pasir Putih-Suru-suru senilai Rp 40 miliar
12. Pembangunan jalan Suru-suru-Obio-Dekai senilai Rp 40 miliar
13. Pembangunan jalan Mamugu-Batas Batu senilai Rp 40 miliar
14. Pembangunan jalan Lingkar Marsinam Rp 17 miliar.
TNI Tidak Pantas Bangun Ruas Jalan
TNI jelas
tidak pantas bangun 14 ruas jalan ini. Ada beberapa alasan yang mendasari.
Pertama, profesi. TNI tidak berprofesi sebagai
pembuat jalan. Tugas TNI bukan untuk itu. Ini jelas penugasan yang tidak
memperhatikan latar belakang pendidikan, keahlian, dan profesi.
Dalam ilmu
ekonomi, seseorang yang melakukan pekerjaan yang sebenarnya tidak sesuai dengan
jurusan, keahlian, dan profesi, itu jelas pengangguran terselubung. Bila ada 2.000 prajurit TNI yang dikerahkan untuk
pembangunan ini, jelas negara dengan sengaja memperbanyak angka pengangguran.
Kedua, pengalaman masa lalu. Orang Papua jelas punya kesan negatif
terhadap TNI. Dalam sejarah aneksasi atau yang disebut negara Indonesia,
integrasi- TNI banyak melakukan
pelanggaran HAM terhadap orang Papua.
Memasukkan
besi panas melalui anus, sudah pernah dibuat TNI. Pemerkosaan terhadap anak
dara Papua, bahkan terhadap ibu-ibu, sudah ratusan kali dilakukan oknum TNI.
Pembakaran
rumah, manusia Papua dibakar hidup-hidup, dibunuh, ditikam, dianiaya, disiksa
dengan listrik, dipukul dengan popor senjata, sudah pernah dibuat TNI terhadap
orang Papua.
Dan
sekarang, negara ini, Indonesia, memberi wewenang TNI untuk membuat 14 ruas
jalan, yang nota bene akan melewati kampung-kampung yang memunyai ingatan
penderitaan di atas. Ini jelas tidak masuk di logika.
Akan ada
indikasi, negara ini sengaja membangkitkan lagi ingatan penderitaan orang Papua
yang sampai saat ini masih ada.
Beberapa Indikasi
Banyak
indikasi yang muncul dari wacana ini, terlepas dari latar belakang lahirnya
wacana ini. Pertama, TNI ingin memulihkan nama baik. Orang Papua, jujur, punya
kesan negatif terhadap TNI. Kesan ini yang mungkin ingin dihilangkan TNI,
dengan pembangunan 14 ruas jalan ini.
Kedua, TNI
ingin menguasai medan, mempersempit ruang gerak Tentara Pembebasan Nasional
Papua Barat (TPN PB) yang secara konsisten bergerilya di hutan-hutan di
seantero tanah Papua.
TNI jelas
tidak mampu menguasai medan Papua yang memang ganas bagi mereka yang baru menginjakkan
kaki. Dengan pembangunan 14 ruas jalan ini, TNI punya kesempatan menengok
kerja, jalur, markas dari TPN PB, dan mempersempit ruang gerak mereka untuk
melumpuhkan TPN PB.
Penutup
Banyak orang
Papua yang menganggur. Mereka dapat saja dipekerjakan untuk membangun 14 ruas
jalan ini.
Di samping mereka nanti mempunyai pengalaman kerja terutama berhadapan
dengan alat-alat berat pembuat jalan yang jelas menguntungkan pribadi mereka, uang
sebanyak 425 miliar itu akan kembali kepada orang Papua sendiri.
Poin
ini menyisakan satu hal, yakni bagaimana pemerintah di Papua menilai,
dan menerima proyek yang rencananya akan di bikin TNI ini.
Yang perlu
diperhatikan, siapa pun dia yang nantinya akan membangun 14 ruas jalan ini,
adalah tempat-tempat sakral dari masyarakat setempat. Tempat-tempat sakral harus
dilindungi. Pembangunan ini mesti menjadi pembangunan yang hormat pada adat
setempat.
Poin ini juga
menyisakan satu hal, bahwa mereka yang berkecimpung dalam urusan proyek
pembuatan 14 ruas jalan ini wajib berkoordinasi dahulu dengan masyarakat
setempat. Jangan asal masuk.
TNI tidak
sepantasnya mendapat proyek pembuatan jalan senilai 425 miliar ini. Namun,
wacana secara riil berkata lain.
Pertanyaannya
adalah, mengapa 2.000 personel TNI yang harus turun membangun 14 ruas jalan
ini, dan bukan orang Papua atau warga sipil yang berpofesi di bidang ini?
Topilus B. Tebai, mahasiswa Papua, kuliah di Yogyakarta
Sumber : http://majalahselangkah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar