Spanduk penolakan gereja kian marak setelah sempat mereda.
Penolakan warga Kelurahan Sudimara, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang
atas rencana pembangunan Gereja Paroki Santa Bernadet di kawasan
tersebut kembali mengemuka.
Selain masih menutup akses keluar masuk ke lahan 7.000 meter yang
rencananya akan dibangun gereja, kini spanduk penolakan atas rencana
pembangunan gereja yang mengatasnamakan Forum Umat Islam Sudimara Pinang
Bersatu mulai bermunculan.
Berdasarkan pantauan, Senin (21/10), setidaknya terdapat tiga spanduk
berukuran besar berisi penolakan atas rencana pembangunan gereja
terpasang di sekitar lahan yang akan dibangun gereja.
Spanduk pertama terpasang di ruas jalan menuju akses utama lahan
gereja yang bisa langsung tembus ke Graha Regency. Spanduk kedua
terpasang di akses utama yang langsung tembus ke kawasan Pasar Bengkok,
Kecamatan Pinang. Sementara spanduk ke tiga justru terpasang di akses
masuk ke lahan gereja yang melalui kawasan perkampungan warga di
Kelurahan Sudimara.
Spanduk antara lain bertuliskan, “Menolak Keras Harga Mati Pembangunan Gereja dan Peribadatannya di wilayah Sudimara Pinang”.
Nur, seorang warga Kelurahan Sudimara saat ditemui SH mengatakan,
pihaknya tetap akan menolak pembangunan Gereja Paroki Santa Bernadet.
“Pokoknya 99,9 persen warga di sini menolak rencana pembangunan
gereja itu. Kalau tidak percaya, ente (Anda-red) bisa cek langsung satu
per satu warga di sini,” katanya.
Menurutnya, pengurus Gereja Paroki Santa Bernadet sudah melanggar
perjanjian di atas materai yang pernah ditandatangani dulu. “Pihak
gereja tolong jangan remehkan aspirasi warga,” tegasnya.
Nur yang mengaku juga turut serta saat aksi demo warga memprotes
rencana pembangunan gereja itu sebulan lalu itu menjelaskan, salah satu
dasar penolakan warga adalah bahwa gereja itu akan dibangun di tengah
permukiman.
“Kalau di kompleks sih terserah saja, tetapi kalau di tengah
permukiman, ya tentu saja akan bersinggungan langsung dengan warga.
Apalagi sejak beberapa bulan belakangan ini, yang datang beribadah
justru berasal dari wilayah luar Tangerang,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Babe, warga setempat. Pria sepuh ini bahkan
curiga bahwa gereja yang akan dibangun itu merupakan pusat dari kegiatan
umat Katolik se-Jabodetabek.
Akhir September 2013, ratusan warga Kelurahan Sudimara, juga telah
menggelar aksi demo menolak adanya aktivitas peribadahan yang
berlangsung di rumah tinggal di atas lahan yang juga akan dibangun
gereja tersebut.
Puncak dari protes tersebut, warga akhirnya menutup paksa akses utama
keluar masuk ke lahan yang akan dibangun gereja. Penutupan dilakukan
menggunakan bambu, balok kayu, dan triplek. Selain itu, warga memasang
spanduk penolakan di ruas jalan yang sudah diblokade itu.
Asikin, warga Kelurahan Sudimara, yang memimpin jalannya aksi demo
pada September lalu mengatakan, penolakan warga atas rencana pembangunan
gereja sudah dilakukan sejak 1985.
Bahkan, keberatan warga kala itu sudah disepakati dengan pihak Gereja
Paroki Santa Bernadet dan dituangkan dalam surat perjanjian bermaterai.
Namun, sejak penandatangan kesepakatan dilakukan, pihak Gereja Paroki
Santa Bernadet yang awalnya berada di Kompleks Tarakanita masih saja
menggelar ibadah.
Sumber: Sinar Harapan/http://indonesia.ucanews.com/2013/10/23/spanduk-penolakan-gereja-kian-marak/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar