Pages

Pages

Kamis, 24 Oktober 2013

‘JANGAN DIAM, PAPUA’ AKAN DILUNCURKAN

Ilustrasi Perlawanan
Jayapura 22/10 (Jubi) – ‘Jangan Diam, Papua, itulah salah satu lagu yang akan dirilis awal November 2013 yang di garap group band asal Yogyakarta, Ilalang Zaman. Didalam lirik lagu tersebut rakyat Papua akan bangkit melawan penindasan selama ini yang dialami oleh mereka.

Dalam lagu “Jangan Diam, Papua”  di alunkan syair-syair kebangkitan masyarakat papua yang selama ini tertindas, untuk melawan para petingi-petinggi dengan kekuatan jabatannya. “Ketidakpuasan pada karya-karya seni secara umum, dan musik secara khusus, terutama di media mainstream yang kebanyakan membahas Papua secara eksotis, namun penindasan dan penderitaan manusianya karena eksploitasi alam dan ekspansi industrialisasi Hilang,”  kata Yab Sarpote, pencipta lagu ‘Jangan Diam, Papua’ saat di hubungi tabloidjubi.com melalui telepon selulernya, Selasa (22/10).

Masih kata Yab, sebagai dasar dirinya bersama dua rekannya membuat lirik-lirik lagu dengan melihat dari segi Kemanusiaan yakni Solidaritas terhadap manusia lain yang tertindas. “Saat merancang lagu ini (Jangan Diam, Papua), kami harus meletakkan dulu bias nasionalisme (buta) yang melekat dalam diri kami karena kami tumbuh dalam latar belakang kebudayaan yang dikonstruksi oleh media mainstream di Indonesia. Artinya, kami harus memandang perlawanan rakyat Papua terhadap penindasan, eksploitasi, perampasan ruang hidup mereka sebagai hal yang layak dilakukan demi membebaskan hidup mereka,” katanya.

Saat ditanya soal lirik lagu “Jangan Diam, Papua” Yab menuturkan bahwa setiap karya pasti ada pro dan kontra, bahkan karya yang mengambil posisi ‘aman’ sekalipun. “Prinsipnya ini solidaritas manusia antar manusia. Saya tidak memihak bentuk negara manapun. Apakah Rakyat Papua mau tetap bersama Indonesia, atau memilih merdeka, itu adalah sepenuhnya hak Rakyat Papua.. Mengenai BINTANG KEJORA, aku melihatnya sebagai simbol. Simbol ini bukan eksklusif milik OPM.. Ini adalah simbol identitas Orang Papua yang lebih tua dibanding OPM. Ia juga mewakili harapan akan masa depan yang lebih baik. Apa pun bentuk masyarakatnya di masa mendatang. Toh, kalau mau kita ingat, Gusdur juga melihat Bintang Kejora lebih pada identitas rakyat Papua, makanya Ia mengizinkan pengibaran bendera Bintang Kejora,” urainya.

Dia mengatakan, lagu ini memang dibuat untuk membangkitkan semangat perlawanan terhadap segala bentuk penindasan. “Jadi, kalau masyarakat terinspirasi untuk melawan penindasan, berarti karya kami berhasil,” katanya.
Yab mengklaim bahwa karya mereka tidak diukur dengan berapa banyak uang terkumpul, misalnya dari penjualan lagu tersebut.. Tapi dari berapa banyak orang Papua dan di Indonesia bahkan di seluruh dunia mengatakan “CUKUP” pada penindasan dan mulai bertindak. “Kenyataannya, kami juga tidak pernah mengkomersilkan karya-karya kami,” ujarnya.

Mudah-mudahan awal November tahun ini akan dirilis, kata Yab saat disinggung kapan lagu “Jangan Diam, Papua” dirilis. Lanjut dia, awal November mudah-mudahan sudah bisa diakses di Internet. Targetnya, lagu ini juga mengajak kolaborasi suara beberapa mahasiswa Papua di Yogya. “Jadi, akan ada suara mahasiswa Papua di lagu ini,” katanya lagi.

Untuk memperkenalkan lagu ini ke masyarakat Papua, kata Yab, mungkin dirinya bersama dua rekannya berupaya kerjasama dengan beberapa radio di Papua untuk memutarkannya di Papua atau menyebarkannya dari orang ke orang, mengirimkannya ke organisasi-organisasi kemanusiaan, pers, media dan siapa pun yang tertarik dengan karya kami.

“Mimpi kami adalah memainkan dan menyanyikan lagu ini bersama rakyat Papua di Papua secara langsung, Tapi kami mungkin kami harus menabung dulu sedikit demi sedikit untuk ongkos berangkat ke sana, nah, salah satu target kami adalah lagu ini juga menginspirasi orang lain untuk menuangkan eskpresi mereka tentang Papua. Jadi semacam pemantik munculnya semangat2 perlawanan dalam bentuk yang beragam,” harap Yab.

Dalam penyebaran lagu tersebut, Pihaknya akan sebar di jejaring sosial www.youtube.com  di www.soundcloud.com  dan www.reverbnation.com “Informasi lebih lanjut akan diupdate di fans page kami di facebook dan twitter. Bentuknya akan dalam bentuk digital soft file. Kami tidak berencana menjadikannya bentuk fisik, karena hanya satu lagu dan butuh biaya banyak untuk buat bentuk fisik, Kami sebenarnya juga butuh bantuan kawan-kawan media atau siapa pun yang tertarik untuk menyebarkan ini di Papua dan di manapun. Karena kami sendiri sangat terbatas,” kata Dia.

Ilalang Zaman ini sendiri adalah band multigenre asal Yogyakarta yang beranggotakan tiga orang,  antara lain Yab (penabuh drum), Sabina Thipani (vokal dan gitar) dan Erda Kurniawan (vokal dan bass). Mereka mahasiswa dan alumnus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Kelompok ini terbentuk sejak 2010, tapi resmi memakai nama Ilalang Zaman sejak 2012.

Mereka bekerja sama dengan beberapa musisi lain dan penyair, menelurkan sebuah mini album kompilasi bertajuk ‘Tanah Borneo’. Mini Album Tanah Borneo diusung secara mandiri oleh semua pihak yang memiliki keprihatinan terhadap keadaan Borneo dewasa ini: kerusakan alam akibat perkebunan sawit dan tambang, tercerabutnya kaum pribumi dari ruang hidup dan akar budayanya, terpinggirkannya kearifan lokal oleh derasnya modernisasi dan industrialisasi ke tanah-tanah pribumi.

Nama Ilalang Zaman dipilih karena ia dinilai merepresentasikan gagasan yang diusung para personelnya dalam lagunya. Seperti ilalang dalam arti sebenarnya, gulma bagi tanaman mapan, Ilalang Zaman pun beritikad menjadi gulma bagi kemapanan di zaman mereka hidup, Lagu-lagu Ilalang Zaman sendiri dibuat sebagai aliran tandingan bagi music-musik mainstream dewasa ini yang tidak lagi berbicara tentang derita sosial.

Ilalang Zaman menciptakan tembang yang mengangkat permasalahan sosial dengan mengkritik media korporat dalam lagu “Persetan media” dan “Jurnalis Palsu”, selain itu Common sense dan kritik terhadap euphoria nasionalisme dalam lagu “Apa yang Kita Rayakan?”

Penindasan dalam berbagai bentuk, seperti penindasan hasil kolaborasi Keraton-Korporasi atas ruang hidup rakyat di lagu “Sesaji Raja untuk Dewa Kapital”, penindasan dan eksploitasi di Borneo dalam lagu “Kalimantan – Takkan Tunduk, Akan Lawan” – Penindasan dan Pendudukan Israel di Palestina dalam lagu “Palestina”, serta penindasan di Papua dalam lagu “Jangan Diam, Papua.” yang akan segera dirilis namun di jejaring sosial telah tersebar.

Nelius Awaki, salah satu musisi di Jayapura mengaku bangga dengan lagu Jangan Diam, Papua yang bakal di luncurkan pada November mendatang. “Saya bangga dengan group ini. Terima kasih untuk lagunya,” tuturnya.
Berikut lirik lagunya “Jangan Diam Papua” ciptaan Yab Sarpote (Ilalang Zaman)
Mace, hari ini
penindasan rantai kaki tangan kami
pace hari ini,
kerakusan perkosa bumi kami
Rendah sudah kini
harga diri
sabar tak berarti lagi
Reff:
Oh Papua
Sungaiku diubah darah
tanahku dibakar api
air mata tak lagi menggugah nurani
Oooh… Bangkit lah
Oh Papua
Darahku tak harus merah
Tulangku tak mesti putih
Jangan tanya arti kemerdekaan diri
Oooh… Lawan lah
Jangan diam, dia hancurkan
Jangan diam, dia hancurkan
Papuaku
Kaka, esok hari
kuingin senyum tawa datang lagi
kaka, esok hari
bintang kejora sambut mentari pagi ini
Rendah sudah kini
harga diri
diam sama saja mati
.
Untuk mengetahui dan mengikuti lebih jauh mengenai karya-karya, seruan-seruan perlawanan, gagasan, serta kegiatan Ilalang Zaman, silakan kunjungi:
(Jubi/Indrayadi TH)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar