Pages

Pages

Sabtu, 28 September 2013

11 Bahasa Hilang, Orang Asli Papua Kehilangan Identitas

Peta sebaran bahasa daerah suku-suku di Papua. Foto: papuaweb.org
Jayapura,  -- Sedikitnya ada 11 bahasa di Tanah Papua yang hilang. Dari 11 bahasa itu, 6 bahasa di antaranya di Provinsi Papua Barat dan 5 di Provinsi Papua. Hilangnya bahasa Ini, sebagai bukti atau indikator, bahwa orang asli Papua telah kehilangan identitas. 
 
Hal ini diungkapkan dua dosen Antroologi Uncen, Andi Goo dan Jack Morin dalam diskusi untuk memersiapkan "Diskusi Ilmiah tentang Krisis Identitas Manusia dan Bahasa di Papua," di ruang Jusuran Antropologi, Uncen, Jumat (27/09/13). 

"Bahasa itu jendela budaya, jadi dengan hilangnya 11 bahasa ibu di Tanah Papua, menunjukan, bahwa penurur bahasa ibu semakin berkurang sehingga terjadi krisis identitas maniusia Papua," ungkap Jack Morin. 

Menurut Andi Goo, permasalahan sosial, politik, dan kebudayaan serta perubahan pada struktur sosial kelompok-kelompok etnis di Papua, telah berdampak pada identitas ke-Papua-an. "Perubahan struktur, dalam hal ini termasuk keinginan dan hak untuk hidup setara dengan manusia lain di bumi dalam perkembangan kebudayaan," kata Andi Goo. 

Lebih lanjut Andi Goo mengatakan, perubahan sosial, politik dan kebudayaan yang berkembang pesat secara sadar maupun tidak, telah mempengaruhi identitas, bahkan kultur sebagai orang asli Papua. 

"Ada beragam faktor yang menjadi alasan, termasuk unsur-unsur paksa dengan kebijakan yang tidak ramah dan menyentuh akar kultur orang asli Papua," tegas Andi Goo.

Sementara itu, Jack Morin mengatakan, dalam interaksi dengan sesama etnis orang Papua, sudah tidak lagi menggunakan bahasa ibu untuk  berkominikasi dan mereka memilih menggunakan bahasa Melayu Papua. 

"Termasuk juga berkomunikasi dalam satu keluarga inti," tegas Jack. 

Morin menjelaskan, situasi semakin dipersulit dengan adanya perkawinan campur dan minimnya otoritas untuk berkomunikasi dengan bahasa ibu. 

"Masih banyak alasan, termasuk alasan klise yaitu malu menggunakan bahasa Ibu, hidup di luar kelompok  frekuensi komunikasi yang terbatas atau tidak sama sekali  dan minimnya aktivitas kelomok kesukuan sebagai fasilitator dalam membuat kegiatan pembelajaran bahasa dalam kelomok," ungka Morin.

Menurut Andi Goo dan Jeck Morin, persoalan inilah yang mendorong Lembaga Antroologi Uncen merencanakan untuk menggelar diskusi ilmiah tentang Krisis Identitas Manusia dan Bahasa di Papua. Soal waktu pelaksanaan diskusi ilmiah itu, masih dibahas. Tapi menurut rencana, sekitar Oktober 2013, diskusi ilmiah itu akan digelar. (MS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar