Yusak Pakage (kanan). Foto: Ist |
Jayapura, -- Ketua Parlemen
Jalanan (Parjal) dan mantan Tapol Papua, Yusak Pakege mengaku kecewa
atas pembumkaman
demokrasi di tanah Papua saat ini. Kata dia, demokrasi di Papua saat ini
benar-benar
memprihatinkan, sama seperti zaman Soeharto.
Ia menuturkan, saat ini di Papua semua aksi dari pihak manapun yang menyuarakan pelanggaran HAM dan masalah sosial lainnya tidak ada ruang. kata dia, polisi tangkap dan halangi aksi langsung di titik kumpul aksi.
Ia menuturkan, saat ini di Papua semua aksi dari pihak manapun yang menyuarakan pelanggaran HAM dan masalah sosial lainnya tidak ada ruang. kata dia, polisi tangkap dan halangi aksi langsung di titik kumpul aksi.
Kata
Yusak, "Presiden Indonesia, SBY sebagai Pimpinan Partai Demokrat perlu
memahami
apa arti dari demokrat yang ia pimpin itu. Kalau negara ini negara
demokrasi
kenapa ruang demokrasi di Papua diisolasi habis-habisan," tuturnya
kepada majalahselangkah.com melalui telepon
selulernya, Kamis, (31/07/13).
"SBY,
kami minta stop pembubaran paksa aksi demo damai di Papua. Kalau SBY
benar-benar orang demokrat berikan kami kebebasan untuk melakukan aksi
damai. Kami
meminta untuk memberikan ruang demokrasi yang sebebas-bebasnya bagi kami
orang Papua, " tuturnya dengan nada keras.
Yusak
menilai kinerja SBY gagal di Papua. "SBY bingung dalam mengambil
kebijakan
tentang Papua. Maka, kami beri tawaran untuk membuka ruang dialog yang
dimediasi oleh pihak ketiga," tuturnya.
"Kepada
Amerika dan dunia internasional, jikalau
sudah tahu Papua sudah darurat kemanusiaan kenapa ragu untuk
membicarakan
masalah Papua. Kami berpikir soal media sudah canggih media oneline bisa
dinikmati di seluruh dunia. Jadi kami meminta Amerikan janagn kuasai SDA
saja
tapi harus selesaikan masalah Papua, " pintanya. (MS)