Illustrasi .Almarhum. Irinus Yanengga |
Numbay - (Suceko) Sungguh
sangat ironis TNI di papua bertugas menjaga keutuhan dan kedaulatan
negara sekaligus pelindung dan pengayom rakyat. namun anggota TNI
bertugas di Papua berali fungsi dari tugas utama yang dipercayakan
kepada Tentara Nasional indonesia pada umumnya dan lebih khusus anggota
yang bertugas di Papua Barat, sejumlah rentetan penembakan di papua
ternyata keterlibatan pihak TNI / POLRI untuk menyusun sejumlah skenario
bertujuan untuk mengadu domba orang Papua pada umumnya lebih khususnya
dan juga skenario untuk mengkriminalisasikan, atau ada upaya membagun
opini publik melalui media masa baik media elektronik maupun media cetak
di papua.
Tetapi juga membangun opini di dunia internasional, bahwa perjuagan Rakyat Papua Barat, bersama TPN –OMP adalah gerakan kriminal atau organisasi Teroris dan separatis, supaya dukungan serta solidaritas masyarakat Internasional terhadap Perjuangan Hak penentuan Nasib sendiri bisa berkurang, bahkan hal ini di lakukan salah satu upaya bahwa, perjuagan Papua merdeka sebagai gerakan separatis yang tidak perlu ada dukungan masyarakat internasional.
Upaya mengadu domba atau skenario seperti ini terus menerus terjadi di Papua, karena dari sejumlah kasus penembakan yang terjadi di Papua Barat, hanya baru dua kasus yang terindikasi keterlibatan pihak aparat, dalam hal ini TNI /POLRI untuk mengkambing hitamkan orang Papua pada umumnya dan yang lebih khususnya adalah mengkriminalisasi perjuangan cuci Rakyat Papua Barat, yang menuntut hak penentuan Nasib sendiri.
Penembakan atau skenario yang pertama kita bisa melihat dengan jelas bahwa Penembakan terhadap salah satu warga negara asing (WNA ) asal jerman di pante base G jayapuara pada tahun 2012 bulan mei yang lalu, dimana penembakan tersebut yang terjadi di siang hari, dan peristiwa tersebut terjadi setelah hangatnya isu Pelanggaran HAM di Papua berdasarkan hasil sidang tahunan Komisi HAM PBB pada tanggal 23 Mei 2012. Dalam sidang tahunan komisi HAM tersebut ada beberapa negara yang menyoroti tentang sejumlah pelanggaran HAM di Papua dalam sidang Tahunan tersebut.
Salah satu Negara yang menyoroti Penggaran HAM tersebut adalah Jerman yang bebicara keras dan menyroti Indonesia, setelah beberapa minggu kemudian penembakan terhadap orang jerman terjadi di jayapura, hal ini sangat jelas bahwa skenario oleh pihak Aparat keamana Indonesia sengaja dilakukan bertujuan untuk mengadu domba orang papua bahwa penembakan tersebut dilakukan oleh orang Papua supaya simpatisan Internasional terhadap perjuangan dan pelanggaran HAM di papua bisa menurun, dan hal itu terjadi seakan –akan itu perjuangan dan gerakan papua adalah kirimina, separatis, dan teroris, namun hal tersebut tidak berhasil pada akhirnya, ditudu kepada Mako Tabuni dan tanpa bukti Mako sebagai tumbal utuk menutupi kesalahan dan skenario mereka sehingga MAKO harus ditembak mati, hal ini kami rakyat papua barat menilai bahwa, bagian dari cuci tangan mereka ( TNI/PORLI ).
Sama halnya skenario yang kedua kembali terjadi penembakan terhadap 3 Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) pada tanggal 31 Juli 2013 yang lalu, di Puncakjaya. Semua ini dilakukan oleh TNI, ini juga merupakan skenario dan untuk mengalihkan perhatian Isu pelanggaran HAM di papua, dan juga pengalihan isu terhadap pembunuhan secara sistematis terhadap rakyat sipil di nabire dan juga ini upaya mengadu dombakan orang papua serta terhadap perjuangan orang papua pada umumnya dan lebih khusus perjuangan suci yang dilakukan oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB) .
Penembahkan terhadap PMI di puncak jaya terjadi setelah beberapa hari Pertemuan Parlemen dan Pemerintah Inggris menyoroti terhadap kemanusiaan di papua dan mennayakan Peran Densus 88 di Papua. Dan pada pertemuan di parlemen Inggris bersama pemerintah tersebut juga menyoroti tentang perjanjian New York Agreemant tanpa melibatkan orang Papua Barat, sampai Pelaksanan PEPERA 1969 tidak sesuai dengan kesepakatan Perjanjian tersebut yang mengatakan bahawa satu orang satu suara, namun dalam pelaksanaannya dilakukan dibawa tekanan militer dan tidak ada kebebasan orang Papua Barat, untuk memilih sesuai dengan hati nuraninya apakah mereka ingin tetap dengan indonesia atau merdeka tetapi karena tekanan militer indonesia menyebabkan mereka harus mengikuti kemauan indonesia dan hanya perwakilan yang di tunjuk oleh pemerintah yang berhak untuk memilih.
Maka Hak Penetuan Nasib Sendiri sesuai dengan perjanjian New York Agreemant tersebut masih ada atau masih berlaku sampai saat ini.
Dari akhir pertemuan di parlemen inggris tersebut juga pemerintah secara resmi Menyurati persiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhidoyono (SBY) di undang secara resmi untuk menyaksikan Referendum di Skotlandia, sesuai dengan hukum internasional yang menjamin setiap orang mempunyai hak untuk menentukan nasib sendiri. Maka Pemerintah Inggris memberikan kebebasan untuk referendum di skotlandia, sehingga persiden diundang untuk menyaksikan referendum disana supaya setelah pulang dari sana pemerintah indonesia bisa melakukan hal yang sama (Referendum ) bisa terjadi di Papua Barat.
Selain itu juga pada tanggal 15 agustus 2013 yang akan datang rencana peresmian kantor OPM di Belanda secara resmi maka penembakan di pancak Jaya hanya skenario oleh TNI supaya simpatisan dan dukungan internasional terhadap penetuan nasib sendiri bisa berkurang, atau dengan kata lain upaya ini dilakukan hanya untuk merusak atau menciptakan citra buruk atau nama baik perjuangan papua barat, dan mengkriminalisasi terhadap perjuangan suci rakyat Papua. Tetapi hal ini di lakukan upaya atau skenario TNI terhadap perjuangan TPN-OPM.
Sehingga mereka ( TNI ) lebih leluasa atau dengan mudah menudu kepada TPN-PB, bahwa yang dilakukan penembakan disana ( puncak jaya ) seakan- akan dari pihak OPM yang melakukannya, dan hal ini sengaja dilakukan untuk mempertahankan Desus 88, karena pemerintah Inggris sempat menyoroti juga terhadap peran Densus 88 di papua.
Sehingga untuk mempertahankan densus 88 di papua, mereka dalam hal ini pihak aparat keamanan indonesia harus lakukan penembakan supaya bisa membangun Opini di dalam negeri maupun diluar bahwa gerakan Papua merdeka adalah Gerakan teroris, jadi Densus 88 tetap operasih di Papua Barat. Karena Penembakan terhadap PMI PuncakJaya ada beberapa indikasi yang kita bisa melihat indikasih keterlibatan pihak TNI.
Penembakan 3 Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) pada tanggal 31 Juli 2013 di Puncak jaya Semuanya dilakukan TNI dengan indikasih sebgai berikut :
1. Relawan PMI dipanggil TNI ke Tingginambut
2. Saat itu TNI tidak menggunakan kendaraan TNI untuk antar pasien berobat.
3. TNI "sengaja" tidak kawal ambulans.
4. TNI menjadikan relawan orang Papua sebagai korban skenario.
5. Kejadian penembakan dilakukan tidak jauh 100 meter dari Pos TNI.
6. Bila dilakukan TPN.OPM, pasti sasarannya Pos TNI yg jarak tembaknya terjangkau dekat (100 m).
7. TPN.OPM tidak mungkin lakukan penembakan terhadap sipil, apalagi sesama orang Papua.
8. TNI jadikan relawan PMI korban skenario agar perjuangan Papua Merdeka dan TPN OPM tercoreng di internasional dan hukum internasional.
9. Media pers lokal maupun nasional dibayar guna mengabarkan tuduhan kepada TPN.OPM.
10. TNI akan pimpin investigasi, dengan demikian semua tau bahwa hasilnya pasti menuduh TPN dan menyembunyikan TNI.
11. Skenario ini ada pra kondisi yang dilakukan TNI dalam menyambut delegasi MSG ke Papua.
12. Bahwa Pimpinan TPN selama ini meminta agar TNI Polri menghargai hukum humaniter (hukum perang) yaitu tidak membunuh sipil, wartawan, para medis apalagi Palang merah.
13. Bahwa pihak korban telah mengaku bahwa penembakan itu dilakukan TNI.
Penembakan terus menerus terjadi sampai dengan saat ini, dari sejumlah penembakan di papua tidak ada satu kasuspun yang diselesaikan dengan proses hukum bahkan sejumlah penembahakan tersebut polisi dalam hal ini Polda papua tidak mampu mengungkapakan pelaku penembakan di Papua Barat, dari tahun ketahun polisi selalu ambil kesimpulan bahwa pelaku adalah Oarang Yang Tak Dikenal (OTK). Rakyat Sipil Bersenjata (RSB) Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) dan lain-lain. Namun pelaku penembakan belum pernah ditangkap.
Maka dalam hati kita selalu bertanya - tanya bahwa siapa pelaku penembakan di papua selama ini ? tetapi dari kedua peristiwa yang kami ceritrakan secara singkat diatas dan fakta lapangan dimana penembakan Terhadap Mako Tabuni di Perumnas III pada Tahun 2012 yang lalu, terbukti bahwa pelaku dan aktor sejumlah Penembakan yang selama ini kita lihat dan membaca di medi masa bahwa pelaku yang selau disebut OTK itu adalah Mereka yang Menembak Mati Mako Tabuni dan merekalah yang menembak PMI di puncak jaya.
Selain itu upaya lain mengadu domba terhadap orang papua yang bertujuan menciptakan konflik horisontal adalah kita bisa lihat dan fakta yang terjadi dilapangan adalah Polda Papua dan kapolres Kota jayapuara, dimana Kami tau bahwa Polisi adalah mitra Kerja masyarakat memellihara melindungi dan mmengayomi masyarakat, namun polda papua dan seluruh Kapolres di Tanah Papua, Sorong sampai Merauke polisi berali fungsi kerja. Karena Polda Papua dan Polres –Polres di papua menjadi kepala dinas sosial dan membagi sembako di Gereja-Gereja dan asrama-asrama dan hari-hari Besar bakar batu bersama dengan masyarakat, dan pendekatan persuasif. Dan polisi juga membangun Milisi-milisi atau mata-mata orang papau dipasang di setiap kompleks atau linggungan masyarakat, untuk mendapatkan informasi tentang setiap aktifitas yang di lakukan oleh Aktivis papua merdeka dan menjadi mata-mata di gereja. Hali ini sengaja dilakukan untuk menciptakan konflik horisontal atau mengadu domba orang papua untuk baku benci dan baku bunuh.
RASA damai kian mahal saja di Papua. Kekerasan dan pembunuhan meneror tiada henti di Bumi Cenderawasih. Eskalasinya bahkan semakin merisaukan dari waktu ke waktu. Ini tanda bahwa masa depan bangsa ini sangat curam. Wajah retak Papua membuat banyak nyawa melayang sia-sia. Korban berjatuhan dari hari ke hari, sampai kapan akan berakhir ini semua ?
Dari semua catatan diatas kami simpulkan bahwa:
1. Pelaku Penembakan di sejumlah daerah di papua adalah TNI / POLRI
2. Komnas HAM Papua dan Lembaga Independen pemerhati Kemanusiaan harus melakukan penyelidikan terhadap sejumlah Penembakan yang selalu mambangun opini di media bahwa pelaku adalah OTK.
3. Pemerintah Indonesia dan harus membuka jaringan jurnalis Internasional ke Papua Barat
4. Kami Juga Memintah Kepada PBB segera Mengirim Pelopor Khusus PBB di Papua Barat
5. Indonesia dalam hal ini SBY secara jentelmen memberikan Referendum di Papua.
Sekian dan terima kasih
By. Nesta