Pages

Pages

Sabtu, 10 Agustus 2013

DPRP Sorot Kinerja Intelejen di Papua

Ketua Komisi  A Bidang  Politik, Hukum dan HAM
DPRP Ruben Magai, S.I.P.,
JAYAPURA - Jika Pembela Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua, Mathius Murib mendesak agar Kapolda Papua Irjen (Pol) Drs. M. Tito Karnavian, M.A., P.hD.,  mengungkap motif dan pelaku aksi penembakan yang diduga dilakukan Kelompok Sipil Bersenjata terhadap 3 tenaga medis dari RSUD  Mulia, maka lainnya halnya dengan pihak DPRP.

DPRP melalui Komisi A yang membidangi Bidang Politik Hukum dan HAM, justru menyoroti kinerja intelejen TNI/Polri di Papua yang dinilai buruk.

Salah satu indikasinya bahwa setiap ada peristiwa penembakan selalu menyebut pelakunya orang tidak dikenal (OTK). 

Padahal lanjutnya, pasukan dan intelejen yang disebar di Papua lebih dari cukup, tapi hingga kini kinerja mereka nihil. Padahal dana yang dialokasikan untuk   penanganan keamanan angkatnya sangat fantasis. 

Hal ini diiungkapkan Ketua Komisi  A Bidang  Politik, Hukum dan HAM DPRP Ruben Magai, S.I.P., di Kantor DPRP, Jayapura, Jumat (2/8).

Menurut Politisi Partai  Demokrat ini, kinerja intelejen GTGNI/Polri dipertanyakan.
“Semua  Orang Tak Dikenal (OTK) dan tidak ada yang  diungkap dan tidak ada yang merasa memberikan rasa keadilan kepada  pihak korban,” tambahnya. 

Dikatakan Politisi Partai Demokrat ini, masih terus adanya aksi penembakan terhadap warga sipil  maupun aparat keamanan, terakhir aksi penembakan  3 tenaga medis dari RSUD Mulia masing-masing Heri Yoman (32), dilaporkan tewas dan 2 perawat lainnya Darson Wonda (27) dan Fritz Baransano (42) menderita luka berat, ketika mobil ambulance  yang membawa  pasien diduga ditembaki Kelompok Sipil Bersenjata di Puncak Senyum, Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Rabu(31/7) sekitar pukul 14.30 WIT.

 Dikatakan kasus-kasus semacam ini harusnya bisa diungkap oleh pihak intelejen kita, jangan sampai ujung-ujungnya hanya berakhir dengan suatu kesimpulan kalau pelakunya adalah OTK  alias orang tidak dikenal.(Mdc/Don/l03)