Ketua Komisi A Bidang Politik, Hukum dan HAM
DPRP Ruben Magai, S.I.P.,
|
JAYAPURA - Jika Pembela
Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua, Mathius Murib mendesak agar Kapolda
Papua Irjen (Pol) Drs. M. Tito Karnavian, M.A., P.hD., mengungkap motif
dan pelaku aksi penembakan yang diduga dilakukan Kelompok Sipil
Bersenjata terhadap 3 tenaga medis dari RSUD Mulia, maka lainnya halnya
dengan pihak DPRP.
DPRP melalui Komisi A yang membidangi Bidang Politik Hukum dan HAM, justru menyoroti kinerja intelejen TNI/Polri di Papua yang dinilai buruk.
Salah satu indikasinya bahwa setiap ada peristiwa penembakan selalu menyebut pelakunya orang tidak dikenal (OTK).
Padahal lanjutnya, pasukan dan intelejen yang disebar di Papua lebih dari cukup, tapi hingga kini kinerja mereka nihil. Padahal dana yang dialokasikan untuk penanganan keamanan angkatnya sangat fantasis.
Hal ini diiungkapkan Ketua Komisi A Bidang Politik, Hukum dan HAM DPRP Ruben Magai, S.I.P., di Kantor DPRP, Jayapura, Jumat (2/8).
Menurut Politisi Partai Demokrat ini, kinerja intelejen GTGNI/Polri dipertanyakan.
“Semua Orang Tak Dikenal (OTK) dan tidak ada yang diungkap dan tidak ada yang merasa memberikan rasa keadilan kepada pihak korban,” tambahnya.
Dikatakan Politisi Partai Demokrat ini, masih terus adanya aksi penembakan terhadap warga sipil maupun aparat keamanan, terakhir aksi penembakan 3 tenaga medis dari RSUD Mulia masing-masing Heri Yoman (32), dilaporkan tewas dan 2 perawat lainnya Darson Wonda (27) dan Fritz Baransano (42) menderita luka berat, ketika mobil ambulance yang membawa pasien diduga ditembaki Kelompok Sipil Bersenjata di Puncak Senyum, Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Rabu(31/7) sekitar pukul 14.30 WIT.
Dikatakan kasus-kasus semacam ini harusnya bisa diungkap oleh pihak intelejen kita, jangan sampai ujung-ujungnya hanya berakhir dengan suatu kesimpulan kalau pelakunya adalah OTK alias orang tidak dikenal.(Mdc/Don/l03)
Sumber : www.bintangpapua.com