Pages

Pages

Kamis, 22 Agustus 2013

Gereja Katolik Merauke sikapi kehadiran investor

Mgr Nicolaus Adi Seputra MSC (Foto: dokumen)
Merauke - Kaum awam Katolik ikut bersuara tegas dan lantang terhadap kehadiran investor yang akan melakukan aktivitasnya dengan membuka lahan di kampung-kampung untuk berbagai kegiatan investasi jangka panjang.

Bahkan, masyarakat sendiri yang nota bene sebagai pemilik hak ulayat, terus melancarkan aksi protes dengan melakukan pemalangan terhadap lokasi kegiatan maupun kantor yang digunakan perusahaan.

Uskup Agung Merauke, Mgr Nikolaus Adi Seputra MSC saat memberikan sambutan pada peringatan 108 tahun masuknya Gereja Katolik di Selatan Papua di Area Patung Hati Kudus Yesus, Rabu (14/8) mengatakan, permasalahan tentang kepemilikan hak ulayat milik orang Marind, harus disikapi secara serius oleh  pemerintah setempat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) serta komponen terkait lainnya.

Saat ini, lanjut uskup agung itu, orang Marind sedang berteriak karena tanah mereka diambil oleh investor dengan cara kurang terhormat. 

“Dalam beberapa hari terakhir, saya membaca berbagai pemberitaan tentang penolakan  investor oleh masyarakat Wambi, Domande dan akan menyusul lagi masyarakat dari Muting juga demikian,” ujar prelatus itu, seperti dilansir tabloidjubi.com.

Selama ini, lanjutnya, orang Marind menerima saudara-saudara dari luar dengan baik. Namun, sekarang bukan diperlakukan sebagai saudara.

“Ini adalah permasalahan serius yang tentunya akan mengusik ketentraman dan kedamaian. Olehnya, pemerintah bersama dewan  serta komponen terkait lain agar duduk kembali, sekaligus membicarakan dengan baik. Sehingga bisa mencari jalan keluar penyelesaian terbaik,” pintanya lagi.

“Sejauh yang saya tahu, masyarakat asli Papua juga ingin maju. Mereka bukan anti pembangunan. Namun diharapkan agar pembangunan yang berkeadilan  dan membawa mereka kepada suatu kehidupan lebih baik lagi,” tambah uskup agung itu.