Tragedi Kejadian Luar Biasa (KLB) di
GOR (gelanggang Olahraga) Kota Lama Nabire, 14 Juli 2013 lalu merupakan
salah satu dari daftar KLB di Tanah Papua. Peristiwa itu menjadikan para
mahasiswa yang tergabung dalam Asosiasi Mahasiswa Papua (AMP) menggelar
aksi di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (26/8/2013).
Martinus, selaku koordinator aksi juga
menyuarakan dalam orasinya, bahwa peristiwa itu tersebut merupakan
kesempatan yang tepat untuk menciptakan sebuah konflik oleh oknum-oknum
yang memiliki kepentingan di atas tanah Papua secara sistematis,
terstruktur dan terencana.
Baca juga: Lagi! Sekda
Papua Barat pukul pramugari Wings Air dan Pemerintah salah pendekatan di
Papua, prajurit Kopassus jadi korban
“Kalau di analisis peristiwa ini secara
mendalam, memang ada oknum-oknum tertentu yang memiliki kepentingan dan
sengaja menciptakan situasi politik yang mengarah pada konflik
horizontal, yaitu konflik antara orang papua satu sama lain,” paparnya
pada LICOM saat ditemui di depan gedung negara Grahadi Jl Pemuda
Surabaya.
Dugaan itu mencuat ketika adanya Orang
Asli Papua (OAP) yang sengaja dibunuh melalui berbagai macam upaya atau
kegiatan seperti tragedi kerusuhan GOR Kota Lama Nabire Papua dalam
sebuah pertandingan tinju 14 Juli 2013 lalu yang mengakibatkan 18 orang
tewas.
Disamping itu, mereka juga menuntut
untuk segera dicopotnya jabatan Kapolda Papua, Irjen Pol. Tito Karnivan,
Ph.D dan Kapolres Nabire, AKBP Bahara Marpaung karena dianggap telah
melalaikan tugasnya.
“Dalam rangka 40 hari tragedi GOR
Nabire, kami atas nama solidaritas untuk Papua mendesak
pertanggungjawaban negara dan menuntut SBY-Boediono segera mencopot
jabatan Kapolda Papua dan Kapolres Nabire, juga mencopot Ilyas Douw dari
jabatannya sebagai Bupati. Selain itu kami berharap penarikan TNI/Polri
yang diduga ada di balik terjadinya kejahatan kemanusiaan di Papua,”
tegas Martinus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar