Pages

Pages

Senin, 08 Juli 2013

Brimob "Diusir" dari Deiyai, Ini Alasannya

Yemi Pakage (16) terbunuh misterius
di Wagethe, Sabtu, 1 Juni 2013 lalu. Foto: Ist
Deiyai -- Jumat, (27/06/13) lalu, warga Kabupaten Deiyai, Provinsi Papua secara serentak meminta Brigade Mobil (Bromob) meninggalkan Deiyai.  Seketika, Brimob yang  bertugas  di PT Dewa,  PT DMT, Kantor Keuangan setempat, dan Brimob di Polsek Deiyai meninggalkan Deiyai. 



Mereka pergi ke Enarotali, Kabupaten Paniai menggunakan 3 truk.  Mereka dikawal oleh 2 truk masyarakat,  Danramil, dan Kapolsek dan Bupati Karateker  serta  sejumlah tokoh setempat.  A. Mote kepada majalahselangkah.com mengatakan, Brimob hanya diantar sampai ke Enarotali. 

"Kami tidak tahu, apakah dari Enarotali mereka dipulangkan ke markas mereka atau tidak? Bagi warga Deiyai, yang penting Brimob tidak perlu ada di Deiyai," tutur Mote. 

Bagaimana Ceritanya? 
Minggu ketiga bulan Juni lalu, kira-kira pukul 21.00 waktu setempat, Pontianus  Madai pergi ke Magethe  (Ibu Kota Kabupaten Deiyai)  dari Yaba menggunakan motor. Ia sendirian menempuh kurang lebih 4 Kilo Meter. Malam itu, ia hendak membeli  gula, susu dan kopi.  Di kampungnya, Yaba,  tidak ada yang menjual barang-barang  itu. 

Pontianus  tiba di Wagethe dengan selamat dan membeli gula, susu dan kopi. Usai membeli, Pontianus kembali ke Yaba. Dalam perjalanan kembali, ia dihadang oleh 5 orang di depan Polsek Wagethe, kira-kira pukul  22.00 waktu setempat. Lima orang itu, 2 orang warga setempat dan 3 orang lainnya berpakaian Brimob. 

Pontianus dipukul dan ia melarikan diri meninggalkan motor. Malam itu ia pergi ke rumah saudaranya di Wagethe. Malam itu ia merahasiakan peristiwa itu. Keesokan paginya, kaka perempuannya melihat luka tusukan di hidung dan luka pukulan di otak kecil. Saat itulah Pontianus menceritakan kejadian pada malam hari itu. 

Melihat luka itu, kakaknya membawa Pontianus ke rumah sakit setempat (Puskesmas Wagethe). Sementara Pontianus dirawat, kakaknya menyampaikan hal itu kepada keluarganya di sana, termasuk para pemuda. Para Pemua tidak terima melihat saudaranya dipukul. 

Mereka mulai bergerak memalang beberapa ruas jalan, mereka juga  angkat parang, pisau dan batu. Jumlah orang yang datang semakin banyak. Suasana Wagethe semakin hangat. Mereka siap-siap  menyerang Polsek setempat. 

Situasi menjadi tegang. Polisi dan Brimob di Wagethe mulai dibantu oleh Brimob yang ada di Dogiyai dan Paniai. Beberapa Brimob yang  bertugas  di PT Dewa,  PT DMT ikut membantu. Situasi semakin tegang. Brimob mengeluarkan beberapa kali tembakan peringatan. Tembakan peringatan semakin membuat warga marah. Situasi semakin tak terkendali. 

Dalam situasi ini,  Bupati Karateker Deiyai, Basilius Badii datang mendamaikan. Tetapi, warga meminta  mereka diberikan kesempatan untuk baku pukul dengan Brimob. Warga menduga Brimob di sana kerap kali melakukan pemukulan tanpa sebab. "Bukan kali ini saja. Mereka ini sudah banyak kasus," kata salah satu pemuda di Wagethe seperti dikutip A. Mote. 

Warga juga menduga, pembunuhan misterius  Yemi Pakage (16) pada Sabtu, 1 Juni 2013 sebelumnya ada campur tangan Brimob di sana. 

"Pada saat itu, Yemi membawa pisau dan menjual pisau itu untuk menjual rokok. Sahabatnya membawa pisau ke arah lapangan terbang. Lalu, ia mengejarnya, dan ternyata ia sudah ada yang jaga. Lalu, sahabatnya bersama beberapa orang sempat memukul. Lalu, ia kembali ke rumah secara paksa. Dari rumah ia meninggal. Lalu, dari Wagethe mereka bawa ke Bomou, sekitar 1 Km dari Wahethe," kata Mote berkisah.  

Warga masih terus tawar-menawar dengan Bupati Karateker Deiyai. Mereka  mau Bupati memberikan waktu kepada mereka untuk baku pukul dengan Brimob. Bupati Karateker Deiyai berhasil membujuk warga untuk tenang. Semua warga diarahkan ke Polres untuk berbicara baik-baik. 

"Mereka sering pukul warga. Juga, mereka berupaya menggunakan putra daerah untuk kami sendiri baku pukul. Jadi, kami mau Brimob tinggalkan Deiyai,"pinta warga saat pertemuan itu. Warga terus menuntut Brimob tinggalkan Deiyai. 

Pemerintah setempat tidak mempu meredam permintaan. Warga  terus meminta Brimob harus meninggalkan Deiyai. Akhirnya, kesepakatan diambil. Mereka membuat pernyataan untuk 'cabut' Brimob dari Deiyai. Kesepakatan ditantangani wakil masyarakat, pihak kepolisian setempat dan pemerintah,  dan Danramil. Mereka sepakat Brimob harus pergi dari Deiyai dan  tidak menambah Brimob. 

Usai penandatangan perjanjian, Brimob yang bertugas di sana pergi ke Enarotali, Kabupaten Paniai menggunakan 3 truk.  Mereka dikawal oleh 2 truk masyarakat,  Danramil, dan Kapolsek dan Bupati Karateker  serta  sejumlah tokoh setempat.  (001/MS)