Yemi Pakage (16) terbunuh misterius di Wagethe, Sabtu, 1 Juni 2013 lalu. Foto: Ist |
Deiyai -- Jumat,
(27/06/13) lalu, warga Kabupaten Deiyai, Provinsi Papua secara serentak
meminta Brigade Mobil (Bromob) meninggalkan Deiyai. Seketika, Brimob
yang bertugas di PT Dewa, PT DMT, Kantor Keuangan setempat, dan
Brimob di Polsek Deiyai meninggalkan Deiyai.
Mereka pergi ke Enarotali, Kabupaten Paniai menggunakan 3 truk. Mereka
dikawal oleh 2 truk masyarakat, Danramil, dan Kapolsek dan Bupati
Karateker serta sejumlah tokoh setempat. A. Mote kepada
majalahselangkah.com mengatakan, Brimob hanya diantar sampai ke
Enarotali.
"Kami tidak tahu, apakah dari Enarotali mereka dipulangkan ke markas
mereka atau tidak? Bagi warga Deiyai, yang penting Brimob tidak perlu
ada di Deiyai," tutur Mote.
Bagaimana Ceritanya?
Minggu ketiga bulan Juni lalu, kira-kira pukul 21.00 waktu setempat,
Pontianus Madai pergi ke Magethe (Ibu Kota Kabupaten Deiyai) dari
Yaba menggunakan motor. Ia sendirian menempuh kurang lebih 4 Kilo Meter.
Malam itu, ia hendak membeli gula, susu dan kopi. Di kampungnya,
Yaba, tidak ada yang menjual barang-barang itu.
Pontianus tiba di Wagethe dengan selamat dan membeli gula, susu dan
kopi. Usai membeli, Pontianus kembali ke Yaba. Dalam perjalanan kembali,
ia dihadang oleh 5 orang di depan Polsek Wagethe, kira-kira pukul
22.00 waktu setempat. Lima orang itu, 2 orang warga setempat dan 3 orang
lainnya berpakaian Brimob.
Pontianus dipukul dan ia melarikan diri meninggalkan motor. Malam itu ia
pergi ke rumah saudaranya di Wagethe. Malam itu ia merahasiakan
peristiwa itu. Keesokan paginya, kaka perempuannya melihat luka tusukan
di hidung dan luka pukulan di otak kecil. Saat itulah Pontianus
menceritakan kejadian pada malam hari itu.
Melihat luka itu, kakaknya membawa Pontianus ke rumah sakit setempat
(Puskesmas Wagethe). Sementara Pontianus dirawat, kakaknya menyampaikan
hal itu kepada keluarganya di sana, termasuk para pemuda. Para Pemua
tidak terima melihat saudaranya dipukul.
Mereka mulai bergerak memalang beberapa ruas jalan, mereka juga angkat
parang, pisau dan batu. Jumlah orang yang datang semakin banyak. Suasana
Wagethe semakin hangat. Mereka siap-siap menyerang Polsek setempat.
Situasi menjadi tegang. Polisi dan Brimob di Wagethe mulai dibantu oleh
Brimob yang ada di Dogiyai dan Paniai. Beberapa Brimob yang bertugas
di PT Dewa, PT DMT ikut membantu. Situasi semakin tegang. Brimob
mengeluarkan beberapa kali tembakan peringatan. Tembakan peringatan
semakin membuat warga marah. Situasi semakin tak terkendali.
Dalam situasi ini, Bupati Karateker Deiyai, Basilius Badii datang
mendamaikan. Tetapi, warga meminta mereka diberikan kesempatan untuk
baku pukul dengan Brimob. Warga menduga Brimob di sana kerap kali
melakukan pemukulan tanpa sebab. "Bukan kali ini saja. Mereka ini sudah
banyak kasus," kata salah satu pemuda di Wagethe seperti dikutip A.
Mote.
Warga juga menduga, pembunuhan misterius Yemi Pakage (16) pada Sabtu, 1
Juni 2013 sebelumnya ada campur tangan Brimob di sana.
"Pada saat itu, Yemi membawa pisau dan menjual pisau itu untuk menjual
rokok. Sahabatnya membawa pisau ke arah lapangan terbang. Lalu, ia
mengejarnya, dan ternyata ia sudah ada yang jaga. Lalu, sahabatnya
bersama beberapa orang sempat memukul. Lalu, ia kembali ke rumah secara
paksa. Dari rumah ia meninggal. Lalu, dari Wagethe mereka bawa ke Bomou,
sekitar 1 Km dari Wahethe," kata Mote berkisah.
Warga masih terus tawar-menawar dengan Bupati Karateker Deiyai. Mereka
mau Bupati memberikan waktu kepada mereka untuk baku pukul dengan
Brimob. Bupati Karateker Deiyai berhasil membujuk warga untuk tenang.
Semua warga diarahkan ke Polres untuk berbicara baik-baik.
"Mereka sering pukul warga. Juga, mereka berupaya menggunakan putra
daerah untuk kami sendiri baku pukul. Jadi, kami mau Brimob tinggalkan
Deiyai,"pinta warga saat pertemuan itu. Warga terus menuntut Brimob
tinggalkan Deiyai.
Pemerintah setempat tidak mempu meredam permintaan. Warga terus meminta
Brimob harus meninggalkan Deiyai. Akhirnya, kesepakatan diambil. Mereka
membuat pernyataan untuk 'cabut' Brimob dari Deiyai. Kesepakatan
ditantangani wakil masyarakat, pihak kepolisian setempat dan
pemerintah, dan Danramil. Mereka sepakat Brimob harus pergi dari Deiyai
dan tidak menambah Brimob.
Usai penandatangan perjanjian, Brimob yang bertugas di sana pergi ke
Enarotali, Kabupaten Paniai menggunakan 3 truk. Mereka dikawal oleh 2
truk masyarakat, Danramil, dan Kapolsek dan Bupati Karateker serta
sejumlah tokoh setempat. (001/MS)
Sumber : www.majalahselangkah.com