Ketua AMP Kota Bandung, Frans Takimai menyalami
para pemateri (Foto:
Ancotex Tekege/SP)
|
Bandung — Ketua
Umum Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua (PGBP), Pdt. Socratez
Sofyan Yoman menengaskan, konflik yang terjadi di tanah Papua bukan
merupakan konflik horizontal, namun konflik vertical, yakni konflik
antara masyarakat Papua dengan Negara Indonesia.
“Semua
konflik di Papua diciptakan oleh pemerintah Indonesia untuk mengacaukan
situasi Papua. Lihat saja, dari waktu ke waktu terus terjadi
pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan aparat TNI/Polri,” ujar
Yoman, saat menyampaikan materi dalam seminar yang diadakan oleh Aliansi
Mahasiswa Papua (AMP), dalam HUT ke-15 AMP, yang digelar di Wisma
Parahyangan, Bandung, Jawa Barat, Kamis (30/5).
Yoman
menegaskan, orang asli Papua harus membangun relasi dan hubungan yang
baik dengan siapa saja, agar persoalan pelanggaran HAM di Papua dapat
diketahui dunia internasonal, dan mendapat dukungan dari masyarakat
luas.
“Kita
semua tahu Indonesia telah gagal meng-Indonesiakan Papua, karena itu
sangat pantas jika orang Papua menuntut penentuan nasib sendiri bagi
rakyat Papua Barat. Saat ini dunia sudah mengetahui tuntutan orang Papua
itu,” katanya.
Yoman
juga dalam kesempatan tersebut mengajak generasi muda Papua untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, agar dapat terus melawan penjajahan di
Indonesia dengan cara-cara bermartabat dan berintelek.
“Saya
juga minta adik-adik mahasiswa terus menulis untuk memberitahukan siapa
saja tentang situasi Papua. Saya juga sedang dalam proses menulis buku
yang berjudul “Apakah Bangsa Indonesia Menjuluki Bangsa Papua?”, dengan
menulis kita akan terus hidup,” tegas Yoman yang telah menulis 15 buku
lainnya.
Sementara
itu, Herman Katmo dari National Papua Solidarity (NAPAS) dalam
pemaparannya mengajak seluruh gerakan perjuangan di tanah Papua, maupun
di luar Papua untuk bersatu agar dapat melawan penjajahan dan penindasan
di tanah Papua.
“Kita
harus bersatu, dan mendesak bangsa penjajah dan dunia internasional
agar mengakui Papua sebagai bangsa yang berdaulat. Ptersatuan sangat
kita butuhkan saat ini,” ujar Karmo.
Setelah
keempat pemateri memaparkan pokok pikiran mereka, dilanjutkan dengan
diskusi maupun tanya jawab, yang diikuti dengan sangat antusias oleh
seluruh peserta.