Sejumlah pemuda dan mahasiswa ketika
memperingati kematian Arnold Ap
yang dimulai dari Perumnas III Waeana Papua,
Jumat, (26/4) (Jubi/Roberth Wanggai)
|
Jayapura, 26/4 – Mengenang 29 tahun
kematian Arnold C. Ap, budayawan Papua, tepatnya tanggal 26 april 1984
dan Group Mambesak sebuah group musik spirit diperingati oleh mahasiswa
dan pemuda Papua. Mereka memulai peringatan itu dengan start awal dari
Perumnas III Waena Jayapura, Papua dengan membentangkan spanduk dan
orasi kemudian longmarch ke kubur almarhum AP di tanah hitam Abepura,
Jumat (26/4).
Dalam selebaran yang dibagikan ke masyarakat oleh pemuda dan
mahasiswa terebut, menceritakan pada tahun 1978, group Mambesak mulai
bergelora dalam aktivitas pentas budaya melalui seni tari, seni ukir
serta memainkan syair musik dari lirik lagu yang mengungkapkan tentang
pola struktur, tatanan dan peradaban orang Papua.
Gerakan Mambesak pada waktu itu menjadi inspirasi bagi tiap daerah di
Papua hingga mampu menampilkan budaya mereka sebagai perekat utama demi
menegakan identitas sebuah bangsa yang benar-benar berdaulat.
Arnold C. Ap bersama teman-teman groupnya cukup mewujudkan semua
kreatifitas yang dimiliki hanya untuk mengangkat dan mempertahankan
budaya orang Papua di masa penindasan yang sangat militeristik. Mereka
berhasil melatakan landasan budaya melalui semangat Mambesak yang cukup
membara hingga ke pelosok tanah Papua. Memang group Mambesak yang
didirikannya sudah tiada lagi, tetapi semangat ekspresi budayanya mash
terus membara dan dikembangkan oleh group-group Mambesak dan budayawan
Papua saat ini.
Momentum kepergian jasa para pahlawan gerakan Mambesak seharusnya
menjadi momentum bagi orang Papua untuk diperingati sebagai hari
kebesaran budaya Mambesak. Istana Mambesak (sekarang museum Uncen) juga
diperkenalkan sebagai pendokumentasian sejarah perjuangan dimana tempat
mereka memulai memajukan gerakan Mambesak awal hingga berakhir
dilenyapkan.
Gerakan Mambesak pada waktu itu akrhirnya tercium dan menjadi buruan
pemerintah RI oleh pasukan elit militer Indonesia Komando Pasukan Sandi
Yudha (Kopasanda) yang sekarang dikenal dengan Komando Pasukan Kusus
(Kopasus) pada masa orde baru yang secara diam-diam memetakan gerakan
Mambesak menjadi sasaran empuk untuk dilenyapkan. Akirnya, pada tanggal
26 April 1984, Arnold C. Ap dibunuh setelah rekan satu groupnya, Eduard
Mofu dibunuh empat hari sebelumnya, 22 April 1984.
Mereka disiksa, ditembak dan ditenggelamkan. Beberapa hari kemudian
tubuhnya ditemukan terapung tak bernyawa di pantai Base’G Jayapura.
Begitu pula nasib tokoh budayawan Papua, Arnold C. Ap bersama rekan
Steven Mofu mengakihri karir mereka di tengah-tengah deburan ombak
pantai pasir VI dan terbaring dalam kesunyian yang abadi. Dimasa yang
bersamaan juga anggota group Mambesak semua mulai pulang ke daerah
masing-masing dan tidak menampilkan gerakan mambesaknya lagi karena
mereka terus diburu rezim penguasa saat itu.
Nathan Tebay, salah satu mahasiswa Uncen kepada tabloidjubi.com, Jumat (26/4) mengatakan, mahasiswa akan longmarch
dari perumnas III Waena ke Abepura kemudian finish di makam Arnold C.
AP. Setelah itu, mereka akan balik lalu kumpul di Museum Uncen di
Padangbulan, Abepura, Kota Jayapura untuk membakar lilin. “Minimal jam
tujuh malam begitu kami sudah balik dan bakar lilin di Museum Uncen,
Abepura,” tuturnya. Pembakaran lilin dilakukan untuk mengenang kepergian
tokoh budayawan Papua ini. (Jubi/Roberth Wanggai)
Sumber : tabloidjubi.com