Jakarta, -- Papuans Behind Bars (Orang Papua di Balik
Jeruji), sebuah
proyek tentang tahanan politik di Papua Barat melaporkan hingga akhir Maret
2013 terdapat 40 Tahanan Politik Papua dalam penjara di Papua.
Dalam laporan itu menulis, sepanjang Maret terdapat peningkatan pelaporan terkait
penangkapan sewenang-wenang, penahanan, penyiksaan dan pelecehan terhadap warga sipil di Papua Barat. Terdapat
penangkapan di Sarmi, Manokwari dan Paniai.
"Terjadi
peningkatan dalam bulan Maret. Sebelumnya, pada Februari Tahanan
Politik Papua berjumlah 35 orang. Pada Maret naik menjadi 40
orang,"tulis dokumen itu.
Seperti dilaporkan Papuans
Behind Bars, tahanan Politik Papua yang
berada dalam penjara hingga Maret 2013
adalah:
Tahanan
|
Tanggal Penahanan
|
Dakwaan
|
Hukuman
|
Kasus
|
Dituduh melakukan kekerasan?
|
Kekhawatiran dilaporkan sementara proses
hukum?
|
LP/Penjara
|
Markus Yenu
|
6 Maret 2013
|
106
|
Dalam
persidangan
|
Demonstrasi
Manokwari dan pertemuan KNPP
|
Tidak
|
Tertunda
|
Manokwari
|
Isak Demetouw
(alias Alex Makabori)
|
3 Maret 2013
|
110; Pasal 2,
UU Darurat 12/1951
|
Dalam
persidangan
|
Dituduh TPN/OPM
|
Tidak
|
Tertunda
|
Sarmi
|
Daniel
Norotouw
|
3 Maret 2013
|
110; Pasal 2,
UU Darurat 12/1951
|
Dalam
persidangan
|
Dituduh TPN/OPM
|
Tidak
|
Tertunda
|
Sarmi
|
Niko Sasomar
|
3 Maret 2013
|
110; Pasal 2,
UU Darurat 12/1951
|
Dalam
persidangan
|
Dituduh TPN/OPM
|
Tidak
|
Tertunda
|
Sarmi
|
Sileman Teno
|
3 Maret 2013
|
110; Pasal 2,
UU Darurat 12/1951
|
Dalam
persidangan
|
Dituduh TPN/OPM
|
Tidak
|
Tertunda
|
Sarmi
|
Matan Klembiap
|
15 Februari
2013
|
110; Pasal 2,
UU Darurat 12/195112/1951
|
Dalam persidangan
|
Afiliasi dengan
Terianus Satto dan Sebby Sambom
|
Tidak
|
Ya
|
Tahanan polisi,
Jayapura
|
Dukungan atas para Tapol itu datang dari
berbagai pihak. Pada
tanggal 1 Maret, Komunitas Melbourne Papua Barat mengadakan malam peningkatan
kesadaran di Kindness House di Melbourne. Bersama dengan makanan dan nyanyian,
acara ini juga menunjukkan sebuah film diproduksi oleh Peter Woods, yang berisi
rekaman dari dua kunjungan terakhirnya ke Papua Barat.
Dikabarkan, Film
ini disambut antuasias oleh 50 orang, dan mengungkapkan sejauh mana demonstrasi
publik besar menuntut kemerdekaan di Papua Barat selama 12 bulan paska Kongres
Ketiga Rakyat Papua pada Oktober 2011. Film ini akan siap diuncurkan pada
pertengahan Mei 2013. Acara ini menggalang dana AUD300 untuk mendukung tahanan
politik di Papua Barat.
Sebuah
koalisi LSM termasuk Komisi HAM Asia (AHRC), Koalisi Internasional untuk Papua
(ICP) dan Survival International (SI), tanggal 12 Maret 2013 lalu mengajukan pernyataan lisan
bersama kepada sesi persidangan ke-22 di Dewan HAM PBB.
Papuans
Behind Bars
mengabarkan,
pernyataan
tersebut menujukan peningkatan penganiayaan dan penangkapan sewenang-wenang
aktivis politik dan pembela HAM di Papua Barat, dengan berkedok usaha melawan
terrorisme.
Kasus
penyiksaan 20 tahanan di penjara Abepura, penangkapan tujuh orang di Depapre
sehubungan dengan aktivis pro-kemerdekaan dan penangkapan dan perlakuan kejam
terhadap Yunus Gobai disorot dalam pernyataan untuk menggambarkan masalah
kekerasan yang sedang berlangsung dan impunitas di Papua Barat. Pernyataan
tersebut menyerukan dialog damai di bawah mediasi netral, akses terbuka ke
Papua dan pembebasan semua tahanan politik.
Dukungan juga datang dari Herman
Wainggai, seorang mantan tahanan politik yang kini membela hak asasi manusia
orang Papua di Amerika Serikat, sudah mengadakan acara dalam rangka Kampanye
Pembebasan Tahanan Politik di Papua Barat.
Kampanye
ini bertujuan untuk menginformasikan masyarakat umum tentang masalah yang
dihadapi di Papua Barat dan untuk memperoleh dukungan bagi pembebasan para
tahanan politik. Wainggai ditangkap pada tahun 2002 dan dituduh dengan pasal
makar untuk peran dia dalam mengorganisir acara di mana Bendera Bintang 14
dikibarkan.
Sementara, di Inggris, Benny Wenda juga terus menyeruhkan untuk
pembebasan para Tapol di Papua.
Diketahui, tujuan Papuans Behind Bars
adalah memberikan data yang akurat dan transparan, dipublikasi dalam bahasa
Inggris dan Indonesia, untuk memfasilitasi dukungan langsung terhadap para
tahanan dan meningkatkan diskusi dan kampanye lebih luas sebagai dukungan
terhadap kebebasan berekspresi di Papua Barat.
Papuans
Behind Bars adalah
satu proyek kolektif yang dimulai oleh kelompok-kelompok masyarakat sipil Papua
yang bekerjasama dalam rangka Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penegakat Hukum
dan HAM di Papua. Ini adalah gagasan kelompok bawah dan mewakili kerjasama yang
lebih luas antara para pengacara, kelompok-kelompok HAM, kelompok-kelompok
adat, para aktivis, wartawan dan para individu di Papua Barat, LSM-LSM di
Jakarta, dan kelompok-kelompok solidaritas internasional.
Proyek
ini menyimpan data lebih dari 200 tahanan politik saat ini dan bekas tahanan
politik dan website - www.papuansbehindbars.org akan diluncurkan akhir bulan
ini.
Website ini akan mempublikasikan
semua perkembangan terbaru secara bulanan, memberikan tanda waspada terhadap
peristiwa penangkapan dalam kaitannya dengan masalah politik dan informasi
perkembangan terkini yang memberi dampak terhadap para tahanan politik.
Diinformasikan, data ini adalah bagian ketiga dari
seri ini. Papuans Behind Bars mengatakan, menerima
pertanyaan, komentar dan koreksi serta bisa dikirimkan melalui info@papuansbehindbars.org. (GE/Ist/MS)
Sumber : majalahselangkah.com