Anak-anak SD di salah satu kampung
(Jubi/Ans)
|
Merauke, 11/4 – Kepala Dinas Pendidikan
dan Pengajaran Kabupaten Merauke, Vincentius Mekiuw mengungkapkan,
berdasarkan laporan yang diterima dari Kepala Distrik Tabonji, Patris
Maturbongs, kegiatan belajar mengajar anak-anak di delapan SD disana,
tidak berjalan sama sekali. Sementara, para guru sendiri tetap
mengikutsertakan anak-anak dalam ujian akhir sekolah yang sedang
diselenggarakan.
“Saya minta para guru jangan melakukan pembodohan terhadap anak-anak
asli Papua. Kenapa harus memaksakan mereka untuk mengikuti ujian akhir.
Sementara mereka tak pernah mendapatkan ilmu pengetahuan dengan baik.
Apa salahnya para guru melaporkan kepada saya jika kegiatan belajar
mengajar tidak berjalan selama ini. Sehingga, bisa diambil keputusan
untuk ditunda tahun depan,” ujar Vincent ketika ditemui tabloidjubi.com
diruang kerjanya, Kamis (11/4).
Vincent tidak pernah membayangkan bagaimana jika anak-anak mengikuti
ujian akhir sekolah. Kalaupun mereka akan lulus, ilmu apa yang bisa
dibawa untuk lanjut ke jenjang lebih tinggi. Itu yang menjadi persoalan
besar. “Kalaupun orangtua memaksakan mereka harus lanjut sekolah,
otomatis hanya bertahan satu minggu. Setelah itu, akan pulang ke
kampung halaman. Karena tidak mampu bersaing dengan siswa lain,”
tandasnya.
Lebih lanjut Vincent mengungkapkan, dalam tahun ini, tiga sekolah di
Distrik Kimaam, tidak dapat menyelenggarakan ujian akhir untuk tingkat
sekolah dasar. Persoalannya karena tidak ada guru yang betah tinggal dan
menjalankan tugas serta tanggungjawabnya sebagaimana biasa. “Memang
kita tidak bisa memaksanakan untuk diselengarakan ujian. Karena yang
susah nanti adalah anak didik. Mereka dipastikan tidak dapat mengerjakan
soal ujian dengan sebaik mungkin,” tuturnya.
Ditambahkan, sejak pelantikan para kepala sekolah (Kepsek) pada Bulan
Desember tahun 2012 silam, banyak kepala sekolah yang belum ke tempat
tugas. “Sampai sekarang dana operasional belum diterima dan kalaupun
mereka berangkat terlebih dahulu, terutama daerah di pedalaman yang
sangat jauh, tidak mungkin dengan gajinya, lantaran sangat tidak
mencukupi. Belum lagi dengan persoalan tempat tinggal di kampung yang
belum ada tempat tinggal. (Jubi/Ans)
Sumber :tabloidjubi.com