Pages

Pages

Senin, 25 Maret 2013

PELESTARIAN SDA DAN SDG PAPUA HARUS SECARA BERKELANJUTAN



Ilustrasi seorang anak di pinggiran Danau Sentani,
dengan spanduknya mengajak kita semua ikut
melestarikan sumber daya genetik Papua, yakni berupa
perlindungan terhadap tanaman pohon sagu (Jubi/Eveerth)
Jayapura, 25/3 Penjabat Gubernur Provinsi Papua Constan Karma mengatakan,  betapa pentingnya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang perlu dilakukan secara berkelanjutan, terpadu, arif dan bijaksana.

“Maka saya tekankan agar dalam usaha mengeksploitasi sumber daya alam untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat hendaknya diawali dengan sebuah mekanisme perencanaan yang efisien sehingga akan memberikan implikasi bagi keseluruhan proses implementasi program pembangunan,” kata Penjabat Gubernur Papua, Constant Karma, belum lama ini di Sasana Krida, Kantor Gubernur Dok II Jayapura.

Gubernur Constan juga mengingatkan kepada semua pihak terutama para pengambil keputusan publik baik ditingkat provinsi maupun ditingkat kabupaten/kota agar memperhatikan beberapa hal, diantaranya keberlanjutan pembangunan memerlukan kelestarian fungsi daya dukung sumber daya alam dan lingkungna hidup.

Kemudian dalam konteks otonomisasi, jangan sampai terjebak dalam eforia desentralisasi yang akan berimplikasi pada perubahan akses dan kontrol terhadap sumber daya alam, kebutuhan pertumbuhan ekonomi yang tinggi atau peningkatan pendapatan daerah yang akan memacu exploitasi sumber daya alam secara besar-besaran namun tidak disertai dengan insentif yang memadai bagi usaha-usaha konservasi.

Lalu yang berikutnya kontribusi sumber daya alam bagi peningkatan anggaran pembangunan daerah harus dapat menjamin keberlanjutan peningkatan pendapatan daerah itu sendiri serta peningkatan kesejahteraan masyarakat secara langsung dan keberlanjutan.

“Dan yang terpenting juga adalah memperhatikan konflik antara masyarakat adat pemilik sumberdaya alam dengan perusahaan alam agar diselesiakn secara bijaksana dan saling mnguntungkan,” katanya.

“Proses perumusan kebijaksanaan maupun pengendalian pembangunan daerah yang berkaitan dengan eksploitasi sumberdaya alam agar melalui mekanisme konsultasi publik, dalam hal ini keterlibatan langsunug masyarakat pemilik sumber daya alam dalam perumusan kebijaksanaan atau pengambilan keputusan,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Genetik dari KLH, Vidya Sari Nalang menambahkan, terkait konferensi desa adat, maka diundang 7 (tujuh) wilayah adapt, yakni Mamta : Papua Timur Laut, Saereri : Papua Utara/Teluk Cenderawaih, Domberai : Papua Barat Laut, Bomberai : Papua Barat, Anim Ha : Papua Selatan, La Pago : Papua Tengah dan wilayah ketujuh adalah Meepago : Papua Tengah Barat.

“Pasti ada rekomendasi-rekomendasi yang di hasilkan selama dua hari pertemuan, namun pihak masyarakat adapt aan di ajak untuk menginventarisasi semua kepemilikan sumber daya genetik,’ tutur Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Genetik dari KLH, Vidya Sari Nalang, kepada Tabloidjubi.com, di Jayapura, Senin.

Kegiatan konferensi Masyarakat Adat dilaksanakan di Hotel Relat, Sejak tanggal 21 – 22 Maret 2013, diikuti berbagai komponen masyarakat adapt, selanjutnya telah merumuskan berbagai sumber daya genetic, seperti sagu, buah merah, noken Papua, sarang semut serta sumber daya genetik lainnya yang harus dijaga dan dinventarisir secara baik sebagai warisan budaya bangsa Papua. (Jubi/Eveerth)

Sumber :  http://tabloidjubi.com/2013/03/25/pelestarian-sda-dan-sdg-papua-harus-secara-berkelanjutan/