Makassar: Solidaritas mahasiswa
peduli rakyat Papua dan lembaga monitoring advokasi dan HAM Indonesia,
Senin (25/3) menggelar unjuk rasa di depan Monumen Mandala pembebasan
Irian Barat, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar.
Mereka menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan wakilnya Boediono lengser dari jabatan.
Aksi yang dikoordinasi Thomas C ini menggunakan sejumlah antribut ciri khas Papua dengan memasang spanduk putih bertuliskan Rebut kembali kemerdekaan Papua dan jadikan Papua kembali bermartabat.
Tidak hanya menggunakan pakaian ciri khas Papua, para pengunjuk rasa pun menggelar orasi secara bergantian sembari membacakan pernyataan sikap mereka.
Mereka juga lebih banyak menyoroti kejahatan kemanusian yang Terus terjadi di Papua sejak 1963, yang hingga kepempinan SBY-Boediono terus terjadi. Pemerintah memberi status otonomi khusus, tapi tetap tidak ada manfaatnya bagi rakyat Papua.
"Mereka tetap terbelakang. Kebijakan yang ada selalu saja menghasilkan pertentangan bahkan mengakibatkan korban jiwa," ungkap Thomas dalam orasinya.
Dalam tuntutannya, para mahasiswa Papua ini membaginya dalam delapan poin, yaitu dengan tidak menjadikan Papua sebagai bagian politik. Segera tarik kembali pasukan TNI/Polri dari tanah Papua.
Segera menghentikan kekerasan di tanah Papua. SBY bertanggung jawab atas kematian-kematian rakyat Papua. Hentikan otonomi khusus Papua. Pemerintah harus segera bertanggung jawab atas pelanggaran HAM berat di Papua. Bertanggung jawab atas eksploitasi sumber daya alam (SDA) di Papua dan bertanggung jawab terjadinya kapitalisme dan kapitalisasi di Papua.
Atas semua tuntutan tersebut, sebelum mengakhiri aksi, mahasiswa Papua yang merasa kecewa dengan pemerintahan SBY-Boediono. "Jika SBY-Boediono tidak lengser, maka Papua merdeka. Itu pilihan," tutup Thomas.(Lina Herlina)
Aksi yang dikoordinasi Thomas C ini menggunakan sejumlah antribut ciri khas Papua dengan memasang spanduk putih bertuliskan Rebut kembali kemerdekaan Papua dan jadikan Papua kembali bermartabat.
Tidak hanya menggunakan pakaian ciri khas Papua, para pengunjuk rasa pun menggelar orasi secara bergantian sembari membacakan pernyataan sikap mereka.
Mereka juga lebih banyak menyoroti kejahatan kemanusian yang Terus terjadi di Papua sejak 1963, yang hingga kepempinan SBY-Boediono terus terjadi. Pemerintah memberi status otonomi khusus, tapi tetap tidak ada manfaatnya bagi rakyat Papua.
"Mereka tetap terbelakang. Kebijakan yang ada selalu saja menghasilkan pertentangan bahkan mengakibatkan korban jiwa," ungkap Thomas dalam orasinya.
Dalam tuntutannya, para mahasiswa Papua ini membaginya dalam delapan poin, yaitu dengan tidak menjadikan Papua sebagai bagian politik. Segera tarik kembali pasukan TNI/Polri dari tanah Papua.
Segera menghentikan kekerasan di tanah Papua. SBY bertanggung jawab atas kematian-kematian rakyat Papua. Hentikan otonomi khusus Papua. Pemerintah harus segera bertanggung jawab atas pelanggaran HAM berat di Papua. Bertanggung jawab atas eksploitasi sumber daya alam (SDA) di Papua dan bertanggung jawab terjadinya kapitalisme dan kapitalisasi di Papua.
Atas semua tuntutan tersebut, sebelum mengakhiri aksi, mahasiswa Papua yang merasa kecewa dengan pemerintahan SBY-Boediono. "Jika SBY-Boediono tidak lengser, maka Papua merdeka. Itu pilihan," tutup Thomas.(Lina Herlina)
Editor: Edwin Tirani
Sumber : http://www.metrotvnews.com/mobile-site/read/news/2013/03/25/141296/Mahasiswa-Tuntut-SBY-Boediono-Mundur-atau-Papua-Merdeka