News
Loading...

FENOMENA HIV/AIDS DI KABUPATEN MIMIKA

 Oleh : Frdrik Wakum

Kasus AIDS pertama kali ditemukan di AS tahun 1981, oleh ahli kesehatan di Kota Los Angeles, ketika sedang melakukan sebuah penelitian kasus seri terhadap empat pemuda/mahasiswa. Didalam tubuh ke-empat pemuda tersebut ditemukan penyakit pneumonia (Pneumonic Carinii) yang disertai dengan penurunan kekebalan tubuh (imunitas). Dari hasil penelitian, para ahli kesehatan akhirnya menemukan jalan untuk penemuan penyakit HIV/AIDS.

HIV singkatan dari “Human Immunodeficiency Virus”. Virus ini adalah virus yang diketahui menjadi penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yaitu kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Virus HIV sendiri baru diketahui sekitar 1983 oleh Lug Montaigneur – seorang ahli mikrobiologi Perancis. Dan pada tahun 1984 mikrobiolog asal Amerika Serikat, Robert Gallo juga mengumumkan penemuan yang sama

Di Indonesia Kasus AIDS pertama kali ditemukan tanggal 15 April 1987, pada seorang wisatawan asal Belanda bernama Edward Hop (44 tahun), yang meninggal akibat AIDS di Rumah Sakit Sanglah, Bali.

Di Papua, Kasus HIV/AIDS pertama kali di temukan di Kabupaten Merauke. Sementara di Mimika masih belum ada data yang valid, kapan kasus HIV/AIDS ditemukan pertama kali, tetapi dapat diperkirakan telah ada sekitar tahun 1996. Hal ini mengacu pada data laporan awal dari Dinas Kesahatan Mimika, ketika mulai mendata penderita HIV/AIDS di Mimika. Oleh karena itu masih dibutuhkan suatu Seminar atau Lokakarya mengenai HIV/AIDS di Mimika untuk memastikannya

Semenjak penyakit ini ditemukan, secara cepat mewabah keberbagai penjuru dunia, sebagai suatu epidemic yang sangat menakutkan dan mengkhawatirkan berbagai pihak, sehingga memaksa Menteri Kesehatan Sedunia mengadakan pertemuan yang membahas program – program untuk pencegahan AIDS pada tahun 1988. Pada pertemuan tersebut kemudian menetapkan tanggal 1 Desember sebagai Hari AIDS sedunia. Sejak itulah, setiap tahun pada tanggal 1 Desember seluruh dunia memperingati hari AIDS sedunia

Pada tanggal 1 Desember 2006 nanti, Hari AIDS sedunia kembali diperingati di berbagai belahan bumi dengan dengan Tema : “STOP AIDS, KEEP THE PROMISE”, dalam suasana keprihatinan yang mendalam, karena penderita AIDS terus meningkat secara signifikan diberbagai Negara.

Menurut laporan Program bersama PBB untuk penanggulangan AIDS global (UNAIDS), yang dikemukakan Direktur Eksekutif UNAIDS Dr Peter Piot pada Pertemuan Tingkat Tinggi untuk AIDS dalam Sidang Umum PBB tahun 2006 di New York tanggal 31 Mei sampai 2 Juni 2006 lalu, dihadiri para pemimpin dunia dan bertujuan untuk mengkaji hasil-hasil yang telah dicapai sejak ditanda-tanganinya Deklarasi Komitmen PBB untuk AIDS pada tahun 2001, menyebutkan bahwa : laju epidemi AIDS diseluruh dunia tetap tak terbendung walaupun upaya pencegahan dan pengobatan HIV meningkat.

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa, terdapat penurunan tren penyebaran epidemi AIDS secara global namun infeksi baru terus meningkat di beberapa negara dan wilayah regional. Juga, peningkatan upaya penanggulangan AIDS di tingkat negara, termasuk peningkatan dalam pembiayaan dan akses untuk pengobatan, dan penurunan dalam tingkat prevalensi HIV di kalangan remaja di beberapa negara dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Saat ini diperkirakan, 38,6 juta orang hidup dengan HIV di seluruh dunia, 4,1 juta jumlah infeksi baru di tahun 2005 yang lalu dan 2,8 juta orang meninggal karena AIDS tahun 2005, demikian Laporan AIDS Global 2006.(Suara Pembaruan. 2 Juni 2006)

Penderita AIDS Seluruh Indonesia tahun 2006 diperkirakan 6987 orang (Radar Mimika, 28 October 2006), Propinsi Papua “memiliki” 2.703 orang (39 % dari total HIS/AIDS seluruh Indonesia), sedangkan Kabupaten Mimika “menyumbang” 1.176 orang yang berarti memiliki 44% Pengidap HIV/AIDS di Papua dan secara Nasional menyumbang 17 %

Jika kita korelasikan dengan “Teori” Fenomena Gunung Es, bahwa jumlah yang terdata hanyalah sebagian kecil yang muncul pada permukaan, dengan rasio 1 banding 100, maka tidak mustahil bahwa angka 117.600 orang yang (telah, sedang dan saat ini) terancam HIV/AIDS di Mimika. Suatu jumlah yang sangat sangat signifikan sekaligus merisaukan merisaukan, bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Mimika saat ini.

Mimika

Oleh sebab itu Perayaan Hari AIDS sedunia tahun 2006 juga di dilaksanakan di Kabupaten Mimika ditengah suatu realitas yang sangat memprihatinkan, karena saat ini Kabupaten Mimika menempati posisi pengidap HIV/AIDS teratas di Propinsi Papua dengan menembus angka 1.176 kasus (Radar Mimika 10 Oct 2006) dari total pengidap HIV/AIDS di Papua sebesar 2.703 kasus, bahkan termasuk dalam “TOP 10 AIDS City in Indonesia” (Sepuluh kota penderita AIDS tertinggi Di Indonesia).

Sehingga Panitia Hari AIDS sedunia Kabupatern Mimika dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Mimika mencanangkan perayaan Hari AIDS Tahun 2006 dengan Tema “BUAT JANJI STOP AIDS”, agar seluruh komponen masyarakat mempunyai komitmen bersama untuk menghadang epidemi yang mematikan ini.

Hal ini didasari pada perkembangan AIDS Di Mimika terus meningkat secara cepat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1996 tercatat 4 kasus penderita AIDS, Tahun 1997 meningkat menjadi 7 (3 kasus baru ),Tahun 1998 13 kasus (6 kasus baru), Tahun 1999 35 kasus (22 kasus baru ), Tahun 2000 72 kasus (37 kasus baru), Tahun 2001 158 kasus (96 kasus baru ), Tahun 2002 268 kasus (111 kasus baru ), Tahun 2003 486 kasus (217 kasus baru ), Tahun 2004 716 kasus (230 kasus baru ), Tahun 2005 1024 kasus (308 kasus baru ), Tahun 2006 1.176 kasus ( data terbaru ).

Penderita AIDS di Mimika sebanyak 1.176, kelompok Usia produktif antara 20 sampai 39 Tahun menduduki tempat teratas sebanyak 762 Orang. Apabila kita kelompokkan penderita AIDS tersebut berdasarkan profesi, maka kelompok Ibu Rumah Tangga ( IRT) memegang record tertinggi sebanyak 223 orang, menyusul Petani – 201, PSK – 195 Orang , Swasta – 105 Orang, Bayi dan Anak 20 Orang, Mhs dan Pelajar 18, PNS 16 Orang, TNI/Polri 12 Orang, Lain – lain 68 Orang dan yang tidak diketahui 209 Orang

Penyebab tingginya AIDS

Secara umum disebutkan bahwa Faktor penyebab tingginya prevalensi HIV/AIDS di Indonesia, antara lain karena kemiskinan, tingginya mobilitas penduduk, rendahnya tingkat pendidikan, perilaku tidak sehat, suburnya industri seks, kurangnya kesadaran dan tanggung jawab pria yang berperilaku risiko tinggi, penggunaan bersama jarum suntik di kalangan pecandu narkotika, kurangnya akses pelayanan kesehatan, serta lemahnya aturan dan penegakan hukum. (Kompas, Rabu, 24 April 2002)

Sedangkan di Mimika, penyebab tingginya jumlah kasus HIV/AIDS diakibatkan oleh adanya presepsi yang berkembang dalam masyarakat, bahwa program penanggulangan dan pencegahan hanya tanggung jawab sektor kesehatan saja dan bukan tanggung jawab semua lapisan masyarakat, serta belum adanya koordinasi yang baik diantara KPA dengan Badan Narkotika Provinsi (BNP) dalam program pendegahan dan penaggulangan HIV/AIDS dan Narkotika, Psikotropika, dan zat Adiktif (Napza).

Disamping itu, perilaku seks beresiko yang merata di kota dan dikampung, rendahnya pemanfaatan pemakaian kondom pada kelompok yang memiliki perilaku seks beresiko serta penggunaan Narkoba suntikan yang merupakan modus baru penyebaran HIV/AIDS di Mimika maupun Papua pada umumnya.

Minimnya sarana Hiburan (Tempat Rekreasi dll) menyebabkan sebagian orang terpaksa “menghibur diri” di bar-bar, kafe-kafe hingga lokalisasi yang termasuk daerah rawan.

Praktek Prostitusi Liar yang Marak di Mimika, mulai dari mereka-mereka yang tinggal di rumah kost (panggilan) hingga yang biasanya mangkal di jalan-jalan bahkan dikawasan pasar Mimika ( Tribun Papua, Edisi 12, 6 – 12 November 2006). Data Dinas Kesehatan Mimika menyebutkan angka 184 penderita yang terlokalisir, maka dapat dibayangkan berapa PSK “liar” yang tidak terdektesi. Mereka ini sangat berpotensi sebagai sumber penyebaran HIV/AIDS.

Minuman Keras di Mimika yang tergolong murah & kurangnya pengawasan terhadap minuman keras,menyebabkan para pedagang dengan bebas memasarkan miras. Buntutnya masyarakat makin bebas mengkonsumsi miras, bahkan secara berkelebihan. Tak ayal, tempat-tempat “hiburan” ( Bar, Kafe, dan lokalisasi) menjadi tujuan mereka.

Lemahnya Kepemimpinan / SISTIM PEMERINTAHAN di Kabupaten Mimika , sehingga mendorong lajunya angka pertumbuhan HIV/AIDS, sebagai contoh : PERDA Miras yang tidak dijalankan secara Konsekwen, PERDA mengenai Tempat hiburan yang tidak kunjung selesai dan Belum ada satu produk Perda yang di hasilkan oleh Propinsi Papua maupun kabupaten Mimika yang khusus untuk membahas tentang penanggulangan HIV/AIDS

Pencegahan & Penanggulangan

Melihat semua kenyataan terssebut, maka usaha pencegahan ditujukan pada populasi yang beresiko tinggi seperti para pekerja seks dan klien mereka, PLHA dan partnernya, IDUs, dan mereka yang secara umum pekerjaannya beresiko terinfeksi HIV/AIDS, juga mereka-mereka yang dalam usia produktif.

Secara umum pencegahan dapat dilakukan setiap individu dalam masyarakat melalui “mekanisme” ABCDE antara lain: (A) – ABSTINENT (Puasa Sex); (B) – BE FAITHFUL ( Setia hanya pada pasangan kita, tidak berganti-ganti pasangan); (C) – CONDOM (Menggunakan Kondom sewaktu “berhubungan”); (D) – DRUGS (menjauhi Narkoba, Minuman Keras dan Obat-obat berbahaya lainnya); (E) – EQUIPMENT (Hindari pemakaian Alat medis yang tidak Streril)

Penanggulangan AIDS di Mimika dapat dimulai dengan : Pertama, Identifikasi dan pemetaan AIDS yang meliputi faktor-faktor penyebab sehingga seseorang tertular AIDS (misalnya : minimnya pengetahuan ttg AIDS, ketidak pedulian, Minuman Keras dll ) dan Kolompok-kelompok yang rentan terhadap Penyakit AIDS.

Kedua, melalui jalur pendidikan formal maupun non formal, dengan melibatkan seluruh siswa, guru maupun tenaga pengajar dan mengupayakan agar materi HIV/AIDS dapat diintegrasikan pada berbagai kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan extra kulikuler lainnya, bila perlu dilakukan secara khusus melalui Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang relevan

Ketiga, Melibatkan & Mensinergikan berbagai komponen dalam masyarakat seperti : Tokoh Adat, Tokoh Agama dan Tokoh masyarakat dalam kampanye terpadu yang terorganisir dengan baik.

Keempat, Memberikan Penerangan secara sistimatis dan berkesinambungan kepada masyarakat tentang pengetahuan HIV/AIDS yang jelas, dengan cara yang dapat diterima oleh nilai-nilai agama dan norma-norma budaya, tentang bagaimana virus ini berpindah, konsekuensi dan pencegahannya, penggunaan metode yang telah ada., sehingga masyarakat dapat “membentengi” diri sendiri dan dapat menerima kehadiran ODHA ditengah masyarakat tanpa diskriminasi

Kelima, Mendorong Peranan Pemerintah Daerah dalam Pembuatan Peraturan daerah (PERDA) mengenai HIV/AIDS serta menggugah Kepala Daerah (Bupati), instansi terkait dan lembaga-lembaga yang berada di Mimika agar semuanya merasa terbeban dan peduli dengan epidemi AIDS yang sedang melanda Mimika.

Dengan demikian maka diharapkan kepada para pihak yang terkait dalam penanggulangan HIV/AIDS, antara lain para Ketua KPA Daerah, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) peduli AIDS, Departemen lintas sektoral, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, organisasi profesi, perguruan tinggi, organisasi keagamaan, Organisasi di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa, Media massa (Koran, Tabloid, Radio), Perusahaan swasta nasional dan pengidap HIV/AIDS (ODHA) dan keluarganya agar dapat merapatkan barisan dalam satu kesatuan “taktis – terkoordinasi” untuk penanggulangan HIV/AIDS di Mimika, dengan memulai pada diri sendiri, keluarga serta terus mendekatkan diri ke Tuhan Yang Maha Kuasa untuk mempertebal iman kita dan sepakat untuk BUAT JANJI STOP AIDS

Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment