Jakarta: Direktur Eksekutif Imparsial
Poengky Indarti meminta agar pemerintah tidak merespon serangan dari dua
kelompok di Papua dengan kekerasan.
Menurut Poengky, penyelesaian dengan cara yang lebih bermartabat dan saling menghargai antara kedua belah pihak masih bisa ditempuh.
"Presiden harus segera menyelenggarakan dialog damai Jakarta-Papua supaya tidak ada pertumpahan darah lagi," tukas Poengky saat dihubungi Media Indonesia, Jakarta, Kamis (21/2).
Ia mengatakan, penyelesaian masalah di Papua harus dengan cara yang bermartabat dengan menempatkan dialog dua arah yang sama rasa dan setara. "Kita ingin kasus Papua disikapi dengan bijak. Jangan kekerasan dilawan kekerasan," tukas Poengky.
Ia mengatakan, rakyat Papua yang tidak terlibat dalam gerakan milisi sesungguhnya sangat trauma. Namun, disisi lainnya mereka dilematis. "Jangan membuat rakyat Papua malah trauma. Di satu sisi rakyat Papua takut kalau ada operasi TNI. Tapi disisi lainnya, mereka juga takut kalau ada OPM (Organisasi Papua Merdeka)," jelasnya.
Oleh karena itu, Poengky berharap, pemerintah, khususnya aparat keamanan bisa menahan diri. Ia juga meminta agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan perhatian khusus terhadap kondisi Papua.
"Kalau SBY bisa mengupayakan dialog damai sebelum masa jabatannya berakhir, namanya pasti akan dikenang selalu," kata Poengky.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto memerintahkan aparat TNI dan Polri untuk mengejar pelaku penembakan aparat TNI di Jayapura.
Berdasarkan informasi intelijen, Djoko mengatakan, ada dua kelompok yang diduga bertanggungjawab atas penembakan itu.
Penembakan di Tinggi Nambut diduga dilakukan oleh kelompok Goliat Tabuni. Kelompok ini disinyalir selalu mengganggu kegiatan aparat polisi dan TNI dan juga para pekerja investasi di wilayah tersebut. Sementara kelompok lainnya diduga sebagai kelompok Murit. (Donny Andhika AM/Agt)
Menurut Poengky, penyelesaian dengan cara yang lebih bermartabat dan saling menghargai antara kedua belah pihak masih bisa ditempuh.
"Presiden harus segera menyelenggarakan dialog damai Jakarta-Papua supaya tidak ada pertumpahan darah lagi," tukas Poengky saat dihubungi Media Indonesia, Jakarta, Kamis (21/2).
Ia mengatakan, penyelesaian masalah di Papua harus dengan cara yang bermartabat dengan menempatkan dialog dua arah yang sama rasa dan setara. "Kita ingin kasus Papua disikapi dengan bijak. Jangan kekerasan dilawan kekerasan," tukas Poengky.
Ia mengatakan, rakyat Papua yang tidak terlibat dalam gerakan milisi sesungguhnya sangat trauma. Namun, disisi lainnya mereka dilematis. "Jangan membuat rakyat Papua malah trauma. Di satu sisi rakyat Papua takut kalau ada operasi TNI. Tapi disisi lainnya, mereka juga takut kalau ada OPM (Organisasi Papua Merdeka)," jelasnya.
Oleh karena itu, Poengky berharap, pemerintah, khususnya aparat keamanan bisa menahan diri. Ia juga meminta agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan perhatian khusus terhadap kondisi Papua.
"Kalau SBY bisa mengupayakan dialog damai sebelum masa jabatannya berakhir, namanya pasti akan dikenang selalu," kata Poengky.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto memerintahkan aparat TNI dan Polri untuk mengejar pelaku penembakan aparat TNI di Jayapura.
Berdasarkan informasi intelijen, Djoko mengatakan, ada dua kelompok yang diduga bertanggungjawab atas penembakan itu.
Penembakan di Tinggi Nambut diduga dilakukan oleh kelompok Goliat Tabuni. Kelompok ini disinyalir selalu mengganggu kegiatan aparat polisi dan TNI dan juga para pekerja investasi di wilayah tersebut. Sementara kelompok lainnya diduga sebagai kelompok Murit. (Donny Andhika AM/Agt)
Sumber : Metrotvnews.com,