Tanah Papua
Penuh Antara Aman dan Derita
|
Jayapura, 26/2—Pelaksana
Harian, Ketua Dewan Adat Papua, Wilem Rumasep menilai anak-anak muda
Papua kini kehilangan jati dirinya. Kehilangan jati diri ini membuat
banyak anak-anak muda Papua sudah tidak mengenal lagi budaya asli Papua.
“Hari ini sudah kehilangan jati dirinya dan adat,”kata Wilem Rumasep,
Selasa (26/2) di
Kantor Dewan Adat Papua, Expo, Waena, Kota Jayapura.
Dikatakan anak-anak Papua lebih cenderung mengikuti pola pendidikan
modern yang faktanya tidak membantu moralitasnya dari pada pendidikan
tradisional yang mendidik moral dan perilakunya sebagai anak Papua.
“Pendidikan anak muda menjadi perhatian semua orang di Papua di rumah
bujang di masa lalu,”katanya. Dikatakan jaman dulu anak-anak muda di
Papua biasanya mengikuti pendidikan di dalam rumah bujang atau rumah
pemuda sebelum masuk ke dalam dunia orang dewasa.
Namun, menurut Rumasep, pendidikan anak muda di dalam rumah telah
hilang akibat lembaga moral yang baru tiba tanpa memikirkan jalan keluar
bagi generasi muda di Papua. “Masuknya Injil di Papua harus
menyingkirkan segi-segi tradisional dan kini di kampung-kampung tidak
ada lagi pendidikan anak-anak muda di rumah bujang,”katanya.
Karena itu, pendidikan anak muda dialihkan kepada gereja dan lembaga
pendidikan pemerintah. Peralihan itu tidak memberi dampak baik. Lembaga
yang ada sangat tidak membantu mendidik moral anak Papua. “ Setiap
10Kilometer terdapat bangunan Gereja. Namun sebaliknya banyak anak muda
yang pergi Gereja pulang mabuk”,katanya.
Menurut dia, pendidikan tradisional dengan tegas mendidik anak
menjadi solusi masalah, namun pendidikan modern mendidik anak menjadi
sumber masalah. “Semua anak muda keluar dari rumah adat pasti akan
menjawab atas masalah. Kini, anak menjadi sumber masalah,”katanya.
Situasi ini tidak bisa dibiarkan begitu. Dewan adat dan semua pihak
yang ada harus bertanggungjawab terhadap pendidikan anak Papua kini.
“Kalau mau perbaiki, anak muda harus kembali ke tradisi nenek
moyang,”katanya.
Dalam rangka mengembalikan anak-anak ke jati dirinya, dewan adat
Balim mulai melakukan pendidikan moral. “Kami mulai merancang pola
pendidikan bahasa dan wajib memberi nama anak dalam bahasa
daerah,”katanya.
Rancangan ini akan berlaku bagi siapapun, yang penting orang Baliem.
“Profesor atau doctor atau siapapun orang balim harus wajib belajar
bahasa. Kami akan terapkan ini supaya semua orang tahu diri dan
membangun dirinya dengan baik,”tegas Sekretaris Dewan Adat Balim,
Yulianus Hisage. (Jubi/Mawel)