Sejumlah masyarakat Kabupaten
Intan Jaya
dengan pakaian adat mereka
(Foto: Arnold Belau/SP)
|
PAPUAN, Inta Jaya— Sesuai hasil investigasi
pihak Gereja Katholik, rata-rata masyarakat Kabupaten Intan Jaya yang
meninggal dalam dua bulan terakhir karena sakit panas dalam.
“Sudah ada sekitar 18 orang yang meninggal karena tak tertolong oleh
dokter pemerintah,” demikian disampaikan Ketua Yayasan Pendidikan dan
Persekolahan Katolik (YPPK) Tillemans, diakon David Belau, kepada suarapapua.com, Sabtu (9/2/2013) dari Bilogai, Sugapa, Inta Jaya, Papua.
Disebutkannya, pada bulan Desember ada delapan orang yang meninggal,
bulan Januari tujuh orang, dari temuan tersebut, jumlah bayi meninggal
sebanyak enam orang, sedangkan selebihnya dewasa dan anak.
“Data tersebut berdasarkan investigasi kami dilapangan, dan bisa dikatakan akurat dan terpercaya,” kata Belau.
Menurutnya, jumlah 15 orang itu hanya diperoleh dari empat kampung
yang ada di ibukota kabupaten, yaitu, kampung Baitapa, Kumbalagupa,
Bilogai dan Yokatapa, belum ditambah dengan beberapa kampung di
pinggiran ibukota kabupaten.
Menurut Belau, hingga sampai saat ini belum ada data resmi yang
dikeluarkan dinas kesehatan, yang menurutnya kerja sangat lambat dan
tidak beres.
“Karena dinas kesehatan tidak turun ke lapangan, namun meminta data
yang dimiliki pihak gereja, karena itu saya bisa katakan mereka tak
kerja serius,” tegasnya lagi.
Yang anehnya, menurut Belau, dinas kesehatan hanya mengklaim kalau
lima orang saja yang meninggal dunia, namun dinas kesehatan sendiri
belum turun dan melakukan penanganan langsung.
“Dengan melihat kondisi ini, kami pihak gereja bersama seluruh
masyarakat mendesak pemerintah, khususnya dinas kesehatan untuk bekerja
lebih serius,” kata Belau yang telah lama bertugas di Intan Jaya.
Sebelumnya, media ini menurunkan berita (baca: Ironis, Di Intan Jaya 18 Orang Meninggal Selama Bulan Januari) dari
laporan masyarakat bahwa ada 18 orang yang meninggal dalam bulan
Januari, namun hal itu dibantah oleh pihak gereja yang menurutnya hanya
15 orang, dan dalam dua bulan belakangan, yakni Desember dan Januari.
ARNOLD BELAU