JAYAPURA—Ancaman bernada
kontroversial dari Panglima Tentara Pembebasan Nasional (TPN)
Organisasi Papua Merdeka (OPM) ‘Jenderal’ Goliath Tabuni
yang tidak ingin melakukan negosiasi pihak
manapun, termasuk TNI/Polri kecuali kemerdekaan bangsa
Papua Barat, ditanggapi biasa-biasa oleh pihak TNI.
Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Drs.
Christian Zebua, MM, mengatakan terkait pernyataan itu, pihak TNI yang
sedang melaksanakan tugas di Kabupaten Puncak Jaya tidak terpengaruh,
apalagi takut melaksakan tugas Negara di sana.
‘’Masalah Goliat saya tidak kenal, yang saya kenal adalah mereka yang berbuat kejahatan, dan mereka akan tetap saya tindak. Dan saya pun tak merespon apapun pernyataannya. Yang jelas tentara selalu siap dan professional, dan silahkan saja mengancam, TNI tetap berupaya mengajak mereka untuk bergandeng tangan dengan mengedepankan kasih dan damai,’’papar Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Drs. Christian Zebua, MM usai acara Syukuran Dirgahayu ke -62 Penerangan Angkatan Darat Tahun 2013 di Halaman Mapendam XVII/Cenderawasih, Jayapura, Selasa (15/1) siang.
Jenderal Bintang Dua ini
menyampaikan, aksi penembakan yang menewaskan seorang
warga sipil Abbas Hadis dan mencederai seorang anggota
TNI Praka Hasan di Pasar Kota Lama, Kampung Wuyukwi, Distrik Mulia, Puncak
Jaya, Kamis (10/1) sekitar pukul 17.14 WIT dinilainya suatu tindakan
kriminal yang dilakukan seorang WNI.
Karenanya, lanjut dia, pihaknya memohon agar Polisi mengusut, membongkar, menangkapnya dan harus bisa dilakukan itu bagi mereka yang melanggar hukum di wilayah NKRI.
Dia mengatakan, pihaknya memerintahkan prajurit-prajurit TNI yang bertugas di Puncak Jaya terus-menerus melakukan konsolidasi dan aktivitas untuk melindungi rakyat disana. Kalau memang ada hal mengancam naluri tentara harus bermain. Tak ada ampun. Tapi tak ada setitik pun keinginan tentara untuk melakukan tindakan yang membuat rakyat resah, dan mengorbankan rakyat yang tak berdosa. Tak ada lagi bila terjadi gangguan tentera datang ke hutan bakar Honay (rumah adat Pegunungan Tengah Papua).
“Itu bukan kerjanya tentara. Tentara itu profesional. Semua prajurit saya larang untuk lepas tembakan.Itu tak perlu. Selama itu tak mengancam. Tapi kalau itu mengancam nyawanya. Saya tanggungjawab. Boleh lakukan, tapi bagi mereka yang salah. Bukan rakyat yang tak tahu-menahu masalah,” tegasnya.
Terkait pernyataan Pangdam, ada kelompok tertentu yang ingin memecah-belah keatuan TNI dan rakyat, dia mengutarakan, masalah ini justru sedang diusut Polisi saat ini.
Dia mengutarakan, pihaknya menyampaikan memecah-belah masyarakat dengan TNI, sebenarnya dia memancing agar TNI melakukan suatu tindakan-tindakan yang membabi-buta. Tapi pihaknya tak melakukan, karena prajuritnya adalah prajurit rakyat yang bisa membedakan mana benar dan mana salah untuk dilakukan.
“Saya bilang dengan prajurit itulah konsekuensi kita jadi tentara memang sampai nyawapun bisa kita harus korbankan. Bapak kira saya tak sakit hati prajurit saya ditembak dari belakang. Dan sekarangpun masih dalam kondisi kritis. Kalau saya boleh bercerita saya nangis. Dan ingin membalas dendam. Tapi kan tak seperti itu. Masah balas dendam kepada rakyat.
Menurutnya, pihaknya memberikan pemahaman-pemahanan kepada prajurit sehingga ia mengerti konsekuensi-konsekuensi ketika bertugas membela rakyatnya. Apapun bisa dikorbankan demi rakyat.
Ia juga menyatakan, pasca aksi penembakan, TNI tetap melaksankan programnya melaksanakan pembangunan seperti membangun jembatan dan pengobatan missal. ‘’TNI masih terus bersama rakyat membangun, bahkan menggelar pengobatan missal di Tingginambut yang selama ini dikenal sebagai markas kelompok yang berseberangan,’’tukasnya. (Suko/mdc/jir/don/l03)