Pages

Pages

Rabu, 16 Januari 2013

TNI Tak Takut Ancaman Goliath


JAYAPURA—Ancaman bernada   kontroversial    dari Panglima Tentara Pembebasan Nasional (TPN)  Organisasi Papua  Merdeka  (OPM) ‘Jenderal’ Goliath Tabuni  yang   tidak ingin  melakukan  negosiasi   pihak manapun, termasuk  TNI/Polri kecuali  kemerdekaan  bangsa Papua  Barat, ditanggapi biasa-biasa oleh  pihak  TNI.  

Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI  Drs. Christian Zebua, MM, mengatakan terkait  pernyataan itu, pihak TNI yang sedang melaksanakan tugas di Kabupaten Puncak Jaya tidak terpengaruh,  apalagi takut melaksakan tugas Negara di sana.  

‘’Masalah Goliat saya tidak kenal, yang saya kenal adalah mereka yang berbuat kejahatan, dan mereka akan tetap saya tindak. Dan saya pun tak merespon apapun pernyataannya. Yang jelas tentara selalu siap dan professional, dan silahkan saja mengancam, TNI tetap berupaya mengajak mereka untuk bergandeng tangan dengan mengedepankan kasih dan damai,’’papar Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI  Drs. Christian Zebua, MM   usai  acara Syukuran Dirgahayu ke -62  Penerangan Angkatan Darat  Tahun 2013 di Halaman Mapendam  XVII/Cenderawasih, Jayapura, Selasa (15/1) siang.
Jenderal  Bintang  Dua  ini menyampaikan,  aksi  penembakan   yang menewaskan seorang warga sipil  Abbas  Hadis  dan mencederai seorang  anggota TNI Praka Hasan di Pasar Kota Lama, Kampung Wuyukwi, Distrik Mulia, Puncak Jaya, Kamis (10/1) sekitar pukul 17.14 WIT dinilainya suatu  tindakan kriminal   yang  dilakukan seorang  WNI.

Karenanya,  lanjut dia,  pihaknya memohon agar  Polisi  mengusut, membongkar, menangkapnya     dan  harus  bisa dilakukan itu  bagi mereka   yang melanggar hukum di  wilayah NKRI.
Dia mengatakan,  pihaknya  memerintahkan    prajurit-prajurit   TNI   yang bertugas di  Puncak Jaya    terus-menerus melakukan konsolidasi  dan  aktivitas untuk  melindungi  rakyat  disana.   Kalau memang ada hal  mengancam naluri  tentara  harus  bermain. Tak ada  ampun.   Tapi   tak  ada setitik pun keinginan  tentara   untuk  melakukan tindakan yang membuat  rakyat  resah, dan  mengorbankan rakyat  yang  tak  berdosa. Tak  ada  lagi   bila  terjadi  gangguan tentera  datang ke  hutan  bakar  Honay (rumah adat  Pegunungan  Tengah  Papua).

“Itu bukan  kerjanya  tentara. Tentara  itu  profesional. Semua prajurit  saya larang untuk    lepas  tembakan.Itu tak   perlu. Selama  itu  tak mengancam.  Tapi kalau itu mengancam nyawanya. Saya  tanggungjawab. Boleh lakukan, tapi  bagi mereka  yang salah. Bukan  rakyat  yang tak tahu-menahu masalah,”  tegasnya.

Terkait   pernyataan   Pangdam, ada kelompok tertentu  yang ingin memecah-belah  keatuan   TNI dan  rakyat,  dia mengutarakan,  masalah   ini  justru  sedang  diusut Polisi saat  ini.
Dia  mengutarakan,   pihaknya  menyampaikan  memecah-belah  masyarakat  dengan TNI, sebenarnya  dia memancing   agar TNI   melakukan  suatu  tindakan-tindakan  yang membabi-buta. Tapi  pihaknya  tak melakukan,  karena  prajuritnya adalah  prajurit  rakyat  yang  bisa  membedakan mana  benar  dan mana  salah   untuk dilakukan.

“Saya bilang dengan prajurit   itulah konsekuensi  kita  jadi  tentara memang sampai  nyawapun  bisa kita  harus korbankan. Bapak kira  saya   tak sakit  hati  prajurit  saya  ditembak  dari  belakang.   Dan sekarangpun  masih dalam  kondisi kritis. Kalau  saya boleh bercerita saya  nangis. Dan  ingin  membalas dendam. Tapi kan  tak seperti itu. Masah balas  dendam  kepada  rakyat.  

Menurutnya, pihaknya memberikan pemahaman-pemahanan    kepada  prajurit sehingga  ia  mengerti  konsekuensi-konsekuensi  ketika bertugas membela rakyatnya.  Apapun  bisa  dikorbankan  demi  rakyat.
Ia juga menyatakan, pasca aksi penembakan, TNI tetap melaksankan programnya melaksanakan pembangunan seperti membangun jembatan dan pengobatan missal. ‘’TNI masih terus bersama rakyat membangun, bahkan menggelar pengobatan missal di Tingginambut yang selama ini dikenal sebagai markas kelompok yang berseberangan,’’tukasnya.  (Suko/mdc/jir/don/l03)