Puncak Jaya - (Suko) Selasa 08/01/2013 - Sebelum
melakukan kunjungan kerja, Kapolda Tito terlebih dahulu mengunjungi
Markas Polres Puncak Jaya untuk mengecek anggotanya yang selama ini
melaksanakan tugas di sana. Memastikan anggotanya dalam keadaan baik,
Kapolda melanjutkan perjalanan menuju Distrik Tingginambut bersama
rombongan dengan penjagaan ketat dari Satuan Brimob Polda Papua dan anggota Polres Puncak Jaya.
Perjalanan
yang cukup melelahkan menuju ke Distrik Tingginambut karena kondisi
jalan rusak, namun Jenderal Bintang Dua ini bersama rombongan
menyempatkan diri menyinggahi dan mengecek anggota pos-pos polisi.
Tepat
di Pos Polisi Nalime, Kapolda bersama rombongan sempat kaget dengan
hadirnya beberapa orang yang nota bene berseberangan dengan NKRI sedang
asyik bercanda ria bersama anggota Brimob yang ada di pos tersebut. Pada
kesempatan itu, Kapolda bersalaman
dengan anggota serta yang berseberangan. “Saya berkunjung di sini untuk
melihat langsung daerah Tingginambut,” katanya sambil bersalaman dengan
anggota Pospol Nalime.
Disampaikannya,
ia berkunjung dengan beberapa pejabat utama di antaranya, Dir Intel,
Kabid Humas dan Kasat Brimob serta Kapolres Puncak Jaya. Yang pertama
dilakukan adalah melihat kondisi anggota karena daerahnya cukup rawan
dan terpencil sehingga anggota termotivasi supaya mereka merasa bangga
dikunjungi dan merasa diperhatikan oleh pimpinannya.
Kedua,
kata Kapolda Tito Karnavian, untuk berdialog langsung guna mengetahui
situasi termasuk kesulitan-kesulitan yang dihadapi. “Saya selaku
pimpinan tidak hanya sekedar tahu di belakang meja dari laporan, tapi
juga memahami dan melihat langsung kondisi mereka,” ujar Kapolda
Karnavian.
Dari
kunjungan itu, anggota menyampaikan kepada Kapolda bahwa keberadaan
mereka di Tingginambut cukup aman karena dalam beberapa waktu terakhir
ini tidak ada kejadian. Hubungan dengan masyarakat juga cukup kooperatif
bahkan rekan-rekan yang ada di pos-pos cukup proaktif berhubungan
dengan masyarakat.
Kepada
wartawan, Kapolda menuturkan, dirinya merasa senang mendengar apa yang
disampaikan oleh anggotanya di lapangan. “Sudah kita mendengar seruan
dari mereka, dan mereka sampaikan aman-aman saja,” ujarnya.
Tidak
hanya menjaga keamanan, anggotanya juga melakukan kegiatan-kegiatan
terobosan seperti mengajar, menjadi guru dan membantu masyarakat
berkebun. “Kesulitan memang cukup banyak yang dihadapi anggota, seperti
masalah listrik, masalah bahasa, masalah bensin, masalah harga-harga
kebutuhan yang cukup mahal dan juga perlengkapan seperti teropong,”
ucapnya.
Untuk
itu, ungkapnya, pihaknya akan memberikan dukungan dan bantuan beberapa
peralatan untuk perlengkapan yang lain dan akan menginventarisir seperti
genset yang nantinya akan berikan kepada mereka.
Ia
juga mengatakan, belum ada insentif khusus untuk pengamanan bagi daerah
rawan dan terpencil, namun demikian dari Mabes Polri saat ini telah
mengupayakan untuk memberikan insentif khusus bagi pengamanan daerah
perbatasan.
“Saya
nanti juga akan mengajukan usulan ke Mabes Polri agar diberikan juga
insentif khusus bagi daerah rawan dan daerah terpencil seperti daerah
pegunungan yang mana kesulitan-kesulitan sangat banyak mereka hadapi
seperti harga-harga yang cukup mahal dan lain sebagainya. Jadi nantinya
saya berharap bukan hanya daerah perbatasan saja yang mendapat insentif
khusus,” terangnya.
Dalam
kesempatan itu pula Kapolda Karnavian menyempatkan diri berterima kasih
kepada jajaran Pemda. “Hingga saat ini saya sangat berterima ksaih
dengan jajaran Pemda. Dengan dukungan dari Kapolres yang sudah
mengkomunikasikan sehingga Pemda memberikan dukungan baik dalam bentuk
bahan kebutuhan pokok, bensin dan lain-lain,” lanjutnya.
Namun
demikian pihaknya juga akan tetap berupaya memberikan dukungan
semaksimal mungkin bila ada kekurangan-kekurangan. Untuk penambahan
personil katanya hingga saat ini masih dianggap cukup. Yang diperlukan
adalah perbaikan pos karena kurang layak sebagai pos serta perlu
tambahan pos baru.
Menariknya
lagi, kata Kapolda Tito Karnavian bahwa terobosan anggota yang ada di
Pos Tingginambut tidak hanya sekedar menjaga keamanan namun juga
bertindak sebagai guru dan ikut terlibat dalan proses ajar mengajar
terhadap masyarakat yang buta aksara dan setelah ditelusuri ide tersebut
ternyata berawal dari ide yang dicetuskan oleh Wakapolres Puncak Jaya
Kompol Hanafi.
Dalam
penjelasannya, Wakapolres Kompol Hanafi menjelaskan, ide tersebut
memang muncul dari dirinya saat dia melakukan kunjungan di pos Kulirik
Tingginambut. “Saat saya menjabat sebagai Wakapolres, di bulan Juli saya
melakukan kunjungan ke salah satu pos di Kulirik dan mendapati sebuah
SD Dondobaga yang sudah tertutup alang-alang panjang. Saya sempat
menanyakan kenapa tidak aktif dan anggota menyampaikan gurunya mati
tertembak, sehingga saya tersentuh dan mencoba membicarakan dengan
Kapolres untuk merekrut guru,” tuturnya.
Dari
penyampaian tersebut, Kapolres Puncak Jaya, AKBP Marselis Sarimin
menyetujui untuk kembali mengaktifkan sekolah tersebut, sehingga dirinya
langsung mengumpulkan para kepala suku dan wali murid, guna menggelar
rapat di salah satu rumah warga di Dondobaga.
”Dari
kesimpulan itu, semua mendukung, cuma guru-guru takut dan meminta
jaminan keamanan, sehingga kami menyampaikan bahwa jaminan keamanan dari
diri masing-masing artinya menjaga sikap, menjaga mulut dan lainnya.
Kalau ini sudah terlaksana, dimana Anda berada, akan merasa aman,”
ungkapnya.
Hanafi
juga mengaku sempat mengeluarkan pernyataan tegas kepada guru agar
melepas jabatan guru, apabila tidak mau mengajar siswa di Puncak Jaya.
“Kalau tidak mau mengajar lagi, mendingan lepas saja profesi guru,
daripada makan gaji buta,” tegasnya seraya mengakui pernyataan yang
disampaikan bernada keras, tetapi sesuai dengan batin kemanusiaan.
Kepada
guru, Hanafi sempat menawarkan agar anggota Brimob yang bertugas di
sana, turut mambantu mengajar dan sempat ditolak para guru, lantaran
merasa keamanannya terancam. Namun berkat kekukuhanya, Hanafi menguatkan
kepercayaan para guru untuk turut membantu mengajar.
”Saya
pernah sampaikan kepada guru agar tidak mendistkreditkan institusi
saya. Kita buktikan dan spontan saya kumpulkan anak-anak murid, yang
kebetulan terkumpul 30 orang. Kemudian saya bertanya kepada anak-anak,
kalau bapak mengajar di sini, anak-anak takut kah ? Mereka menjawab
tidak bapak, sehingga berdiri bulu roma saya, karena tersentuh dan lebih
membulatkan tekad saya untuk membantu mengajar murid-murid SD,”
ujarnya.
Atas
tekat tersebut, sambung Hanafi, tepat Juli 2012, ia dan anggota Satgas
Brimob bersama para orang tua dan guru membersihkan sekolah, sehingga 23
Agustus 2012 sekolah tersebut resmi dibuka. “Di hari pertama, saya
berkesempatan mengajar pertama disusul anggota- anggota Brimob yang
bertugas di sana di tambah dengan 3 orang guru. Dimana saya dan anggota
Satgas Brimob mengajar di kelas III dan kelas II, sedangkan kelas I, IV,
V dan kelas VI diajar oleh guru yang bertugas di sana,” terangnya.
Setelah
berhasil memotivasi para guru, kata Hanafi, dia dan anggota satgas
Brimob terus melakukan pendekatan guna menarik hati murid-murid untuk
belajar dengan rajin. Bahkan, Hanafi turut membantu member seragam
kepada murid-murid, dengan syarat dapat menjawab pertanyaan yang
diberikannya dengan maksud mengasah kembali otak para murid.
”Saya
berikan tidak cuma-Cuma. Artinya para murid harus bisa menjawab
pertanyaan yang saya berikan di papan tulis tentang mata pelajaran PPKN
dan Pendidikan Agama Kristen. Hasilnya 10 siswa bisa menjawab, sehingga
kami serahkan seragam secara langsung, untuk siswa lainnya tetap kami
berikan melalui anggota Brimob yang bertugas di sana untuk
menyerahkannya, karena memang hari itu bertepatan dengan Ulang Tahun
Brimob,” tuturnya.
Saat
itu, Hanafi sempat memberikan pemahaman kepada para murid bahwasannya
menerima hadiah lebih bangga ketimbang pemberian. Atas motivasi
tersebut, para murid mulai giat belajar agar ke depan dapat menerima
hadiah kembali dibandingkan pemberian. ”Anak-anak sangat setuju dan
mulai belajar dengan giat,” tambahnya.
Keberhasilan
ide Hanafi dengan memberikan tenaga pengajar dari Polri, mulai disambut
hangat oleh wali murid yang merasa trauma dengan penembakan terhadap
seorang guru 6 bulan silam. Bahkan, guru tersebut menyampaikan
permintaan maaf. ”Bagi saya itu tidak masalah, karena polisi selain
menjadi pengayom, adalah mendidik secara langsung. Sehingga sampai
sekarang masih terus berjalan dan mudah-mudahan ada tumbuh pengajar baru
di kepolisian ini dalam rangka mendidik dan mencerdaskan bangsa,”
pungkasnya.
Dari
pernyataan Hanafi tersebut ada hal yang menarik. Kenapa anak-anak
bersemangat diajar oleh anggota satgas Brimob di sana. Setelah
ditelusuri melalui salah satu anggota satgas Brimob yang bertugas di
sana dan juga sekaligus ikut memberi pelajaran Iptu Erol Sudradjat
menyatakan bahwa anak-anak bersemangat diajar oleh anggota satgas Brimob
karena diberi hadiah permen atau gula-gula dan es bon-bon.
“Pertama-tama
anggota satgas Brimob mencari siswa-siswa ke pemukiman penduduk untuk
dibujuk supaya mau pergi ke sekolah untuk belajar dengan cara membawa
permen atau gula-gula atau es bon-bon dengan maksud supaya mau berkumpul
di sekolah. Setelah mereka berkumpul barulah pelajaran dimulai dengan
mengenalkan huruf-huruf dan belajar bahasa Indonesia,” ujarnya.
Kemudian
ada hal penting yang membuat pihaknya bangga dan haru, karena saat
satgas Brimob akan aplusan atau pergantian tugas, masyarakat yang ada di
sana menangis karena sehari-harinya masyarakat yang kekuranagan makanan
sering meminta makanan kepada anggota yang bertugas di Tingginambut.(Suko/ ANTONIUS LOY-TINGGINAMBUT
Sumber : http://papuapos.com/index.php/utama/item/669-satgas-brimob-ikut-mengajar-siswa-sekolah-dasar-1