Jelas-jelas
Pemilihan Gubernur Papua adalah agenda murnih Penjajah (Colonial),
Indonesia, orang asli Papua harus sadar dalam hal ini juga. sudah jelas bahwa
musuh orang Papua adalah Sistim Pemerintahan, Pemekaran, PNS, Partai Politik
(Kolonialisme), Tentara, Polisi, Intel, Bais, BMP, Preman (Militerisme),
Perusahan Asing Nasional, Internasional yang menguras Kekayaan Alam Papua
(Kapitalisme). Itulah musuh orang Pribumi Papua. Mereka inilah yang Membunuh,
Merampok, Menindas, Menculik, Memperkosa, Menembak, Memenjarakan, diculik,
dengan Stigma Separatis, Makar, Opm OTK, GPK. Pada hal kami ini pemilik hak
ulayat tanah air Papua, nenek moyang tulang belulang ada sejak dulu sampai saat
ini.
Contoh,
gara-gara kampanye Lukas Enembe dan MEN 18 Januari 2013, Rusuh. Bentrok antara
massa disebabkan adanya pembagian uang diantara mereka yang tidak merata.
Polisi kemudian masuk dan mengeluarkan tembakan. Hal yang sama pun terjadi di
Yahukimo, dimana massa rusuh ketika kampanye HMS. Massa mengamuk karena tidak
menerima kehadiran Ones Pahabol sebagai juru kampanye. Kandidat yang selama
menjabat menjadi Bupati (PE...jabat Daerah) seakan mengumpulkan uang di masa
kerjanya hanya untuk membayar suara rakyat yang melahirkan konflik, seakan
suara rakyat hanya bisa dibayar dengan Rupiah. Jika money Politiknya
diutamakan, pembangunan pun tak akan ada sehingga hanya melahirkan keburukan
dalam kehidupan rakyat. Pejabat (Para Calon) mengajarkan Moral yang buruk
kepada Massa dengan uang, seakan Demokrasi tidak penting dan Demokrasi mudah
dibayar dengan Rupiah.
Contoh
ini mereka membuat Orang Papua kacau balau, adu dombah melalui agenda Program
Kolonialisme Yakni Pemilihan Gubernur Papua, dan Pemilihan Bupati. Itu
Termasuk Pemusnaan Ras Etnis Malanesia. Sejak Pepera 1969 -2013 bersama
dalam Penjajah Indonesia apa yang kita dapat ?, mereka datang hanya membunuh
dan memngambil kekayaan alam kami “ sadar bersatu dan Lawan”!
Dengan realita ini, dihimbau kepada seluruh masyarakat asli Papua untuk bersolidaritas dan tingkatkan diskusi dari sekarang untuk boikot pesta demokrasi Kolonial Indonesia pada pemilihan gubernur Papua bulan 29 januari 2013 ini. Kepada tim-tim sukses yang adalah anak-anak asli Papua dari sekarang mulai ambil sikap untuk bersolidaritas dengan rakyat Papua untuk boikot pemilihan Gubernur Papua, tutur Buktar Tabuni dalam facebooknya
Kemudian,
Tahapan Politik Papua, Filep
Karma, Buctar
Tabuni, Jafray Murib, Forkorus Yaboisembut, Selfius Bobii, Edison
Waromi, Agus Krarr, Dani Kogoya, Yusak
Pakage, Darius Kogoya, Timur Wakerkwa dan kawan-kawan
menyuruhkan kepada seluruh rakyat Papua untuk memboikot Pemilihan
Gubernur/Wakil Gubernur Provinsi Papua yang dijadwalkan 29 Januari 2013
mendatang. Seruan yang disampaikan kepada majalahselangkah.com, Sabtu, (21/12) itu berisi empat
poin. Poin pertama seruan berbunyi, “Jangan ikut memperpanjang
penjajahan, penderitaan dan pembunuhan di atas tanah Papua dengan mengikuti
pemilihan gubernur/wakil gubernur provinsi Papua”.
Pada
poin kedua mereka mengatakan, jika pemilihan gubernur/wakil gagal, maka
kita akan minta referendum. Selanjutnya, pada poin ketiga mereka sampaikan
ucapakan terima kasih kepada rakyat Papua. Seruan yang poin empat ditutup
dengan pernyataan singkat, ‘Bangsa Papua merdeka!’ itu disampaikan kepada semua
orang yang tinggal di hidup di Papua. “Kepada semua sodara kami yang non
Papua, semua sodara kami yang asli Papua serta semua sodara kami yang darah
campuran, yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan dan sungguh
mencintai rakyat bangsa Papua – tanah Papua,”tulis mereka.
Dikethui,
Filep
Karma adalah pegawai di Kantor Gubernur Papua dan Yusak adalah
mahasiswa Universitas Cenderawasih, Jayapura. Mereka diajukan ke pengadilan
karena memobilisasi massa untuk menaikkan bendera Bintang Kejora di Lapangan
Trikora, Abepura, 1 Desember 2004. Pengibaran ini dilakukan untuk memperingati
HUT ke-43 Organisasi Papua Merdeka. Sementara, Yoboisembut, Edison
Waromi, Dominikus Sorabut, Agust Kraar, dan Selpius Bobbi dianggap terbukti
bersalah mendirikan negara dalam negara, saat kongres Papua III di lapangan
Zakeus, Abepura, 16-19 Oktober 2011 lalu. Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Jayapura, beranggotakan lima orang yang diketuai Jack Oktavianus, Jumat (16/3),
akhirnya menjatuhkan vonis tiga tahun penjara kepada lima orang tersebut.
Lalu,
Ketua Parlemen Nasional Papua Barat, Buchtar Tabuni divonis 8 bulan penjara
oleh Pengadilan Negeri Klas IA Kota Jayapura, Selasa (25/9) lalu. Buchtar
dinyatakan bersalah terlibat perusakan kantor Lembaga Pemasyarakatan Abepura, 3
Desember 2010. Buchtar Tabuni juga pernah dipenjarakan selama 3 tahun karena ia
dianggap tokoh yang mengkoordinir puluhan ribu orang Papua pada berbagai aksi
untuk menuntut referendum. Puncaknya ia ditangkap pada aksi demonstrasi damai
di Jayapura untuk mendukung peluncuran International
Parlementarians for West Papua ( IPWP).
Penilaian
dari Masyarakat Papua (Warner Baransano), terkait
Pilgub, Sampai hari ini, masih sangat banyak rakyat yang tidak tahu
kriteria pemimpin yang berkualitas. Mereka mudah dibohongi tipu-tipu politik.
Mereka juga memilih karena ingin dianggap sebagai warga negara yang baik.
Terpengaruh iklan, pidato, kampanye, iklan dan semacamnya. Takut golput karena
golput dinyatakan haram. Memilih karena diberi uang. Siapapun yang dicalonkan
oleh parpol favoritnya, akan dipilih tanpa tahu kualitasnya. Dan tipu-tipu
politik lainnya. Comentar Facebook.com. Kemudian Di negara-negara maju, ada
kegiatan yang dinamakan pendidikan politik atau pencerahan politik. Sedangkan
di Indonesia dan Papua khususnya, sampai hari ini belum ada lembaga yang
memberikan pendidikan politik terhadap 70% pemilih yang nyata-nyata masih buta
politik.
Hak hidup masyarakat asli
Papua terancam punah, pelanggaran HAM terhadap orang Papua yang dilakukan
oleh TNI/POLRI tidak pernah dituntaskan, pembunuhan kilat dengan moncong
senjata terus meningkat, ekonomi kerakyatan di seluruh Papua di kuasai orag
luar Papua, pembolokiran ruang demokrasi terus terjadi, penahan, penangkapan
dan penyiksaan terhadap orang asli Papua terus terjadi.
Dua
Nasionalisme yang bertumbuh di Papua yakni Papua-Isme dan Indonesia-Isme. Ada
beberapa perbedaan yakni Hari Ulang tahun kemerdekaan, nama Negara, lambing
Negara, bendera negara, tapal batas wilayah, semua Berbeda. Itu membuktikan
bahwa benar-benar Papua dan Indonesia memiliki masing-masing Negara.
Kawan-kawan kita sudah tahu, Kita Papua dan Mereka Indonesia Perbedaan sudah
jelas depan mata. Maka pilihan Gubernur pada tanggal 29 januari 2013 tinggal
hidung hari saja. oleh sebab itu orang Papua mau Pemilihan Gubernur............? atau
Merdeka?............?, kamu pilih dia atau pilih sendiri...?