Pages

Pages

Minggu, 16 Desember 2012

KONFLIK POLITIK IDEOLOGI TPN/OPM DAN TNI/POLRI (NKRI)

Foto konflik TNI dan OPM
Politik militerisme Indonesia adalah politik menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari Sabang sampai Merauke.  Segala cara dilakukan dan membenarkan kekerasan kemanusiaan untuk menjaga politik ideology Negara Indonesia. Sementara politik militerisme Papua atau di sebut dengan TPN/OPM adalah menjaga kedaulatan Tanah Papua Barat dari Sorong sampai Samarai dengan cara proses menggugat sejarah kekerasan politik tahun 1969, tetapi juga mendekostruksi spiral penindasan Indonesia terhada Rakyat Bangsa Tanah Papua.

Daerah Meeuwo adalah daerah yang sudah didaftar pemerintah Indonesia sebagai daerah Merah atau daerah Seperatis. Beberapa kali, aparat keamanan Indonesia pernah menangkat, mengidentiminasi, menganiaya dan memenjarakan masyarakat adat yang tak berpendidikan. Bakan anak sekolah berseragam Indonesia pun ditembak mati oleh TNI/POLRI di Waghete. Seorang petani yang membelah hak ulayatmya pun ditembak mati oleh Brimob Indonesia di Okomakebo. Masih banyak kasus kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan Indonesia TNI/POLRI. Politik Indonesia Bangsa Papua menjadi alas an untuk memusnakan orang Papua secara bertahap. Untuk menghindari hokum, aparat keamanan selalu menggunakan moment tertentu yang dianggap tepat untuk melakukan kekerasan dan pembunuhan kepada orang Papua di Meewo.

Bagi Pemerintah dan aparat Indonesia, orang Mee adalah salah satu suku asli papua yang perlu diwaspadai di Indonesia. Karakter suku Mee berbeda dengan karakter suku lain. Bagi orang Mee, kebenaran adalah kebenaran dan kesalahan adalah kesalahan. Rumus ini tidak ada dalam budaya Indonesia karena yang adalah salah dibenarkan dan benar disalahkan. Budaya seperti ini yang disebut politik ideologi. Pertarungan Ideologi antara Papua dan Jakarta diwarnai oleh karakter berpikir orang Mee. Pendeta Benny Giay dan Pastor Neles Tebay sudah dianggap orang yang harus diwaspadai oleh Pemerintah dan Warga Indonesia. Teror dan indiminasi secara langsung maupun dengan wacana selalu dialami oleh kedua tokoh gerja Bangsa Papua tersebut ; tetapi Negara sulit menghancurkan kebenaran Bangsa Papua. Kebenaran kaum subaltern adalah kebenaran Tuhan di Tanah Papua. Allah selalu memihak pada kaum tertindas dan orang benar. Sekalipun, Negara sudah membunh Thys Eluey, Tom wanggai, Obet Badi, Arnol Ap, Willem Zonggonau, Yakubus Salosa, Agus Alue Alua dan para tokoh-tokoh Bangsa Papua lainnya tetapi Negara tidak membunuh kebenaran. Ideologi akan hidup sampai datangnya kebenaran di Tanah Papua. Generasi yang dating adalah generasi yang lebih cerdas untuk membebas Bangsa Papua dari firai penindasa dan perbuatan bangsa Indonesia.  Generasi berikut adan mengadili Indonesia di pengadilan Internasional untuk mengakui kebenaran politik Sejarah Bangsa Papua di hadapan United Nation dan Masyarakat dunia.

Politik ideologi yang digunakan oleh kelompok radikal tertentu seperti TRPB (TPN/OPM) maupun KNPB adalah dapat menjebak diri sendiri apabila tidak memiliki strategi perjuangan yang sistimatis. Militanisme yang polos dan tulus hanya melahirkan penderitaan bagi diri dan memang itulah resiko dan hadi perjuangan harus di perjuangkan dalam menyampaikan keadilan dan kebenaran.

Belum lagi orang Papua berhadapan dengan pembentuk OPM oleh Negara konflik kekerasan yang terjadi sekitar bulan Agustus 2011 di beberapa tempat adalah permainan ideologi oleh Negara Indonesia. Negara ingin merusak ideologi orang Papua melalui pembentukan TPN/OPM yang dijamin dengan uang dana sarana TPN/OPM yang sesungguhnya adalah kelompok oposisi yang tinggal di hutan tetapi tidak melakukan kekerasan kemanusiaan. Yang melakukan kekerasan Senjata adalah OPM buatan yang sengaja dibentuk untuk melakukan counter ideologi orang Papua. Politik ideologi yang dipentaskan oleh Pemerintah Puas sudah diketahui oleh orang Papua sehingga pernyataan-pernyataan pemimpin OPM atas suatu kejadian tertentu akan dinilai sebagai orang buatan dan bina BIN dan BAIS untuk merusak Tanah Papua yang Damai. Ideologi politik devide et impera yang sudah dibangun oleh kekuasaan Negara dengan membentuk BMP (Barisan Merah Putih) dan OPM buatan (isinya orang Papua mencari uang dan aparat keamanan sendiri) adalah upaya konstruksi kekerasan horizontal dan sekaligus sebagai upaya perlawanan Papua Tanah Damai yang sudah dilegitimasi oleh masyarakat Intenasional. Namun kebenaran tentang Papua akan didekonstruksi oleh keberaran itu sendiri melalui perdamaian Tanah Papua.

Sumber : EMUDAI (Majalah Papua Cultural Studies)



Suara Cendrawasih Kolaitaga




Tidak ada komentar:

Posting Komentar