Jayapura, Jubi – Legislator Papua, Ruben Magai geram dengan tudingan Kapolri, Badrodin Haiti yang menyebut otak pelaku penyerangan Polsek Sinak yang menyebabkan tiga anggota polisi meninggal dunia adalah Benny Wenda, salah satu tokoh pejuang Papua merdeka di luar negeri.
Kata Magai, tudingan Kapolri itu seolah menyembunyikan ketidakmampuan polisi mengungkap pelaku dan memberi rasa keadilan kepada korban. Hal ini merupakan kebiasaan sejak dulu.
“Apa buktinya sehingga Kapolri menuduh Benny Wenda sebagai aktor penembakan. Kapolri kalau tak mampu mengungkap dan menangkap pelaku, tentu kinerjanya dipertanyakan. Apalagi dia difasilitasi negara. Sama saja Kapolri mengorbankan anggotanya sendiri karena tak mampu memberi rasa keadilan kepada pihak korban,” kata Magai, Kamis (7/1/2015).
Menurutnya, gerakan perjuangan Benny Wenda di luar negeri untuk mengkampanyekan kepada dunia mengenai pelanggaran HAM di Papua selama ini yang tak terselesaikan. Ia berbicara bagaimana orang asli Papua mendapat keadilan, bukan membentuk kelompok kriminal.
“Jangan menuduh Benny Wenda. Ini dipolitisasi. Karena tak mampu mengungkap pelaku. Sampai sejauh mana pembuktian sehingga menuduh Benny Wenda. Siapa yang bersaksi kalau mereka difasilitasi Benny Wenda,” ucapnya.
Katanya, pimpinan Polri sebaiknya tak mengambinghitamkan orang lain. Namun bagaimana bekerja mengungkap pelaku dan memberi rasa keadilan kepada pihak korban serta masyarakat yang merasa dikorbankan. Lanjut Ruben, beberapa waktu lalu ada oknum anggota TNI dan Polri yang justru tertangkap menjual amunisi dan senjata.
“Kasus Paniai saja Kapolri belum selesaikan. Semua pelanggaran HAM di tanah ini dipolitisasi karena mereka juga adalah pelaku. Stop mensitgma Benny Wenda sebagai aktor di Puncak. Polisi harus mengungkap siapa pelaku dan memberi rasa keadilan kepada korban dan masyarakat yang merasa dikorbankan. Itu yang diinginkan semua pihak,” katanya.
Sebelumnya, dilaporkan CNN Indonesia, Jenderal (Pol) Badrodin Haiti menyatakan kelompok Benny Wenda berada di balik penyerangan Polsek Sinak ini.
“Saat Kapolda akan melakukan evakuasi terhadap korban yang meninggal, dilakukan penembakan. Itu masih dilakukan oleh kelompok yang sama, yakni kelompoknya Benny Wenda,” kata Badrodin kala itu.
Tuduhan itu dibantah Benny Wenda. Melalui keterangan persnya yang diterima redaksi Jubi Juru Bicara United Liberation Movement for West Papua itu mengatakan, tuduhan Kapolri adalah sebuah delusi.
“Saya tinggal 9.000 mil dari Indonesia, di pengasingan. Saya menjunjung tinggi perdamaian. Tuduhan Kapolri, Badrodin Haiti itu sangat kekanak-kanakan,” tulis Benny Wenda dalam keterangan resminya yang diterima Jubi, Minggu (3/1/2016) malam.
Wenda mengaku tidak memiliki hubungan apapun dengan penyerangan pos polisi di Sinak. Ia menganggap sikap polisi yang menuduhnya itu sangat tak profesional. Polisi sengaja mengambinghitamkan pemimpin perjuangan damai, sementara polisi sendiri tidak tersentuh hukum dan melenggang setelah membunuh Orang Asli Papua.
“Dalam waktu 24 jam polisi bisa menyebut saya sebagai pelaku penyerangan Pos Polisi Sinak, tapi lebih dari satu tahun berlalu, pemerintah Indonesia belum bisa menemukan pelaku pembantaian siswa di Paniai,” tulis Benny Wenda. (Arjuna Pademme)
http://tabloidjubi.com/home/2016/01/07/legislator-papua-geram-kapolri-tuding-benny-wenda-tanpa-alasan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar