Sampai Kapan Kami Dulupakan Peristiwa Masa Lalu Papua? Dan Semua
Pernyataan Di Metro TV
Jakarta-Suarapasema.blogspot.com-Presiden Joko Widodo memberikan grasi kepada lima tahanan politik di Papua pada 9 Mei 215 Lalu. Keputusan presiden memberi grasi itu oleh sebagian orang dinilai sikap yang tepat, tetapi ada juga yang menilai hal tersebut sebagai pencitraan belaka dan tidak menyelesaikan akar permasalahan di Papua.
Lepas dari pro
dan kontra, lima tahanan politik itu sekarang sudah mendapatkan kebebasan
mereka. Banyak orang yang ingin tahu apa sebenarnya “dosa” mereka sehingga
harus masuk penjara dan apa yang mereka lakukan setelah keluar dari penjara.
pada 10 Juli 2015 di Live
Metro TV Kemarin.
Maka Dari Itu Kick Andy Mengundang
Beberapa Tahanan Politik yang dibebaskan Kamarin di LP2 Abepura pada 9 Mei 2015
Lalu, Namun yang Lainya Menolak dengan sejumlah Masyarakat dengan Alasan
Lainnya, Tetapi diwakili Oleh 2
Orang Tahanan Politik (TAPOL) yang
dibebaskan Oleh Jokowi Melalui Grasi, Yaitu Bapak Apotnagolik Lokobal dan
Jafrai Murib.
Apotnagolik
Lokobal dan Jafrai Murib yang
menjadi tamu Kick
Andy Kemarin 10 Juli 22015 adalah dua dari lima tahahanpolitik yang mendapat
grasi dari Presiden Joko Widodo. Setelah keluar
dari penjara kedua mantan tahanan politik ini langsung kembali ke rumahnya di
Wamena, Papua. Kondisi kedua mantan tapol itu memang memprihatinkan.
Apotnagolik
Lokobal misalnya.
Pria yang kini berusia 49 tahun itu sedang sakit-sakitan dan tubuhnya
sudah kelihatan renta. Ia mengeluhkan tekanan darahnya yang tinggi dan nyeri di
bagian tengkuk lehernya. Lokobal yang ditangkap aparat keamanan karena dituduh
menjadi anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM), itu mengaku selama di tahanan
kerap mendapat siksaan fisik dan kesulitan mendapatkan akses kesehatan, Saat
Memintah Obat di Dokter karena Sakit Malaria tetapi memberikan Obat Vitamin
segingga Sepat Kontak Marah Antara Bapak Apotnogolik Lokobal dan Dokter,
Jelasnya saat ditanyakan Kick Andy.
Bapak
Lokobal Mengaku dirinya Ketika bebas, setelah mendekam di penjara selama 12
tahun, ia masih kesulitan untuk kontrol kesehatannya karena ketiadaan biaya
pengobatan.
Begitu halnya
dengan Jafrai Murib.
Pemuda yang kini berusia 31 tahun kondisinya lebih mengenaskan dibandingkan
Lokobal. Jafrai yang ditangkap ketika berusia 19 tahun masa SMA itu terkena
serangan stroke ketika berada di penjara. Hingga kini ia kesulitan untuk
berjalan dan tangan kanannya lumpuh. Sama halnya dengan Lokobal, jafrai juga
tidak pernah kontrol ke rumah sakit mengingat kesulitan keuangan. Bahkan yang
lebih mengenaskan ketika keluar dari penjara istrinya kabur dengan pemuda lain.
Jafrai Mengaku Ia mendapat Penganiyaan
Di Kodim 1702 Wamena Setelah diperlakukan Penganiayaan dan Penyiksaan. Ia
Mengaku ditangkap dengan Alasan yang Tak Jelas
Kata Jaftrai Saat Di Tanya Kick Andy Di Metro TV.
Banyak
kalangan menilai, pemerintah seharusnya tidak berhenti hanya sebatas memberikan
grasi saja. Pemerintah seharusnya memperhatikan kondisi kesehatan dan ekonomi
para tapol itu. Jika hal ini diabaikan, dikhawatirkan para tapol yang sudah
mendapat pengampunan itu akan mengangkat senjata dan kembali ke gunung di
pedalaman papua.
Apa sebenarnya
yang terjadi ? dan mengapa pemerintah terkesan sulit menyelesaikan masalah
Papua? Karena Kepentingan di Tanah Papua dan pemerintah sangat susah selesaikan
karena Gejolak dan Konflik di Papua Bukan Untuk Makan, Minum dan Ekonomi tetapi
memintah untuk meluruskan sejarah Pepera 1969, saat itu Melakukan Voting dengan
1200 Orang yang ikut pilih dibawah pengawasan Militer indonesia, Belanda dan
PBB sehingga Orang Papua Menilai Catat Hukum, Maka Indonesia Harus Mengakui dan
Meluruskan sejarah untuk solusi Penyelesaian Di Papua.
Matius Murib, Yang merupakan Komnas
HAM dan juga AKtivis Papua mengaku, Presiden Joko Widodo Memberikan Grasi
Kepada Tahanan Politik itu salah satu Sikap Positif tetapi presiden
menyampaikan melupakan masalah lalu dan padang yang baru kedepan itu tidak
mudah Jelasnya.
Tetapi pemerintah seharusnya ada
rekonsiliasi antara OPM dan Pemerintah Indonesia, saya kira itu yang bisa
jelasMatius Murib saat di tanyakan Kinck Andy.
Haris Azhar yang merupakan Elsham
Papua mengatakan saar ditanyakan Kick Andy Berapa Bayak Tahanan Indonesia?
Jawab Haris azhar bahwa, di Ambon dan Papua di antaranya khusus untuk di Maluku
selatan (RMS) ada belasan Orang tetapi untuk di Papua ada 37 Orang namun 5
diantaranya sudah dibebaskan oleh Presiden Joko Widodo melalui Grasi pada 9 Mei
2015 Lalu, sehingga yang ada sekarang 32 Orang.
Tambahnya lagi bahwa Tahanan Politik
ini pasal yang di Tuduhkan itu tidak sesuai dengan Kasunya, tetapi mereka
memperlakukan ketidak adilan dan tidak sesuai. contoh kesaksian Apotnagolik
Lokobal dan Jafrai Murib tadi
tandasnya.
Kick Andi Sempat Ditanyakan mengenai
Filep Karma yang menolak Grasi saat
presiden Joko Widodo Memberikan Grasi, tetapi
Filep Karma Menolak dengan Alasan Ia Memintah harus memberikan Amnesti dengan
Alasan kalau saya memberikan garsis berarti saya bersalah pada kami tidak
salah, sebab kami membelah kebenaran dan Keadilan, sehingga Ia Memintah Amnesty
Internasional.
Jawab Hsris Azhar bahwa Perbedaannya
antara Grasi dan Amnesty karena Grasi itu bisa diberikan oleh presiden sesuai
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD) 1945 bahwa ada bisa
langsung memberikan grasi kebijakan presiden dan juga DPR tetapi ada DPR yang
bisa ada pula yang tak bisa sehingga memberikan grasi oleh Presiden. tetapi
Amnesty Itu karena Filep Karma tidak merasa Bersalah sehingga ia memintah
Amnesty utuk Pengakuan Politik, Kata Haris Azhar. (Suara
Pasema/Lokon)