Jefri Wenda, ketua AMP Pusat, saat memimpin aksi AMP di Jogja, 24/6/2015. Jubi/Arnold Belau |
Yogyakarta, Jubi – Ketua Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Pusat, Jefri Wenda, minta Indonesia melalui aparat keamanan yang ada di Papua agar membuka ruang demokrasi sebesar-besarnya di tanah Papua, menarik aparat militer dari Papua, serta menutup perusahaan-perusahaan asing yang ada di Papua.
Wenda mengatakan aparat militer yang ada di Papua, TNI maupun Polri,
hari ini menjadi aktor utama yang terus membungkam dan merusak wajah
demokrasi Indonesia. Tidak ada kebebasan untuk menyampaikan aspirasi di
muka umum dengan bebas.
“Aparat TNI dan Polri di Papua adalah aktor utama yang sedang
memperkosa, merusak, dan mencoreng nama Indonesia melalui pendekatan
militer yang sedang diterapkan di Papua. Untuk itu, Indonesia harus
menghargai konstitusi negara sebagai negara demokrasi. Ruang demokrasi
di Papua harus dibuka seluas-luasnya dan aparat militer organik maupun
nonorganik harus ditarik dari Papua,” kata Jefri Wenda.
Lebih jauh Jefri Wenda mengatakan selain membuka ruang demokrasi di
Papua, Indonesia juga harus menutup perusahaan-perusahaan asing yang
sedang beroperasi di Papua.
“Ruang demokrasi harus dibuka dan perusahaan-perusahaan asing di
Papua harus ditutup karena tidak memberikan manfaat untuk kesejahteraan
orang Papua,” ucap Wenda.
Seperti diberitakan media ini sebelumnya, Aliansi Mahasiswa Papua
(AMP) Komite Kota Yogyakarta mendesak pemerintahan membuka ruang
demokrasi bagi rakyat Papua.
“Ruang demokrasi dibungkam semakin nyata, terlihat ketika Konferensi
Asia Afrika (KAA) 2015 diselenggarakan di Bandung, penangkapan tiga
mahasiswa Papua secara paksa yang tidak sesuai dengan jalur hukum,” kata
Abbi Douw, kala itu. (Arnold Belau)
http://tabloidjubi.com/2015/06/24/amp-minta-buka-ruang-demokrasi-dan-tarik-aparat-dari-papua/