Seruan gerakan PapuaItuKita. Foto: Ist.
Jakarta, MAJALAH SELANGKAH -- Gerakan PapuaItuKita, sebuah gerakan solidaritas untuk Papua yang berbasis di Jakarta yang konsisten menyoroti persoalan kemanusiaan dan hak asasi manusia Papua di Tanah Papua, meluncurkan 10 alasan mengapa pembangunan Markas Komando (Mako) Brimob di Wamena wajib ditolak oleh semua pihak yang menghargai kemanusiaan dan hak asasi manusia.
10 alasan mengapa pembangunan Mako Brimob di Wamena wajib ditolak, adalah sebagai berikut.
Pertama, tujuan pembangunan Mako Brimob tidak jelas.
Kedua, Brimob adalah salah satu biang dari masalah keamanan di Tanah Papua.
Ketiga, dalam prakteknya, penambahan aparat sama artinya dengan peningkatan kekerasan di Tanah Papua.
Keempat, Papua dinilai bukan wilayah yang berstatus 'Wilayah Keamanan Khusus'.
Lima, pembangunan Mako Brimob berarti membangun dan menambah suasana teror dan potensi pelanggaran hak asasi manusia.
Enam, pembangunan Mako Brimob menciptakan perampasan tanah adat.
Tujuh, menambah potensi impunitas.
Delapan, menolak pendekatan militeristik di Papua. Jakarta dihimbau tidak lagi menggunakan pendekatan militer untuk menyelesaikan semua persoalan di Papua. Pembanguan Mako Brimob dinilai merupakan implementasi pendekatan militeristik.
Sembilan, masyarakat asli Wamena melalui wakil-wakilnya terus menyuarakan penolakan atas pembangunan Mako Brimob.
Sepuluh, anggaran untuk pembangunan Mako Brimob di Wamena dinilai lebih tepat sasaran bila dialihkan untuk meningkatkan kesejahteraan personil Brimob.
Gerakan PapuaItuKita dalam posternya juga memuat beberapa petikan komentar penolakan warga atas pembangunan Mako Brimob di Wamena.
"Pemerintah daerah hentikan niatnya untuk pembangunan Mako Brimob, karena sangat tidak menguntungkan bagi orang Wamena," jelas Manuel Mulait, tokoh masyarakat Wamena, dilansir tabloidjubi.com edisi 6 Maret 2015.
"Dengan alasan apa pun, kami tetap tolak. Kami sudah punya seribu data di tangan kami. Tapi juga untuk gugat, kami mau gugat dimana? Karena semua lembaga sudah dikuasai oleh kepentingan negara. Misalnya pembunuhan Timotius Mote, pemain bola (Persiwa) dibunuh oleh Brimob, ini cukup jelas kebrutalan mereka. Jadi, Brimob akan tetap kami tolak," tegas Alius Asso, tokoh pemuda Wamena, dilansir suarapapua.com edisi 16 Maret 2015.
"Kalau pemerintah ingin tahu, kebutuhan masyarakat Papua pada umumnya dan Jayawijaya khususnya adalah penanganan masalah HIV/AIDS, pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Kenapa pemerintah mengesampingkan HIV/AIDS dan terus mengotot? Ada kepentingan apa di balik pembangunan Mako Brimob?" tegas Frans Hubby, mahasiswa asal Jayawijaya, dilansir majalahselangkah.com edisi 15 Maret 2015. (SAL/MS)
Sumber : http://majalahselangkah.com/content/ini-10-alasan-mako-brimob-di-papua-wajib-ditolak-