Excavator yang dibakar di kampung Popoma, Lanny Jaya (Foto: Elisa Sekenyap/SP) |
“Kami mau perjelas terhadap tanggapan Kapolda dengan Pangdam bahwa itu tindakan kriminal itu tidak benar. Tindakan itu kami lakukan untuk tuntut agar jangan membuka jalan-jalan tembus yang ada tempat-tempat OPM, dan itu aksi pagar kami,” tegas Wenda.
Selain tindakan tuntutan itu dilakukan, Wenda juga minta agar segera ada dialog menuju referendum.
Ditegaskan, kegiatan pembangunan dan kemajuan kota jangan dilaksanakan sebelum akomodir tuntutan dialog.
“Kami minta dan tuntut agar hentikan pembangunan bentuk apapun di Papua. Harus dialog menuju referendum dilaksankan dulu," ujarnya.
"Kami juga desak agar semua tahanan-tahanan politik harus dibebaskan, karena kalau tidak dibebaskan, maka kami akan lakukan perang revolusi,” tegas Wenda.
Terkait proses hukum yang diberikan kepada Rambo, Purom Wenda minta, agar Rambo tetap ditahanan di Polda Papua, tidak dipindah-pindahkan atau ditahan di tempat lain.
“Rambo jangan dibawa terus ditahan di tempat lain. Saya sudah dengar kabar angin itu mereka sudah potong kakinya Rambo, wah ini aturan aparat polisi yang bagaimana lagi ini,” tutur Wenda.
Kepada pihak Polda Papua, Purom Wenda menanyakan kebenaran kabar tentang pemotongan kaki Rambo. Ia mengakui bahwa pada saat dilumpuhkan waktu penangkapan merupakan tindakan yang benar, namun setelah ditahan, pemotongan terhadap kakinya merupakan tindakan yang melanggar hak asasi manusia (HAM).
Ia juga menyinggung penangkapan terhadap Rois Wenda. Menurutnya, itu sebuah tindakan yang keliru, dan tindakan tersebut merupakan permainan dari aparat keamanan sendiri.
“Itu amunisi yang lima ratus butir ada jual di kios kah atau toko mana. TNI-Polri yang jual kemudian sudah bayar uang sudah terima di tangan TNI-Polri baru balik tangkap lagi. Ini permainan yang omong kosong,” ungkap Wenda.
Menanggapi selentingan yang sengaja dikembangkan bahwa TPN-OPM pimpinan Purom Wenda memerlukan dana dan mencari jabatan di pemerintah, Puron menegaskan bahwa hal ini tidak benar.
"Wah, kata siapa? Itu sangat tidak benar," ujarnya sembari mempertanyakan oknum yang sengaja menyebarkan isu tersebut.
Editor: Mary
ELISA SEKENYAP
Sumber : www.suarapapua.com