Pages

Pages

Kamis, 08 Januari 2015

Pasukan Batalyon 303 Raider Dikirim ke Papua & Papua Barat

Kekerasan Militer Indonesia di Papua. (Foto: Ist)
Kekerasan Militer Indonesia di Papua. (Foto: Ist)
JAKARTA UTARA, SUARAPAPUA.com --- Panglima Divisi Infanteri 1 Kostrad Mayjen TNI Edy Rahmayadi melepas prajurit Kostrad dari Batalyon Infanteri 303 Raider dari Pelabuhan Kolinlamil, Jakarta Utara, Selasa (06/01/2014).

Seperti ditulis merdeka.com, Batalyon Infanteri 303 Raider yang bermarkas di Cikajang Kabupaten Garut Jawa Barat dan dikirimkan ke daerah penugasan pengaman daerah rawan Papua dan Papua Barat

Pangdivif 1 Kostrad meminta kepada prajurit Yonif 303 Raider agar senantiasa berpedoman kepada Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI dalam setiap melaksanakan tugas. Terutama dalam melakukan pendekatan kepada warga masyarakat setempat.

Edy juga berpesan agar masing-masing pribadi menjaga kesehatan dan memperhatikan faktor keamanan selama melaksanakan tugas di daerah operasi.

"Pelajari secara mendalam adat istiadat dan kebiasaannya orang Papua," kata Edy.

Dengan menggunakan KRI Tanjung Kambani no lambung 971, dipimpin Komandan Batalyon Infanteri 303/R Kostrad Letkol Inf Iwan Setiawan sebanyak 500 orang prajurit akan bertugas selama enam bulan Papua dan Papua Barat.

Pangdivif 1 berpesan agar pasukan menjaga nama baik Kostrad saat bertugas dan mematuhi standar operasi yang berlaku.

"Pasukan harus bertugas dengan baik dan jangan bertindak melanggar hukum," ungkap Edy.

Sementara itu, Anggota Unitied Liberation Movement for West Papua (ULMWP), Jacop Rumbiak mengatakan, bahwa pihaknya sangat kecewa terkait dengan penembakan yang terjadi di Paniai pada 8 Desember 2014 kemarin.

Rumbiak juga mengatakan TNI/Polri di Papua bukan mengamankan tetapi membunuh orang Papua. Mereka mereka yang ditembak kebanyakan anak usia SMA, negara sudah melakukan pelanggaran HAM berat.

“Saya sangat kecewa dengan insiden ini, TNI/Polri adalah aktor pembunuh orang Papua. Kasus Paniai adalah salah satu bukti TNI/Polri adalah pembunuh orang Papua,” ungkap Rumbiak.

"TNI/Polri di Papua hingga sampai saat ini adalah aktor dari konflik Papua yang sampai saat ini tidak kunjung usai. Orang Papua bukan bangsa yang terus dibohonhi terus-menerus, rakyat Papua hanya ingin masalah Papua diselesaikan di tingkat Internasional yaitu PBB," tegas Rumbiak.

MIKAEL KUDIAI

Sumber :  www.suarapapua.com