Ketua terpilih DPR Papua, Yunus Wonda – Jubi/Arjuna |
Jayapura, Jubi – Ketua terpilih DPR Papua, Yunus Wonda mengingatkan aparat keamanan agar tak arogan dalam menangani setiap masalah di Papua. Katanya Papua bukan daerah untuk latihan menembak.
Hal itu dikatakan, Yunus Wonda menyikapi berbagai kekerasan di Papua yang mengakibatkan jatuhnya korban dipihak warga sipil. Katanya, jika ingin latihan menembak, sebaiknya ke Jalur Gaza.
“Kalau mau perang, lebih baik ke Jalur Gaza untuk belajar menembak di sana. Bukan latihan tembak di Papua. Dengan berbagai kejadian yang ada kini, rakyat Papua mau minta perlindungan kepada siapa. Yang mereka harap aparat bisa melindungi mereka, tapi rakyat kini justru trauma. Situasi kini, rakyat justru takut mengadu kepada aparat,” kata Yunus Wonda, Selasa (16/12).
Menurutnya, jika terjadi sesuatu di lapangan, harusnya aparat bertindak bijaksana. Tidak bertindak langsung mengelurkan tembakan. Kata Yunus, rakyat Papua terus didorong bagaimana mencintai bangsa ini, tapi bangsa ini melakukan hal yang tidak benar kepada orang Papua.
“Bagaimana orang Papua mau mencintai bangsa ini. Justru rakyat Papua semakin tak simpati dengan bangsa dan TNI serta Polri. Kapolda dan Pangdam harus rubah cara pendekatan,” ucapnya.
Dikatakan, jika bicara Papua zona damai, harus dibuktikan. Buktikan juga siapa pemilik amunisi yang selama ini selalu membuat korban berjatuhan di Papua.
“Jangan selalu tidak diketahaui siapa pemiliknya. Jadi tolong bertindak profesional. Jangan ceroboh. Kalau memang kondisi tidak memungkinkan, tidak harus menghilangkan nyawa orang Papua. Masih ada protap yang bisa digunakan. Kan bisa menembak di kaki atau dilumpuhkan,” katanya.
Kekerasan di Papua seolah tak pernah berhenti. Korban dari warga sipil dan aparat keamanan terus berjatuhan. Bisa dikata, setiap tahunnya selalu ada korban jiwa di Bumi Cenderawasih. Kasus terbaru, lima warga sipil meninggal tertebus peluru tak bertuan di Enarotali, Paniai pekan lalu. Puluhan lainnya luka-luka.
Kejadian itu menjadi sorotan berbagai pihak, terutama para pegiat Hak Asasi Manusia (HAM). Beberapa kalangan menduga pelaku adalah aparat keamanan. Namun hingga kini polisi belum bisa menyimpulkan amunisi yang menelan korban jiwa itu keluar dari moncong senapan siapa.
Kepada sejumlah wartawan, Senin (15/12), Kapolda Papua Inspektur Jenderal (Pol) Yotje Mende mengatakan, belum bisa menyimpulkan hasil ivestigasi pihaknya dalam kasus itu.
“Kami belum bisa simpulkan. Jadi saya belum bisa memberi keterangan kepada media kapan dan hasil yang didapat pasca kejadian itu. Tapi kalau memang ada anggota saya terlibat, saya akan tindak tegas,” kata Kapolda Yotje. (Arjuna Pademme)
Sumber : www.tabloidjubi.com