Abepura, Jubi – Pemuda dan Mahasiswa Kabupaten Intan Jaya menilai
kehadiran anggota Brimob sangat meresahkan warga masyarakat yang sudah
lama hidup rukun dan damai.
Pernyataan itu disampaikan mahasiswa Intan Jaya dalam jumpa pers yang digelar di Asrama kabupaten Intan Jaya, Buper, Waena, Kota Jayapura, Papua, Selasa (14/10).
“Sejak kehadiran Brimob sampai saat ini, kami merasa bukan lagi mengayomi, melindungi dan mengamankan masyarakat namun justru meresahkan masyarakat,”ungkap kordinator Pemuda dan Mahasiswa Intan Jaya, Melianus Duwita didampinggi rekan-rekannya kepada awak media.
Mereka meyebutkan sejumlah aktivitas anggota Brimom yang dianggap merasakan warga. Salah satunya, anak-anak yang melewati jalan di depan post di Mamba, diganggu anggota Brimob.
“Setiap anak yang lewat di depan pos, mereka selalu takut-takuti. Todong dengan senjata,” ungkapnya.
Kemudian, peritiswa yang terakhir adalah penembakan terhadap mahasiswa atas nama Siprianus Yapugau pada 29 September lalu. Peritiwa ini berawal dari aksi anggota Brimob yang mengganggu seorang warga.
“Awalnya ada masyarakat bernama Henok Sani mau ke Yogatapa untuk foto copy. Ia baru belajar bawa motor. Anggota Brimob mengiikutinya lalu ganggu-ganggu. Klakson dan gas-gas hingga Sani tiba di tempat foto copy. Setelah itu ia pulang ke rumah.” kata Duwita.
Sorenya, lanjut Duwita, Sani ke lapangan bola di Bilogai. Brimob jalan ke lapangan sambil gas-gas motor mereka. Henok ingat peristiwa yang dialami sebelumya. Ia menceritakan kejadian itu kepada rekannya, Thomas. Thomas lalu mendatangi anggota Brimob untuk menanyakan mengapa mereka melakukan hal tersebut, sambil mengingatkan hal tersebut tak boleh dilakukan.
“Namun anggota Brimob tidak terima. Mereka ke markas mereka mengudang rekan-rekan mereka. Ada delapan orang dengan empat motor yang datang berkelahi dengan masyarakat.” tambah Duwita.
Mahasiswa Intan Jaya ini melanjutkan, saat kejadian itu, korban penembakan ada bersama sekelompok orang. Brimob, kata Duwita mengarahkan tembakan ke kerumunan orang. Siprianus Yapugau yang berada di antara kerumunan orang itu terkena timah panas. Kini, Siprianus sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Nabire.
Menurut Mahasiswa Intan Jaya, tindakan anggota Brimob ini sangat berlebihan. Dan tindakan yang berlebihan ini tak diproses secara hokum. Padahal itu, tindakan sewenang-wenang terhadap warga masyarakat.
“Kami menilai para pimpinan kepolisian Polda Papua membenarkan tindakan anak buahnya dan ada indikasi pembiaran dan melindunggi anggotanya,” ungkap Salmon Selegani, mahasiswa Intan Jaya lainnya.
Kalau tidak ada sangsi tegas terhadap pelaku, mahasiswa menilai pimpinan kepolisian memberikan peluang kepada anggotanya untuk terus melakukan tindakan sewenang-wenang dikemudian hari terhadap masyarakat. Kalau ini terus terjadi akan menciptakan ketidaknyamanan dan ketidakharmonisan antara masyarakat dan pihak keamanan.
Agar kenyamanan dan keharmonisan antara masyarakat dan pihak keamanan bisa terwujud dengan baik di Intan Jaya, mahasiswa Intan Jaya
merekomendasikan tiga point. Pertama, Kapolda Papua, Kapolres Paniai dan Pemerintah Intan Jaya bertanggungjawab dalam penuntasan kasus penembakan warga sipil. Kedua, anggota Brimob yang melakukan penembakan terhadap warga sipil harus diproses hukum. Ketiga, Kapolda Papua segera menarik anggota Brimo dari Intan Jaya karena keberadaan Brimob di Intan Jaya meresahkan masyarakat. (Mawel Benny)
http://tabloidjubi.com/2014/10/15/brimob-dituding-resakan-masyarakat-intan-jaya/
Pernyataan itu disampaikan mahasiswa Intan Jaya dalam jumpa pers yang digelar di Asrama kabupaten Intan Jaya, Buper, Waena, Kota Jayapura, Papua, Selasa (14/10).
“Sejak kehadiran Brimob sampai saat ini, kami merasa bukan lagi mengayomi, melindungi dan mengamankan masyarakat namun justru meresahkan masyarakat,”ungkap kordinator Pemuda dan Mahasiswa Intan Jaya, Melianus Duwita didampinggi rekan-rekannya kepada awak media.
Mereka meyebutkan sejumlah aktivitas anggota Brimom yang dianggap merasakan warga. Salah satunya, anak-anak yang melewati jalan di depan post di Mamba, diganggu anggota Brimob.
“Setiap anak yang lewat di depan pos, mereka selalu takut-takuti. Todong dengan senjata,” ungkapnya.
Kemudian, peritiswa yang terakhir adalah penembakan terhadap mahasiswa atas nama Siprianus Yapugau pada 29 September lalu. Peritiwa ini berawal dari aksi anggota Brimob yang mengganggu seorang warga.
“Awalnya ada masyarakat bernama Henok Sani mau ke Yogatapa untuk foto copy. Ia baru belajar bawa motor. Anggota Brimob mengiikutinya lalu ganggu-ganggu. Klakson dan gas-gas hingga Sani tiba di tempat foto copy. Setelah itu ia pulang ke rumah.” kata Duwita.
Sorenya, lanjut Duwita, Sani ke lapangan bola di Bilogai. Brimob jalan ke lapangan sambil gas-gas motor mereka. Henok ingat peristiwa yang dialami sebelumya. Ia menceritakan kejadian itu kepada rekannya, Thomas. Thomas lalu mendatangi anggota Brimob untuk menanyakan mengapa mereka melakukan hal tersebut, sambil mengingatkan hal tersebut tak boleh dilakukan.
“Namun anggota Brimob tidak terima. Mereka ke markas mereka mengudang rekan-rekan mereka. Ada delapan orang dengan empat motor yang datang berkelahi dengan masyarakat.” tambah Duwita.
Mahasiswa Intan Jaya ini melanjutkan, saat kejadian itu, korban penembakan ada bersama sekelompok orang. Brimob, kata Duwita mengarahkan tembakan ke kerumunan orang. Siprianus Yapugau yang berada di antara kerumunan orang itu terkena timah panas. Kini, Siprianus sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Nabire.
Menurut Mahasiswa Intan Jaya, tindakan anggota Brimob ini sangat berlebihan. Dan tindakan yang berlebihan ini tak diproses secara hokum. Padahal itu, tindakan sewenang-wenang terhadap warga masyarakat.
“Kami menilai para pimpinan kepolisian Polda Papua membenarkan tindakan anak buahnya dan ada indikasi pembiaran dan melindunggi anggotanya,” ungkap Salmon Selegani, mahasiswa Intan Jaya lainnya.
Kalau tidak ada sangsi tegas terhadap pelaku, mahasiswa menilai pimpinan kepolisian memberikan peluang kepada anggotanya untuk terus melakukan tindakan sewenang-wenang dikemudian hari terhadap masyarakat. Kalau ini terus terjadi akan menciptakan ketidaknyamanan dan ketidakharmonisan antara masyarakat dan pihak keamanan.
Agar kenyamanan dan keharmonisan antara masyarakat dan pihak keamanan bisa terwujud dengan baik di Intan Jaya, mahasiswa Intan Jaya
merekomendasikan tiga point. Pertama, Kapolda Papua, Kapolres Paniai dan Pemerintah Intan Jaya bertanggungjawab dalam penuntasan kasus penembakan warga sipil. Kedua, anggota Brimob yang melakukan penembakan terhadap warga sipil harus diproses hukum. Ketiga, Kapolda Papua segera menarik anggota Brimo dari Intan Jaya karena keberadaan Brimob di Intan Jaya meresahkan masyarakat. (Mawel Benny)
http://tabloidjubi.com/2014/10/15/brimob-dituding-resakan-masyarakat-intan-jaya/