Panglima TPN/OPM Wilayah La-Pago, Okiman Purom Wenda (kiri) bersama pengawal (Foto: Ist) |
PAPUAN, Jayapura --- Panglima Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB) Wilayah La-Pago, Enden Wanimbo, meminta komunitas internasional untuk menghentikan bantuan militer bagi pemerintah Indonesia, karena dinilai telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia berat di Lanny Jaya, Papua.
“Yang kami tahu, aparat TNI/Polri yang diturunkan sebanyak 5000 – 7000 personil. Ini sudah keterlaluan, dan sangat banyak jumlahnya, bisa kami katakan bahwa perang di Lanny Jaya itu Negara turunkan kekuatan penuh,” ujar Enden, saat menghubungisuarapapua.com, melalui telepon seluler, dari Lanny Jaya, Jumat (23/8/2014).
Kata Enden, komunitas internasional, terutama Amerika Serikat, Belanda, Australia dan Inggris tidak pantas memberikan peralatan militer kepada Indonesia, sebab telah digunakan untuk melakukan pelanggaran HAM berat. (Baca: Kelly Tabuni: "Brimob di Lanny Jaya Beri Kami Peluru Untuk Halau Brimob Dari Luar").
“Dengan peralatan militer yang diberikan oleh Negara-negara luar, Indonesia telah membunuh dan membantai jutaan penduduk Papua, kami minta segera hentikan bantuan militer itu,” tegasnya.
Enden juga mengatakan, walau Indonesia menurunkan kekuataan militer dalam skala besar, namun tidak ada anak buahnya yang menjadi korban, dan itu disyukuri oleh dirinya sebagai panglima di wilayah Lannya Jaya.
“Alam dan Tuhan bangsa Papua berada di pihak kami, sehingga tidak ada yang korban. Kalau korban di kubu TNI/Polri sebenarnya banyak, tapi mereka malu jadi tutup-tutup dari pemberitaan media,” tegasnya. (Baca: Panglima TPN/OPM Bantah Ada Anggotanya Yang Tewas Tertembak).
Ketika ditanya, apakah ia dan anak buahnya sempat melakukan pembakaran rumah-rumah dan honai-honai milik masyarakat seperti pernyataan aparat kepolisian, Enden dengan tegas membantah informasi itu.
“Bukan kami yang bakar, itu aparat TNI/Polri yang bakar. Masyarakat Lanny Jaya adalah masyarakat kami, dan sudah lama kami saling kenal, tidak mungkin kami mau bakar mereka punya honai,” tegas Enden.
Enden justru meminta wartawan media ini untuk bertanya langsung kepada masyarakat Lanny Jaya, sebab masyarakat lebih tahu siapa pelaku sebenarnya.
“Dari pada kami tipu, lebih baik tanya ke masyarakat atau tokoh gereja saja, mereka akan bilang siapa pelaku pembakaran ratusan honai-honai milik masyarakat Lanny Jaya sejak 28 Juli 2014 lalu,” tegasnya.
Apara kepolisian justru mengklaim tidak ada penambahan pasukan di Lanny Jaya, sebab Brimob Polda Papua, dan TNI dari Kodam XVII/Cenderawasih saja yang diperbantukan ke wilayah tersebut.
OKTOVIANUS POGAU
Sumber : www.suarapapua.com/