Logo Aliansi Mahasiswa Papua AMP (Foto: lst) |
PAPUAN, Jogjakarta --- Di Provinsi Daerah Istimewa Jogyakarta, ruang
untuk menyampaikan pendapat dimuka umum benar-benar dibungkam oleh
pemerintah Indonesia melalui Organisasi Masyarakat Sipil (Ormas) dan
aparat kepolisian.
Hal ini terlihat jelas karena beberapa kali Aliansi Mahasiswa Papua
(AMP) ingin melakukan demo damai, selalu dihadang oleh Ormas setempat
dan pihak aparat kepolisian
“Demo AMP untuk menuntut Kemerdekaan
Papua Barat di Jogjakarta dihadang lagi oleh Ormas dan Polisi,” kata
Otis Tabuni, salah satu mahasiswa, kepada suarapapua.com, Rabu (06/8/2014) dari Jogjakarta .
Tabuni menjelaskan, sempat terjadi saling
dorong antara massa aksi dengan Ormas karena dihadang tepat di depan
jalan raya utama, tempat dilangsungkannya aksi demonstrasi.
Sementara itu, pihak polisi dengan
menggunakan alat tajam, menembakan peluru karet ke arah massa aksi,
sehingga berbuntut pada pelemparan batu dari massa aksi.
"Tujuan dari aksi adalah meminta keadilan
didepan hukum. Karena selama ini, negara tidak pernah adil dibawah
rezim SBY," kata Tabuni,
Menurutnya, penghadangan ini bukan hal
baru, lantaran beberapa kali aksi AMP dihadang oleh ORMAS dan Polisi.
“Sehingga ruang demokrasi untuk penyampaikan pendapat dimuka umum telah
dibungkam.”
Dia menambahkan, atas dasar kebenaran
sejarah, AMP tetap konsisten untuk menuntut Kemerdekaan Papua Barat,
tidak ada kata mundur, kapanpun tetap akan menuntut kemerdekaan.
Ketua AMP Komite Semarang dan Salatiga
ini menilai, Indonesia mulai takut dengan kehadiran AMP di Indonesia,
karena aksi atas dasar sejarah perjuangan.
"Saya mengajak seluruh mahasiswa Papua yang menimbah ilmu di tanah Jawa untuk segera membangun kesatuan dan persatuan."
"Tidak ada kata perpecahan antara kita.
Kita sama-sama orang Papua. Percuma kekayaan alam diambil orang, manusia
Papua mati dengan besi panas. Sementara lain berdansa atas penderitaan
orang lain," ajaknya.
MARSELINO TEKEGE
Sumber : www.suarapapua.com