Korban konflik Pembantaian Rakyat Sipil oleh Kerja Bin Indonesia di Timika, 12-13 agustus 2014 |
"DIMANA ADA GULA DISITU ADA SEMUT" DIMANA ADA UANG DISITU ADA MASALAH..!
TIMIKA—Dari
tahun ke tahun, bulan ke bulan minggu ke minggu, hari ke hari Konfik
berkepanjangan Timika-Papua dimainkan oleh kerja-kerja Badan Inteljen
Indonesia (BIN), karena dari Perang antar Kelompok atau perang Antar
suku baik suku suku yang ada di Papua maupun suku-suku Pendatang luar
Papua, pihak pemerintah dan aparat kemanan (Tni-Polri) tidak Pernah
ungkap pelaku sebenarnya secara hukum dan aturan Indonesia.
Pada
hal hasil Investigasi Tempat Kejadian Perkara (TKP) dari pihak
Tni-Polri sangat jelas, Pelakunya sudah ketahui, namun semua di sembunyi
mati karena aktor utama konflik Horizontal dan vertikal di Timika
adalah jelas BIN.
Sumber
terpercaya disampaikan media ini, “bawah perang di Timika di mainkan
oleh kelompok Militer yang diorganisir supaya Daerah amungsa kacau,
karena didaerah ini jumlah penduduk sangat banyak baik dari orang asli
Papua dan orang dari luar Papua’pungkasnya.
Timika
selalu konflik, karena Timika daerah yang penduduknya banyak, yang
mencari makan di Pemerintah Kolonial Indonesia dan Perusahan Raksasa PT.
Freeport Indonesia yang beroperasi di Tembagapura sejak Tahun 1960-an
sampai saat ini. Beredar uang juga sangat banyak kota ini, sehingga
masalahpun semakin bertambah. Jadi, dengan situasi ini dimanfaatkan oleh
oknum Bin Indonesia, jelasnya.
Kali
ini, Rakyat sipil di Timika yang korban pada tanggal 12-13 Agustus
2014, korban mencapai 10 orang sudah hilang nyawa, dan 15 orang
luka-luka (Sumber: Fb), Situasi kota Timika lumpu alias kota mati tidak
ada aktivitas sekolah SD, SMP, SLTA, Kantor semua di liburkan sampai
hari senin 18 agustus 2014 normal kembali. Jika kota Timika kondusif.
Ini
nama korban sejak tanggal 12-14 agustus 2014, nama-nama dan suku-suku
yang korban konflik Timika: 1. Korea Waker (MD) Toko Masyarakat Dani
mantan (DPRD Timika) Papua
2.
Muh. Said Al Masyur (MD) Suku Bugis, 3. Yoris Timang (MD) Suku Amungme,
4. Indra Afriadi Saputra (MD) Suku Bugis, 5. M Agung (MD) Suku Key, 6.
Saiful (MD) Suku Madura, 7. Arifin Duran (MD) Suku Manado, 8. Suku Papua
(MD) Belum Terindifikasi, 9. Suku Pendatang (MD) Belum Terindifikasi,
10. Suku Pendatang (MD) (Kritis Belum Terindifikasi), 11 suku Sorong
(Kritis Belum Terindifikasi).
“Dan masih banyak korban yang belum terdata kronologis kejadian karena situasi Timika belum Kondusif, “katanya.
Selain
itu Sumber lain juga seperti Knpbnews perna menjelaskan situasi
Timika saat konflik terstruktur dan terorganisasi di mainkan oleh
kelompok-kelompok kepentingan politik, Ekonomi, Jabatan, dll.
1. Kekacauan datang dari PT. Freeport Indonesia.
Dari
sejak masuknya PT. Freport Indonesia banyak rakyat dikorban. PT.
Freeport masuk sejak 1967 dilakukan oleh Indonesia dan Amerikat Serikat
sebelum Indonesia menguasai diatas tanah Papua. PT. Freeport tidak
melibatkan penandatangan MOu dengan masyarakat asli yang punya hak
ulayat. PT.Freport hadir kepentingan Amerika Serikat sebelum
melaksanakan PEPERA tahun 1969. PT. Freeport masuk ditanah Papua awal
pemusnahan bagi Bangsa Papua, PT. Freepor hadir untuk mengacau balaukan
kerukunan antar suku-suku yang biasa hidup rukun dan tentran sebelum
masuk Freeport dan Freeport hadir untuk menciptakan konflik antar suku
dengan dana satu persen. Dana satu persen adalah untuk membiayai perang
suku di Timika, Freeport adalah konseptor, kreator dan donator untuk
pembunuhan bangsa Papua pada umumnya dan pada khususnya rakyat Papua di
Timika, Freeport membiayai TNI/POLRI untuk membunuh pejuang kebenaran di
Timika, seperti Jenderal Kelly Kwalik. Jadi Tiap Minggu Kacau (TIMIKA)
dan Minggu-Minggu Kacau (MIMIKA) adalah Konseptor, Kreator dan Donator
ialah Freeport milik kapitalisme Amerika Serikat.
2. Kekacauan datang dari Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika
Tiap
Minggu Kacau (TIMIKA) dan Minggu-Minggu Kacau (MIMIKA) adalah otak juga
adalah Pemerintah Daerah Mimika, Mengapa? Karena Pemerintah Daerah
Mimika biasa membiaya Makanan, Minuman, kendaraan dan dana untuk
melancarkan perang suku di Timika, umpanya perang suku di Kwamki Lama,
sekitar 50 kali perang. Setelah sekian puluhan sampai ratusan bahkan
sampai ribuan orang korban dengan perang, setelah itu Pemerintah Daerah
Mimika mengiapkan dana bayar kepala. Masyarakat tahu bahwa setelah kita
perang nanti kita dapat uang jutaan perkepala maka masyarakat biasa
berperang. Masyarakat tidak pikir bahayanya perang. Masyarakat menjual
nyawa dengan uang Indonesia. Masyarakat tidak pikir hidup ini satu kali
saja dan tidak ada kesempatan setelah meninggal. Jadi Tiap Minggu Kacau
(TIMIKA) dan Minggu-Minggu Kacau (MIMIKA) diciptakan oleh Pemerintah
Timika, bahkan Pemerintah Propinsi juga terlibat seperti kemarin tanggal
27 Mei 2014 rombongan Gubernur hadir menjanjikan untuk akan membayar
perkepala.
3. Kekacauan datang dari Militer Republik Indonesia di Timika
Hukum
Indonesia tak berguna justru uang yang berperang demi nyawa orang lain,
dimana ada masalah disitu ada proyek sifat dan watak Militer Indonesia.
Kalau tidak ada masalah atau perang suku nanti dompet TNI/POLRI akan
habis, hal-hal ini sering terjadi Papua dan Timika pada khususnya.
Paling ironis lagi perang antar kelompok di timika juga pemegang hukum
dan ham Polisi dan Tentara juga memanfaatkan situasi perang tersebut.
Aparat kemanan menjadikan lahan bisnis. Perang antar kelompok
menjadikan projek. Perang Suku antara Suku Dani dan Moni ini Pemerintah
Timika membayar memberikan Uang untuk proses penyelesaian konlik
vertikal kepada pihak keamanan yakni Polisi dengan Rp. 1 Milyart dan
pihak Tentara 1 Milyart.
Uang-uang ini untuk demi proses penyelesaian dibayar uang namun masalah belum menghasilkan berdamai kedua belah pihak.
Didalam
perang suku banyak oknum terlibat terlibat yakni Inteljen Negara
Indonesia (Bin), Tni-Polri Memfasilitasi seperti makanan, minuman,
Transportasi.Tiap Minggu Kacau (TIMIKA) dan Minggu-Minggu Kacau (MIMIKA)
Konseptor, Kreator dan dan Eksekutor ialah BIN, BAIS, Barisan Merah
Puitih, LMA dan TNI/POLRI untuk memperbesar dompet mereka. Rakyat tidak
ada untungnya.
4. Kekacauan datang dari Orang Indonesia (Melayu)
Tiap
Minggu Kacau (TIMIKA) dan Minggu-Minggu Kacau (MIMIKA) juga datang dari
orang pendatang yang datang di kota TImika untuk mencari makan, Orang
Pendatang rakyat Indonesia memakai dengan alat tajam seperti Panah
Wayar, Parang Panjang, dan dibekap oleh TNI/POLRI dengan senjata. Setiap
kali masalah antara orang Papua dan orang Melayu (Indonesia) terjadi
dipihakrakyat Indonesia dibekap oleh TNI/POLRI dengan kekuatan senjata.
Kalau masyarakat Papua dengan Papua sendiri mereka tidak biasa respons
karena nanti tidak ada uang pengamanan, TNI/POLRI biasa tunggu sampai
jatuh korban melewati puluhan orang atau ratusan orang setelah TNI/POLRI
mengaduh dana ke Pemerintah dan DPRD jadi yang biasa menyetujui untuk
Tiap Minggu Kacau (TIMIKA) dan Minggu-Minggu Kacau (MIMIKA) ialah Aparat
Penegak Hukum Republik Indonesia di Timika-Papua
5. Kekacauan datang dari Orang Papua yang dipakai oleh Militer Indonesia.
Tiap
Minggu Kacau (TIMIKA) dan Minggu-Minggu Kacau (MIMIKA) juga yang
menjadi Eksekutor di lapangan ialah anggota Badan Intelijen Negara
(BIN), Badan Intelijen Stategis (BAIS), Lembaga Musyawarah Adat (LMA),
Barisan Merah Putih (BMP). Anggota BAIS orang Papua yang masuk kedalam
merencakan strategis untuk baku perang dan anggota BIN orang Papua yang
masuk kedalam akan eksekuti dilapangan. Otaknya BIN dan BAIS maka
kepala perang dikendalikan oleh BIN dan BAIS, apalagi masyarakat gunung
itu kalau perang antar suku adalah system komando jadi gampang sekali
BIN dan BAIS bermain ditingkat ini. Perang Suku juga terstrukur seperti
ada kepala perang, komanda operasi, komandan intelijen, komandan
Strategis, komandan Pendanaan, komandan logistic, komandan pembukuan dan
laporan. Jadi disitu BAIS dan BIN bermain.
Perang
yang sedang berlangsung di Timika saat Pemilihan Legislatif (PILEG)
pada tanggal 9 April 2014, BIN, BAIS dan TNI/POLRI suruh berhenti
perang, memang pada saat itu masyarakat berhenti, tapi saat selesai
Pileg pada tanggal 30 Mei 2014 ini juga Pemilihan Kepala Daerah
(PILKADA) Kabupaten Mimika dan BAIS, BIN dan TNI/POLRI suruh masyarakat
berhenti mereka dengar dan dua hari ini masyarakat tidak perang. Inilah
bukti-bukti TNI/POLRI dan BIN dan BAIS bermain. setelah selesai Agenda
Indonesia Perang antar kelompok dan Perang Antar Suku mulai bekerja
fakta lapangan. (Un/Admin)
SUMBER : www.umaginews.com