Saat Penyampaian sambutan oleh Gumbernur Papua Barat Abraham Octavianus Atururi, dalam penutupan acara pentas seni dan dudaya papua Di Monas Jakarta. (Foko/Kobogaunews) |
Kampung Papua Di Monas Jakarta. (Jubi/Alex) |
Jayapura, 26/5 (Jubi) – Mahasiswa Papua di Jakarta mempertanyakan
kebenaran produk-produk yang dipamerkan dalam Pekan Seni dan Budaya
Papua di silang Monas Jakarta dari tanggal 23-25 Mei 2014.
“Pekan seni dan budaya Papua yang di selenggarakan oleh Kementrian
Kesejahteraan Sosial bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Papua dan
Papua Barat hanyalah sebuah kegiatan seremonial belaka.” kata Semuel
Nawipa melalui rilis Koalisi Mahasiswa Papua di Jakarta yang diterima
Jubi, 26/5.
Melalui rilis koalisi ini, Semuel menyampaikan sebagian produk yang
ditampilkan dalam pekan seni itu fiktif. Ia mencontohkan produk Dinas
Pertambangan dan Energi Provinsi Papua tentang PLTA Kali Yawei dan
pameran pemerintah Kabupaten Deiyai tentang Pariwisata di Kabupaten
Deiyai.
“Dua produk yang dipamerkan itu tidak ada buktinya di lapangan.” kata Semuel.
Koalisi Mahasiswa Papua ini berpandangan, Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat hanya menyembunyikan kegagalan
Otonomi Khusus di Tanah Papua melalui pekan seni dan budaya ini.
“Pemerintah seharusnya mengakui kegagalan Otonomi Khusus dan Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B). Bukan buat pameran untuk menyelamatkan “Otsus Plus,” tambah Semuel.
Selain koalisi mahasiswa, warga Jakarta yang mengunjungi Pekan Seni
dan Budaya Papua ini juga merasa heran dengan produk yang dipamerkan
dalam Pameran. Salah satunya adalah kopi Papua.
“Saya tidak menduga kalau di Papua ini banyak potensi Kopi, selain buah merah. Banyak cafe di Jakarta yang pasang menu kopi Papua di daftar menu mereka. Tapi kalau kami order kopi Papua itu, selalu tidak ada. Owner Cafe bilang kopinya kosong.” ujar Jayanti Meta, seorang warga Jakarta yang sehari-harinya bekerja sebagai analis keuangan di salah satu perusahaan jasa audit.
Melalui sambungan telepon, Jayanti mengatakan ia menduga,
infrastruktur perkebunan seperti perkebunan kopi belum tersedia secara
permanen hingga pasokannya selalu tersendat.
“Sayang, padahal kehadiran kopi Papua di cafe-cafe di Jakarta ini bagus untuk promosi. Jangan hanya berhenti di pameran seperti ini saja. Sediakan infrastruktur perkebunan kopi yang permanen. Mungkin sama juga yang dialami produk Buah Merah.” kata Jayanti. (Jubi/Victor Mambor)
Sumber : www.tabloidjubi.com