Pages

Pages

Senin, 26 Mei 2014

JEJAK PRABOWO DI PAPUA : "SISA" OPERASI MAPENDUMA YANG MASIH TERTINGGAL HINGGA KINI

Foto Ilustrasi Operasi Prabobo di Mapenduma West Papua (foto,FB Victor Mambor)

Oleh : Victor Mambor # 

Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma adalah operasi militer untuk membebaskan peneliti dari Ekspedisi Lorentz 95 yang disandera Organisasi Papua Merdeka. Anggota operasi ini sebagian besar berasal dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Operasi ini dimulai tanggal 8 Januari 1996 dan dipimpin langsung oleh Komandan Kopassus Prabowo Subianto, yang saat ini mencalonkan diri untuk menjadi Presiden Indonesia.

Penyanderaan yang berlangsung selama 129 hari ini berakhir pada tanggal 15 Mei 1996. Sembilan sandera selamat dalam operasi ini sedangkan dua yang lain, keduanya warga negara Indonesia, masing-masing Navy Panekenan dan Yosias Mathias Lasamahu, meninggal dunia. Di pihak OPM, menurut keterangan TNI, 8 orang tewas dalam pertempuran jarak dekat, dua ditahan. Operasi pembebasan ini, didukung 400 personil TNI dari berbagai kesatuan. TNI mencatat lima anggotanya tewa akibat jatuhnya sebuah helikopter saat melakukan penyerbuan terhadap para sandera. 
Meski operasi pembebasan sandera Mapenduma ini disebut-sebut menuai puja-puji dari dunia internasional, namun operasi yang dipimpin oleh Prabowo ini masih menyisakan banyak tanda tanya hingga saat ini :
1. Kontra Intelijen?
Siapa sebenarnya Simon Allom yang tiba-tiba muncul dan menyatakan penolakan terhadap perintah Moses Weror kepada Kelly Kwalik untuk membebaskan sandera? 
Allom mengaku juru bicara Kelly Kwalik dan diduga kuat anggota TPN/OPM. Namun pada tahun 2001, Pemerintah Papua Nugini (PNG) melalui Konsul RI di Vanimo, Propinsi Sandaun, PNG, menyerahkan kamera milik wartawan televisi swasta Indosiar dan sepucuk senjata yang sebelumnya dirampas GPK/OPM. Saat itu Pangdam XVII Trikora, Mayjen TNI Mahadi Simbolon kepada wartawan, di Jayapura, mengakui, kamera milik Indosiar itu dirampas pada saat reporter dan kameramennya melakukan peliputan di perbatasan RI-PNG.
Kamera itu dirampas GPK/OPM pimpinan Simon Allom, sedangkan senjata itu milik organik TNI yang diperoleh saat melakukan penyerangan di salah satu pos. Disebutkan, proses kembalinya berbagai barang inventaris itu setelah pihak PNG melakukan negosiasi dengan GPK/OPM. Namun bagaimana cara barang-barang tersebut bisa kembali ia tidak mengetahui dengan pasti.
2. Malaria, Stress, Sakit Hati?
Mengapa seorang anggota Kopassus yang terlibat dalam operasi Mapenduma tiba-tiba membantai 16 orang?
Pada tanggal 15 April pukul 05 pagi, Letnan Dua Sanurip, 36, yang bertugas dalam operasi pembebasan sandera di Mapenduma, dengan senjata otomatis melakukan penembakan terhadap orang di sekitar lapangan terbang Timika. Diberitakan Letda Sanurip menembak mati 16 orang, termasuk diantaranya 3 perwira Kopassus, 8 pasukan Kostrad dan 5 warga sipil, salah satunya pilot Airfast Michael Findlay dari Selandia Baru, dan melukai 11 orang lainnya. Akhirnya Tentara lainnya menembak kaki Letda Sanurip dan melumpuhkannya. Banyak versi yang menyebabkan Letda Sanurip melakukan penembakan tersebut, diantaranya karena malaria, stress maupun sakit hati pribadi. Tanggal 23 April 1997, Akhirnya Letda Sanurip di hukum mati.
3. Terjepit atau dijepit?
Mengapa ICRC mengundurkan diri dari kegiatan mediasi?
Memasuki pekan kedua Mei 1996. ICRC menyatakan mengundurkan diri dari kegiatan mediasi antara Satgas ABRI dan Kelly - Kogoya. Alasannya belum jelas. Pihak ICRC menyatakan, mereka terpaksa mundur karena tak bisa lagi berada di posisi netral, tapi harus memihak. Sementara itu, salah satu helikopter yang mengawal tim ICRC dikabarkan jatuh karena mesin rusak. Semua yang berada di heli itu tewas, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. 
4. Will be back?
Bagaimana nasib Satuan pemburu jejak yang dibentuk dalam operasi Mapenduma saat ini?
Satuan pemburu jejak ini telah menguntit gerakan Kelly Kwalik langsung di hutan selama berbulan-bulan. Unit ini terdiri dari anggota Kopassus dan tentara asal Papua yang sudah mendapat pelatihan memburu jejak dan survival di hutan. Hasil kuntitan tim inilah yang menentukan titik koordinat keberadaan para penyandera. Kegiatan mereka dibantu pengamatan udara dengan pesawat tanpa awak RPVs (remote pilot vehicles) yang dilengkapi sistem airborne thermal infrared sensing system (ATIRSS), penjejak panas yang disewa dari Singapura.
Oooooo.... masih banyak misteri dari Operasi Mapenduma yang katanya dipuja puji dunia internasional ini.