Pages

Pages

Sabtu, 03 Mei 2014

BOIKOT PILPRES, SOLUSI “SELF DETERMINATION”

Che De Goo/ foto dok/ pribadi
Karena takut kami harus lari ke Mosby Papua Neuw gunia sebab perlakukaan militer Indonesia pada kami pada tahun 1961 setelah Presiden Indonesia Soekarno mengeluarkan TRI-KORA itu Militer datang untuk memaksakan papua bergabung dalam Indonesia dan Indonesia dengan kebrutalan pembantaian, 
pemusnahan,pembunuhan,pemerkosaan di papua barat memaksakan papua bergabung dalam Negara Indonesia. Dengan jargo-jargo militer Indonesia, Indonesia berhasil menggabungkan papua ke dalam Indonesia dengan paksa di bawah tekanan militernya.
Waktu saya duduk kelas 3 sekolah dasar saya dan keluarga saya takut karena perlakuan militer Indonesia yang biadap itu maka kami dari biak lari ke mosby PNG sebab militer Indonesia saat itu menjalankan operasi-operasi membunuh dan membatai rakyat papua.

Saat itu saya dan keluarga saya pergi meninggalkan kota kami biak irian jaya sekarang west papua, bapak dan mama saya bawah saya ke sana semenjak saya masih kecil saat itu saya duduk di sokolah dasar kelas 3 di salah satu sekolah di biak, semenjak Indonesia datang dan memaksakan papua masuk ke dalam Indonesia dengan kekuatan militernya dan menjalankan operasi-operasi secara besar-besaran di suluruh tanah papua baik dari sorong sampai samarai.

Ketakutan, gementar, penekanan dari militer Indonesia, penangkapan, pembunuhan sili berganti datang setiap detik. Banyak nyawa dihilangkan oleh militer Indonesia dengan paksa saat-saat itu.
Pada malam hari militer masuk ke rumah kami dan memukul kami di dalam sampai Saya juga pernah kencing jelana saat itu karena dengan paksa militer Indonesia dobrak pintu kami dan memukul ayah saya dan saat itu juga sempat mereka menangdang saya lapis dengan bambu-bambu.

Karena ketakutan akan pemaksaan itu silih berganti datang maka bapak dan mama saya memawa kami menuju ke Mosby PNG bersama beberapa tatangga yang di samping rumah kami, yang berdekatan dengan rumah kami.

Sesampai di sana, saya bersama keluarga saya dan beberapa tetangga itu di berikan rumah oleh mereka yang ada di tempat itu. Karena mereka telah mengetahui dan mendengar dari orang bawah ada operasi militer Indonesia di tanah papua dan warga papua ada yang mengungsi ke PNG, maka warga setempat macam Mosby, Hutun dan tempat yang lebih cepat di jangkau itu telah menyediakan tempat untuk kami dan menyuru kami tinggal dan beristrahat untuk para pengungsi disitu.

Bapak saya dan mama saya masukan saya disalah satu sekolah dasar di tempat itu, saya mengikuti pelajaran dan mnimba ilmu disana saya bersama teman-teman juga dari papua menimba ilmu, kami banyak juga dari west papua, karena rata-rata di kelas itu maka guru kami Menyuruh kami untuk nyanyikan lagu Kebangsaan dari West Papua “HAI TANAHKU PAPUA” kami serentak nyanyikan lagu itu, karena kami tahu bawah lagi itu lagu Kebangsaan kami. Saat itu saya merasa kami telah merdeka karena di kelas itu kami nyanyikan lagu Kebangsaan kami dengan meria dan merdu. Dalam hati saya berteriak PAPUA MERDEKA, PAPUA MERDEKA.

Operasi militer Indonesia, pembantaian, pengejaran terus dilakukan oleh bangsa Indonesia, karena kami takut kami tidak pulang lagi ke biak papua, kami menetap di mosby hingga tiga tahun kemudiann lalu kami pulang, namun kami di papua masih hidup dalam tekanan militer Indonesia dari tahun 1962 saat UNTEA menyerakan papua ke tangan Indonesia, dan Indonesia mnjalankan pemerintahan dengan kekejaman militernya dan memunuh dan mambantai rakyat papua. hingga saat ini kami masih hidup di awah tekanan militer Indonesia dan penjajahan Indonesia.

By Che De Goo